Chapter 0.2

903 196 6
                                    

Viella Abigail, kerap disapa Viella oleh rekan-rekannya. Dia merupakan anak yang tinggal di panti asuhan sejak bayi. Entah siapa orang tuanya, yang tega meninggalkan dirinya yang masih kecil di depan panti. Namun semua ini tak membuatnya putus asa, rendah diri dan bersedih.

Viella tumbuh menjadi gadis cantik dan baik hati. Penyayang sesama anak panti lainnya. Viella juga sangatlah pintar. Dia sering mendapat juara di sekolah sehingga bisa mendapat beasiswa dan membiayai dirinya sendiri hingga ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Viella akhirnya lulus kuliah dan bekerja sebagai guru taman kanak-anak. Walau bukan karir yang tinggi, setidaknya itu karir yang baik untuk dirinya. Terbiasa hidup di panti membuatnya menyukai anak-anak. Dia suka bermain dan belajar dengan mereka.

Viella ingat terakhir kali dirinya meninggal karena menyelamatkan anak kecil yang hampir tertabrak motor yang ugal-ugalan. Eh, bukannya selamat, malah dia yang meninggal. Tapi setidaknya Viella lega, anak yang diselamatkannya selamat.

Dan begitulah akhirnya, dia terdampar di dunia antah berantah yang dirangkum dalam sebuah novel ini.

Ya, mungkin ini takdir. Dia harus menjalaninya sepenuh hati!

Setelah menyesuaikan diri dengan keadaan, Viella berniat keluar dari kamarnya. Dia tak betah di kamar terusan. Dia juga penasaran bagaimana keadaan di luar. Khususnya di kediaman Carlson ini.

Viella juga ingin segera bertemu Cyrill yang baru berusia enam bulan. Dia ingin melihat bagaimana antagonis kejam itu semasa kecilnya. Apakah wajahnya terlihat garang sedini itu?

Langsung saja Viella menuju kamar Cyrill dengan ingatannya. Walau mendapat ingatan si Graviella asli, dia benar-benar tak mengingat dengan jelas bagaimana rupa si kecil Cyrill. Hanya mata merah dan rambut hitamnya saja yang dia ingat. Seperti ayahnya, Gran Duke Erazius itu!

Semoga Viella tak bertemu dengannya!

Lagipula, dalam ingatan Graviella asli, mereka memang jarang bertemu. Jika tidak ada keperluan di luar, Grand Duke lebih sering menghabiskan waktu di ruang kerjanya.

Huft, itu sangat baik bukan?!

Cklek!

Viella membuka kamar Cyrill dengan pelan. Takut membangunkan bayi kecil itu. Graviella asli sangat jarang melihat anaknya. Bahkan selama ini tak pernah memberinya asi. Langsung saja, anak itu dilempar kepada para pelayan. Miris sekali.

Melangkahkan kaki mendekati boks bayi, Viella agak gugup. Meski sudah sering dan bahkan terbiasa dengan bayi maupun anak kecil, tetapi entah kenapa kali ini dia malah gugup.

Mungkin karena anak itu adalah putranya?

Atau, anak itu adalah antagonis kejamnya?

Ah, hapus saja opsi nomor dua. Dia yakin alasan Cyrill menjadi antagonis karena masa kecil kelamnya. Viella berjanji akan menyayangi dan membimbingnya selalu di jalan kebenaran dan kebajikan.

Deg!

Netra ungunya tiba-tiba bertemu dengan netra merah si kecil Cyrill. Ternyata bocah itu tidak tidur!

Dan entah kenapa, tatapannya tadi tampak aneh dan tajam?

Apakah mungkin untuk bayi?

Tidak. Tidak! Dia pasti salah lihat.

Walau si kecil Cyrill adalah antagonisnya, namun dia masih kecil hey!

Jadi tenang dan santai saja!

"Halo, baby Cyrill. Apa kabar? Apa kau terbangun karena aku tadi?" sapa dan tanya Viella dengan riang.

"Ah, seharusnya aku memanggil diriku 'ibu' ya sekarang. Ya, panggil aku ibu nanti!" koreksi Viella teringat dirinya saat ini telah menjadi ibu.

Viella bisa melihat si kecil Cyrill terus menatapnya. Dia menaikkan alis. Kenapa tak ada ekspresi ya anaknya ini?

Mungkin memang begitu.

Melihatnya tak segera tidur, Viella berpikir. "Apa kau mau ASI ibu? Setelah itu tidurlah!"

Langsung saja Viella mengambil anak itu ke dalam gendongannya. Dia kemudian mendekat ke sofa yang ada di kamar si kecil lalu duduk disana.

Dengan agak susah dia membuka gaunnya. Ah, seharusnya dia tak memakai gaun ini tadi. Kan susah menyusui anaknya.

Tetapi apa ASI-nya akan keluar ya?

Seingatnya Graviella tak pernah mau menyusui si kecil Cyrill.

Ternyata masih keluar.

"Ah! Ah! Ah!"

Entah kenapa baby Cyrill tampak memberontak di gendongannya. Mungkin si kecil itu sadar dirinya tampak asing baginya. Biasanya kan yang merawatnya hanya kepala pelayan dan perawat profesional. Bukan ibunya. Bayi kecil itu mungkin tak tahu kalau dia ibunya.

Si kecil itu tampak menolak asinya. Namun, berusaha Viella biasakan. Agar mau dan terbiasa. Namun, si kecil Cyrill malah memberontak.

Puk! Puk!

Viella menepuk pelan pantat si kecil, berusaha menenangkannya. Entah kenapa si kecil di gendongannya tampak tersentak. Ah, mungkin hanya kaget saja si kecil itu!

"Ututu, diam, yang tenang sayang!"

Baby Cyrill masih banyak berontak, Viella terus menghiburnya. Entah bagaimana, Viella berhasil memasukkan asinya ke mulut si kecil. Walau tetap memberontak, namun tampaknya si kecil mulai pasrah dan menerima.

"Jangan bergerak terus baby, tenanglah!"

"Ah ya, maafkan ibu ya selama ini jahat sama baby Cyrill." Raut Viella mulai melembut.

"Salahkan pada Graviella si wanita gil* itu, jahat sekali padamu Sayang." Dia mulai emosi mengingat perlakuan tubuh asli. Dia berani berterus terang, mengejek si Graviella pemilik tubuh asli di depan anaknya karena berpikir anaknya masih kecil. Mana mungkin mengerti?!

"Tapi jangan khawatir Sayang, sekarang ada ibu yang akan terus menjagamu. Takkan membiarkanmu mengambil jalan yang salah lagi!"

Viella baru menyadari baby Cyrill di pelukannya sudah tenang, entah sejak kapan. Mungkin si kecil itu lelah memberontak terus, dan akhirnya memilih tenang.

Tetapi Viella juga baru sadar kalau dari tadi tak melihatnya menangis?

Ketika memberontak tadi, bayi kecil hanya berteriak 'ah' karena belum bisa bicara.

Apa memang begini sifat calon antagonis?

Dingin dan minim ekspresi sejak lahir?

Ah, tak perlu banyak dipikir.

Viella terus menepuk si kecil Cyrill hingga tertidur lelap dalam pelukannya. Dia akhirnya menaruh kembali si kecil di boks bayinya.

Keluar dari kamar Cyrill. Dia mendapati kepala pelayan berdiri disana.

"Salam Grand Duchess, apakah Anda baru menidurkan Tuan Muda?" tanyanya cukup terkejut.

"Iya, apa ada masalah?" tanya Viella balik, berusaha tak menampakkan ekspresi apapun agar tak dicurigai.

Kepala pelayan yang baru pulih dari keterkejutannya menjawab dengan sedikit gagap. "Ti-tidak, tidak masalah, Grand Duchess. Saya malah senang Anda mulai peduli terhadap Tuan Muda."

"Ya, aku akan merawatnya mulai sekarang." kata Viella ringan.

Viella hendak kembali ke kamarnya. Sebelum itu di berpesan pada kepala pelayan agar memanggilnya 'Nyonya' saja dari pada 'Grand Duchess' yang terlihat sangat formal.

'Ah, Nyonya tampaknya berubah lebih baik. Itu sangat baik. Harus dilaporakn kepada Grand Duke.'

Tapi kepala pelayan agak ragu, apakah Grand Duke akan peduli?

Karena selama ini, Grand Duke tidak pernah peduli pada ibu dari anaknya itu bukan?

*****

Tbc.

Don't forget to vote and comment :)

Antagonist's HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang