Episode 8 F L A S H B A C k

122 5 0
                                    

Janlup vote and comen ya gays

Fatimah yg melihat Abiyya masih tidur segera merangkak ke atas ranjang dan mengguncang tubuhnya supaya bangun, padahal sudah berkali kali dia bangunkan tapi Abiyya selalu bilang 5 menit lagi dan 5 menit lagi.

"Ayo dong bangun, Mas. Sania sudah nunggu"

"Aduh, Fatimah. Aku ngantuk, batalkan aja"

"Mas kan udah janji mau nemuin Sania "

"Tapi Mas engga bilang hari ini, Kan?" Abiyya menarik guling dan memeluknya. Membuat Fatimah semakin kesal, ia menarik guling itu hingga lepas dari tangan Abiyya yg menahannya.

"Ya udah iya... lagian kamu ini aneh, di luar sana, biasanya suami yg maksa istri nya supaya bisa menikah lagi, ini malah kebalik nya "

"Karena di luar sana, wanita itu sempurna, Mas. engga kayak aku..."

"Shhhtt" Abiyya segera bangkit dan duduk berhadapan dengan Fatimah, ia menangkup pipi istri nya itu "Di dunia ini engga ada manusia yg sempurna, tapi bagiku, kamu sudah menjadi istri yg sempurna "

"Istri yg engga bisa memberikan keturunan dan sedang sekarat...."

"Fatimah...." Abiyya menatap tajam Fatimah, ratusan kali ia meminta Fatimah tidak membicarakan hal itu " Ya sudah, Mas mandi dulu, sholat Dzuhur baru setelah itu kita pergi, oke?"

"Okey..."

Abiyya beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi, sementara Fatimah membereskan ranjang nya.

.

.

.

Abiyya dan Fatimah keluar dari mobil, dan
memasuki Restaurant Al Ajwad. Disana,
Fatimah melihat seorang gadis yg
menggunakan cadar sedang melambai ke
arahnya.

"Mas disana..." seru Fatimah dan menarik
Abiyya yg berjalan malas. Setelah sampai di
meja itu, wanita itu menundukkan kepalanya, melirik Abiyya sekilas kemudian menatap Khadijah "udah lama nunggu nya, Sania? Maaf ya, tadi jalanan macet"

"Engga apa apa, Fatimah. Aku juga baru saja sampai" Fatimah dan Abiyya pun duduk didepan Sania.

"Mas, ini Sania. Dia seorang penghafal Al
Quran Iho"

"Hm semoga Allah meridhoi nya" Abiyya berkata sembari menatap ke lain arah.

"Insya Allah.."jawab Sania lembut.

"Apa kamu tahu kenapa Fatimah meminta kita bertemu?"

"Aku tahu, Fatimah sudah menceritakan semuanya, bagiku pernikahan itu adalah
ibadah, engga masalah menjadi istri kedua,
selama kita semua sama sama ridho dengan itu dan bisa hidup rukun. Insya Allah, kelak Allah akan menempatkan kita dalam surgaNya"

Abiyya cukup terkesan mendengar jawaban
Sania. tapi hatinya tidak puas, apapun
keadaan Fatimah, tak sedikitpun terbersit
dalam benaknya untuk menikah lagi. Fatimah dan Sania membicarakan beberapa hal yg sangat tidak menarik di pendengaran Abiyya, ia memperhatikan sekitarnya, karena duduk didekat jendela, Abiyya bisa melihat keluar restoran.

Dan di sebarang jalan sana, Abiyya melihat
seorang wanita buta yg sedang mencari
tongkatnya yg terjatuh. Abiyya sudah akan
berdiri dan menghampiri nya, namun tiba tiba seorang gadis datang dan membantu wanita itu, gadis itu tampak membisikkan sesuatu sebelum akhirnya menyerahkan tongkat sang wanita. Wanita itu tersenyum seolah senang dengan apa yg di katakan gadis itu. Pandangan Abiyya mengikuti kemana arah gadis itu pergi, ia menyeberang jalan dan kemudian
gadis itu melambaikan tangan pada
seseorang. Tak lama 3 anak jalanan
menghampiri gadis itu, mereka tampak
berbicara, kemudian gadis itu membawa
anak itu masuk kedalam restaurant.

Istri Kecil Ustadz Tampan Onde histórias criam vida. Descubra agora