Episode 9 F L AS H B A C K

103 4 0
                                    

Janlup vote and comen ya gays ❤️
Dosa kalo jadi pembaca gelap 🌚

Fatimah memandangi wajah Abiyya yg sedang tertidur pulas, padahal matahari sudah tinggi, tapi suami nya itu masih bergelut manja pada guling yg dipeluk nya, ia sengaja tidak membuka horden kamarnya, agar cahaya matahari tak menganggu tidur Abiyya.

Fatimah duduk di samping Abiyya kemudian ia membelai rambut Abiyya dengan lembut. Sudah beberapa hari berlalu sejak pengakuan Abiyya tentang perasaannya pada Tya. Di hari pertama setelah itu, mereka tampak canggung dan hanya diam, tidur pun saling memunggungi, namun di hari berikutnya, Abiyya kembali bersikap biasa, masih begitu perhatian dan menunjukan rasa sayangnya pada Fatimah, bahkan ia masih selalu memanggil Fatimah dengan panggilan Sayang.

Sentuhan Fatimah rupanya menganggu tidur Abiyya, ia membuka matanya perlahan dan mendapati Fatimah yg sedang menatap nya saat ini, Abiyya tersenyum lembut pada istri nya itu.

"'Apa aku membangunkan mu, Mas?" Abiyya  menggeliat malas, semalam ia tak bisa tidur seperti biasa, di tambah lagi rasa bersalah nya pada Fatimah, membuat dia semakin tidak tenang, namun setelah melaksanakan sholat subuh, rasa kantuk tiba tiba menyerang nya.

"Engga, Sayang. Jam berapa sekarang?"

"Jam 8.20" Abiyya menyingkirkan guling dan selimutnya kemudian ia duduk.

"Apa kamu sudah sarapan dan minum obat?"Fatimah mengangguk. "Sudah sholat Dhuha?" Fatimah menggeleng "Ya sudah, kita sholat bersama ya" sekali lagi Fatimah hanya mengangguk.

Tak seperti Abiyya, ia tak bisa bersikap biasa saja setelah apa yg terjadi. Fatimah bahkan bertanya tanya, bagaimana bisa Abiyya masih bersikap lembut dan romantis padanya seolah tidak ada apa apa?

Sementara Fatimah tahu dengan pasti, hati Abiyya tak setenang kelihatan nya.
Setelah selesai sholat Dhuha, Fatimah
mempersiapkan pakaian dan sarapan untuk Abiyya sebelum pergi ke kantor nya, selain membantu keluarganya mengurus pesantren, Abiyya memiliki perusahaan traveling yg ia kelola bersama Habib, sepupu Fatimah.

"Mas, hari ini aku mau pergi ya sama Milea"

"Kemana?" tanya Abiyya sembari memasukan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.

"Ke mall, mau belanja."

"Em ya udah, asal jangan ke cape'an dan jangan sampai telat makan siang. Kartu kredit nya ada di dompet kalau mau uang ambil uang tambahan"

"Uang ku masih ada kok, Mas"

"Cukup?" Fatimah tertawa kecil dengan pertanyaan Abiyya.

"Cukup banget kok, Mas mau pesan sesuatu?"

Abiyya menggeleng dan segara menyelesaikan sarapannya, setelah itu ia pun bersiap pergi ke kantor

"Ya sudah, Mas pergi dulu. Assalamualaikum" Abiyya mencium kening Fatimah sebelum pergi, rutinitas yg tak pernah ia lupakan selama pernikahan mereka. Yg tentu saja, hal kecil seperti itu juga menjadi alasan untuk cinta yg besar.

"Waalaikumsalam "

.

.

.

"Kamu gila?" pekik Milea yg baru saja mendengar penuturan gila Fatimah. Sontak  Fatimah membekap mulut Milea dan melirik sekeliling nya.

"Kamu mau seluruh orang di cafe ini mendengar mu?" bisik Fatimah.

"Ide mu untuk melamar Tya pada orang tuanya itu sangat gila, Fatimah. Apa lagi lewat mertua mu, kamu sendiri yg bilang gadis itu masih sekolah. Pasti orang tuanya menolak"

Istri Kecil Ustadz Tampan Where stories live. Discover now