Bab 2 - Preman Desa

980 91 9
                                    

• H A P P Y R E A D I N G •***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• H A P P Y R E A D I N G
***

3rd POV:...

"Kak Karna! Mala berkelahi lagi!"

"...Tolong tunjukkan jalannya!."

"Lawat sini!"

Karna berjalan dengan langkah lebar mengikuti salah satu teman adik perempuannya. Wajahnya diliputi oleh rasa kecemasan, namun ia tidak cemas akan keadaan adiknya.

Melainkan nyawa orang yang dilawan adiknya.

Karena adiknya yang imut-imut sekaligus pemarah itu, adalah seorang preman desa.

Dia akan menghajar siapapun, namun bukan karena alasan tak jelas, melainkan menghajar lelaki berhidung belang yang berani menyakiti atau merusak kesucian seorang perempuan. Bahkan mereka yang tak ia kenal sekalipun.

Adiknya, sangat menjunjung tinggi hak-hak wanita dan anak-anak.

Buagh...!!

BRAK...!!

Langkah Karna terhenti ketika seorang pria terlempar ke kakinya, wajah pria itu penuh lebam dengan sedikit bercak darah.

Pandangannya terangkat untuk menemukan adiknya yang hobi berlatih ilmu bertarung. Tubuh kecil adiknya kotor berlumuran lumpur, rambutnya yang sudah ditata rapi oleh Ibu mereka, telah menjadi berantakan, dan lebam keunguan menghiasi pipi kanannya.

Cuih...!

Mala meludahkan darah di mulutnya, akibat pukulan yang ia terima di pipinya. Berhasil merobek sedikit sudut bibirnya.

"Mala..." Karna mulai memanggilnya dengan nada lemah lembut.

"Tidak, Kak!" Mala mengangkat tangannya, menghentikan Kakaknya. "Biarkan aku menghajar orang-orang yang telah menggrepe-grepe bokong Misthy, ini!."

"Mala..." Misthy, teman masa kecil Mala yang tadi memanggil Karna. Merasa begitu terharu dengan apa yang dilakukan oleh sahabatnya.

"Diam di sana, jadilah saksi bagaimana aku menggrepe-grepe jantung mereka." Mala menyeringai sadis.

Karna menghela nafas, karena mengetahui bahwa ia telah kalah... lagi.

Ia sama sekali tidak bisa mengendalikan emosi Adiknya yang mengebu-ngebu.

Mala dan Karna, dua saudara itu bagikan Air dan Api. Karna yang selalu tenang dalam menghadapi berbagai macam rintangan hidup, bagai sungai yang terus mengalir walaupun ada saja tahi yang lewat.

Sedangkan Mala, selalu mengebu-ngebu. Bagai lahar panas yang melenyapkan apa saja yang jatuh padanya.

Namun, beberapa bahan yang tahan panas tidak akan hancur ketika jatuh ke padannya.

Mala juga memiliki sifat dewasanya, hanya keluar di waktu-waktu tertentu.

Walau bagai Air dan Api, mereka juga kerap menjadi Matahari dan bulan. Yang memiliki keindahannya tersendiri.

-★♡★-
1st POV:...

"Aw-! Sakit nyir!"

"Katanya tidak sakit...?"

"Ya kalo lu tunyuk jadi sakit!"
Aku berseru kesal pada Misthy yang tengah mengobati luka di wajahku, dengan iseng menekannya.

"Udah di tolongin juga, malah ngelunjak." Aku mendengus kesal.

"Idih, enggak ikhlas banget nolongnya!"

"Tidak ada yang gratis di dunia ini kawand~" aku mengedipkan sebelah mata. "Bantu aku melet Adit, ya Mist...?" Lanjutku membujuknya.

Raditya adalah lelaki yang kusukai, karena wajahnya yang bercampur dengan wajah-wajah orang bule. Makannya aku menyukainya.

Sayangnya kami beda kasta, bukan kasta sih. Lebih tepatnya kekayaan.

Raditya yang merupakan seorang anak dari pedagang kaya raya, tentu kedua orang tuanya tidak mengijinkan anaknya untuk bersama dengan anak seorang kusir kuda sepertiku.

Belum lagi karena bukan hanya aku saja yang menyukainya, hampir semua gadis-gadis di desa pun tampaknya terpikat dengan sosok tampannya.

Aku agak curiga kalau Misthy juga menyukainya... hemmm.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Misthy yang tidak nyaman karena kutatap tajam.

"Mist, lu enggak naksir Adit. 'Kan?" Tanyaku penuh selidik.

"Aku suka-"

"HAH-!!"

"Sebagai TEMAN!!"

Aku harus menutup telinga ketika mendengar seruannya. "Santai anjay!" Balasku, membuatnya bergantian menutup telinga.

"Hei, hei! Aku baru pergi sebentar. Kalian malah bertengkar." Itu suara Kak Karna, yang baru kembali setelah mengantarkan berandalan yang kuhajar tadi.

Entah kemana dia membuangnya, aku tidak peduli.

"Misthy, nih!"

"Kok jadi aku?!"

"Ya kamu, awas aja lu kalo ngembat jodoh gua. Gua slepet pala lu!"

"Iya, iya!"

"Sudah-sudah," Kak Karna menengahi. "Bagaimana lukamu?, Masih sakit?" Ia duduk di sebelahku.

"Kalo dibiarin enggak, tapi kalo ditunyuk sakit!" Aku berseru di akhir kalimat sambil menatap Misthy sengit, yang ditanggapinya dengan tawa anggun. 'Misthy anj!'

"Baiklah, ayo pulang. Hari sudah sore, ibu akan khawatir jika kita tidak segera kembali."

"Lez go!"

"Lez go!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Changed Destiny || Mahabharata × OcWhere stories live. Discover now