9

62 15 0
                                    

Aku menjatuhkan bokongku dengan keras ke kursi. Menatap ke depan layar komputerku yang gelap. Seperti perasaanku yang sangat gelap sekarang. Aku memijit kepalaku pening.

Saat bangun, kutemukan kalau aku masih berada dalam rengkuhan Rhysand. Suara napas pria itu menjadi musik pengantar mimpi indahku. Karena kepalaku tepat berada di dadanya, itu bisa membuat aku bahkan mendengar suara detak jantungnya yang tenang.

Tidak ingin membangunkannya dan harus bersikap canggung pada satu sama lain, aku memutuskan pergi tanpa membangunkannya. Setelah merapikan diri sedikit, aku berangkat ke kantorku.

Memo sudah kuletakkan di lampu nakas. Dia pasti membacanya. Aku membuatkan sarapan untuknya, aku harap dia memakannya terlebih dahulu.

Aku tidak tahu apa pekerjaannya. Karena dua kali kami bertemu, aku belum sempat menanyakannya. Mungkin aku akan bertanya nanti kalau kami bertemu lagi, semoga saja Rhysand tidak menjauhiku karena semalam. Jika dia mengingatnya, mungkin dia akan malu menghadapiku.

Ketukan di atas mejaku membawaku pada kenyataan, pikiranku tentang Rhysand memudar.

Chloe menatap aku seksama, menelisik. "Kau tidak tidur semalaman? Kau seperti orang yang kehilangan waktu tidurnya sekarang. Apa yang kau pikirkan?"

Aku mengerjap dan menggeleng.

"Serius, Elyana. Apa benar seperti yang dikatakan orang-orang?"

"Hah? Apa memangnya yang dikatakan orang-orang?"

Chloe menatap sekitar, menemukan beberapa pasang mata menatap ke arah kami.

Aku sendiri tidak sadar kalau sedang menjadi pusat pandangan orang-orang. Mungkin karena terlalu sering, aku mulai terbiasa.

Sejak batalnya pernikahanku, aku memang selalu menjadi pusat perhatian. Itu karena aku tetap bekerja di perusahaan pria yang mencampakkan aku dengan menyedihkan. Juga karena mereka berpikir aku masih menggoda Logan agar mau bersamaku. Aku dipersangkakan, bertahan demi mendapatkan cinta Logan lagi.

Mereka tidak tahu saja betapa menyedihkan alasannya, semuanya karena uang.

"Wanita yang akan bertunangan dengan Logan akan datang hari ini. Logan akan memperkenalkannya pada kita."

"Oh."

"Oh? Hanya oh?"

Aku tersenyum tipis. "Lalu apa yang harus aku katakan? Aku harus menari dan berteriak kegirangan? Tidak mungkin, kan?"

"Aku tidak mengatakan kau harus menari kegirangan. Tapi lihat kau sekarang, kau seperti memiliki banyak beban pikiran."

"Aku memang memiliki banyak beban pikiran. Banyak sekali, tapi satu pun dari sebanyak itu, aku tidak akan memikirkan pria yang sudah mencampakkan aku. Apalagi wanita yang akan menjadi tunangannya. Kau yang paling mengenalku, Chloe. Kau harusnya tahu, kalau aku tidak pernah memikirkan pria itu lagi."'

"Aku tahu, aku hanya khawatir."

Aku mengusap lengan Chloe. "Aku tidak apa-apa."

Setelah Chloe lebih tenang, kami memulai pekerjaan kami dengan perasaanku yang masih risau. Aku bahkan mematikan ponselku, aku ketakutan sendiri. Entahlah bagaimana perasaan Rhysand sekarang. Tapi aku harus waspada di dekatnya. Karena dia sudah membuat perasaanku berubah.

"Elyana, Chloe, beberapa berkas ini harus diserahkan ke bawah. Aku ingin kalian sendiri yang mengantarnya dan menyusunnya dengan benar. Jangan sampai salah."

Aku menatap ketua kami, dia memperlihatkan tumpukan kertas yang harus kami bawa turun.

Chloe dan aku mengangguk. Kami membagi tumpukan itu menjadi dua bagian dan membawanya dengan kedua tangan. Aku merasa ada yang aneh, kenapa pekerjaan seperti ini harus kami yang mengerjakannya. Chloe juga menatapku, seolah aku dan dia sepemikiran.

"Jangan memikirkannya, mari antar saja dan kembali ke meja kita. Aku benar-benar sudah mati rasa dengan pengaturan perusahaan ini," ucap Chloe kemudian.

"Mau jual es denganku di pinggir jalan?"

Chloe mendengus. "Kau dulu. Saat kau sudah sukses nanti, aku akan bergabung denganmu."

Aku hanya tertawa dengan pelan. Lift kemudian berhenti. Kami berdua keluar dari lift dan berjalan sebentar ke arah lobi. Langkahku dan Chloe terhenti. Kami menatap ke depan dan seolah jawaban itu datang.

Fitnah Mantan Mertua Where stories live. Discover now