4

344 30 6
                                    

WARNING!
BERISI ADEGAN DEWASA YANG TIDAK COCOK DIBACA OLEH PLAYER YANG BELUM PUNYA KTP. KALIAN SUDAH DIPERINGATKAN, PLAYER DI BAWAH UMUR!!!

**

Seiring berjalannya waktu hubungan Xavier dan Fredrinn menjadi semakin dekat. Keduanya sering mengunjungi satu sama lain di kelas masing-masing, makan siang bersama dan bicara di telepon sampai ketiduran.

Mereka seperti dua orang yang sedang dimabuk cinta, walaupun Xavier belum memberikan balasan akan perasaan Fredrinn tempo hari, tetapi aksi dan reaksinya menjelaskan lebih dari cukup bagaimana perasaanya pada kakak kelasnya itu.

Walaupun demikian Xavier merasa bahwa dia harus mengatakan sesuatu. Setidaknya untuk mengaskan bahwa dia mau menjadi pacar Fredrinn, supaya dia tidak membuat cowok itu merasa digantungkan olehnya.

Karenanya di hari minggu yang cerah, saat sisa anggota keluarganya pergi ke luar kota, dia mengundang Fredrinn untuk datang ke rumahnya.

Xavier mempersiapkan semuanya supaya tidak mengecewakan Fredrinn. Dia telah membersihkan diri, merapikan kamarnya dan menyemprot pewangi ruangan supaya kamarnya tidak beraroma seperti sayuran basi. Beres, sekarang tinggal menunggu sang pujaan hati sampai ke rumahnya.

Ketukan pintu terdengar saat Xavier sedang menonton tv sambil menunggu Fredrinn. Cowok itu bangkit dari tempat duduknya dan membukakan pintu untuk tamu spesialnya.

Fredrinn tersenyum lebar.

"Hai."

"Hai," Xavier membalas senyumannya. "Ayo, masuk."

Keduanya langsung masuk ke kamar Xavier dengan tergesa. Lebih tepatnya Xavier dengan tergesa menyeret Fredrinn ke kamarnya. Rasa senang dan penasaran mewarnai wajah cowok berbadan kekar itu.

"Ada apa nih?" tanya Fredrinn penasaran saat akhirnya mereka berdiri di dalam kamar Xavier. "Kalau ini seperti yang aku pikirkan.."

"Tidak, tidak, tidak," Xavier menggelengkan kepalanya dengan panik. Melihat ekspresi kecewa di wajah kakak kelasnya, Xavier buru-buru meralat. "Ya, agak-agak mirip seperti itu.. tapi ada hal lain yang mau aku katakan."

"Oke," Fredrinn melepas jaketnya dan duduk di atas tempat tidur Xavier. "Apa itu?"

"Mm," Xavier duduk di sebelah Fredrinn dan menundukan kepalanya. "Aku.. mau."

"Mau?" cowok kekar itu membeo bingung. "Xavier, kamu ngomongin apa sih sebenarnya?"

"JawabanpertanyaankakFredrinnwaktudiatapsekolah," Xavier berkata dengan cepat, lalu menutup wajahnya karena mendadak merasa malu. "Aku mau jadi pacar kak Fredrinn."

"Eh, yang benar?" Fredrinn memegang pundak Xavier dan memaksa keduanya duduk berhadapan. Perbedaan tinggi mereka memberi Xavier keuntungan untuk menyembunyikan rasa malunya. "Hei, lihat sini dong. Aku pengen lihat wajah lucu pacarku."

"Malu banget," Xavier menggelengkan kepala. "Biarin dulu, ya.."

Setelah beberapa kata rayuan dan kelitikan, Xavier akhirnya membuka tangannya. Memperlihatkan wajah merah seperti mau menangis.

"Xavier," ucap Fredrinn penuh sayang, memberi Xavier kecupan di kening. "Aku seneng banget kamu menerima aku jadi pacar kamu. Walaupun sebenarnya aku gak nyangka bakal selama ini kamu diam, tapi yang penting hasil akhirnya sesuai harapanku.

Tolong jangan merasa malu karena mengutarakan perasaan kamu sendiri," Fredrinn menarik Xavier ke pelukannya. "Aku pacar kamu sekarang. Kamu gak perlu merasa ragu atau takut atau malu, apapun itu dari kamu akan aku terima dengan penuh syukur."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 13, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dear FredrinnWhere stories live. Discover now