22.3 - 23

3 1 0
                                    

Main Story
Bab: 22.3
[Bersama Enjiwei, Budaya & Opera]
Disaat-saat terakhir, muncullah kaki tangan Gracia Jiangshi, Akane Yanagi.

Yanagi menatap tajam ke arah sekelompok kultivator-kultivator yang menurutnya tidak bermoral seni beladiri, tidak mencerminkan pribadi yang baik.

"Harus dimusnahkan." Batin Yanagi yang menggebu-gebu.

Sekelompok kultivator itu yang melihat tatapan Yanagi yang menandakan bahwa hari ini adalah hari terakhir dimana mereka bernafas dan melihat dunia.

Prangg
Prang
Satu persatu, para kultivator itu menjatuhkan senjata mereka, tidak ingin lebih membesarkan masalah lagi.

"Bagus, tanpa disuruh pun kalian menjatuhkan senjata." Ucap Yanagi dengan nada ketus. Ia melirik Esther dan Yusta, "Persis dengan deskripsi tuanku." Batinnya.

"A- a- a- am- ampun- nilah kami."

"K- kami ti- dak akan mengu- langinya lagi, ka- mi berjan- ji."

Yanagi tidak merespon ucapan kedua remaja tersebut, ia masih menatap tajam keduanya, "Memohon ampun? Panggil tetua kalian kesini." Pinta Yanagi.

"M- mohon ja- ngan pang- gil te- tua kita-"

"Tsk! Padahal saya sudah merendahkan diriku demi-"

Srreek!
Mereka semua terkejut bukan main, remaja yang emosi itu terpotong menjadi 6 bagian dengan mudahnya.

Mereka semua tidak melihat gerakan dari Yanagi, "Sangat cepat sekali!" Begitulah batin mereka.

"Lancang, padahal saya sudah bermurah hati. Namun sikap kalian yang semena-mena ini, membuatku ingin menghancurkan sekte kalian secara langsung." Ucap Yanagi.

Mereka semua tidak dapat berkata-kata lagi, benar-benar tidak bisa diganggu gugat lagi perintahnya.

"KAU!! BERANINYA MEMBUNUH SENIOR DARI SEKTE-"

"Fu Gao!" Sergah seorang kakek tua yang menyela seruan dari cucunya yang bernama Fu Gao.

Fu Gao terdiam dan harus lebih menahan diri, jika tidak maka kakek dan dirinya juga ikut dibunuh.

"Maafkan cucuku yang-"

Srreek!
Tanpa babibu, kedua tangan tetua itu terpotong, "A- ARRRRGHHH!!" Teriaknya dengan kesakitan yang menjulur disekujur bahunya.

"Kakek!"

"Tetua!"

"Pak!"

Para kultivator itu langsung mengarahkan serangan mereka kepada Yanagi.

"JANGAN! BERANI MENENTANG-"

Sreek
Srrrek
Srek
Serrek
Seerrk
Tubuh para remaja itu pun terpotong-potong habis, darah bercucuran kemana-mana, bau darah menyebar dan organ tubuh mereka ikut terbelah.

Bahkan mata kini terlepas dari yang seharusnya, gigi yang ikut terlepas juga, kuku tangan ikut serta.

Tubuh tetua itu tidak bisa digerakkan, tubuhnya seolah-olah terbeku menatap darah dari para remaja didikannya.

Ia tidak peduli dengan racun yang mulai menyebar hingga dikepalanya, ia harus menyelamatkan 1 orang demi keselamatan sektenya, Fu Gao hanyalah harapannya.

"Fu Gao, ingatlah kata-kataku ini untuk terakhir kalinya, jangan pernah engkau melenceng-"

Tetua itu terkejut bukan main, karena kepala Fu Gao sudah tidak ada di tubuhnya.

Hanya ada darah yang meluncur keluar dari leher Fu Gao. Tubuh Fu Gao pun terjatuh dan bersamaan itu pula, tubuh tetua ikut terjatuh lemas ketika melihat cucu satu-satunya mati secara mengenaskan, benar-benar syok.

The Tales Of Journey EsthersWo Geschichten leben. Entdecke jetzt