38

1.4K 67 0
                                    

Aldi mengetuk pintu kamar Jihan pelan, beberapa detik kemudian terbuka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aldi mengetuk pintu kamar Jihan pelan, beberapa detik kemudian terbuka. Jihan dengan pakaian santainya, tapi terlihat kamarnya yang berantakan dengan dress yang sudah dikeluarkan dari lemari pakaian.

"Lo mau ngapain dek?." Tanya Aldi bingung, adiknya banyak berubah dan dia seakan tidak terbiasa dengan hal itu.

"Bingung." Jihan berjalan masuk kedalam kamarnya kembali dan menunjukkan pakaian pada Aldi "Bagusan ini atau ini?." tanya Jihan pada Aldi untuk memberikan pendapat terhadap dress nya.

"Lo mau kemana?."

"Reuni SMP."

"What??."

Jihan duduk di ranjangnya, meletakkan dress nya kembali "Gue nggak bisa kan terus-terusan menghindar? Gue nggak salah, apa nggak pernah ngelakuin itu, tapi kenapa gue seakan ngelakuin terus sembunyi. Gue bakal hadapi semuanya."

"Nggak! Gue nggak bisa biarin lo dihina lagi."

"Justru itu, gue bakal bersihin nama gue."

Aldi duduk di sebelah Jihan "Lo tau kan beberapa hal kadang ga bisa berpihak ke lo walaupun lo udah berusaha keras buat ngeyakinin semuanya? Ini bahkan satu sekolah, lo sendirian."

Jihan terdiam, memang benar kata Aldi, kalau memang dia bisa membela diri, maka sejak awal dia tidak akan jadi seperti orang yang melakukan sebuah kejahatan. "Kalau gitu gue bakal buat seperti apa yang mereka mau, kalopun gue ngelakuin itu sama cowok? Apa salahnya? Gue nggak bunuh orang kok."

"Sekala yang buat kamu ambis soal ini?."

Jihan memegang kedua tangannya gugup "Gue nggak mau kak Sekala kena seret masalah gue di masa lalu. Dia nggak minta apapun ke gue, dia selalu baik, maka dari itu gue nggak bisa buat dia kena masalah karena gue."

Aldi menghembuskan nafasnya "kalau gitu, gue bakal ikut sama lo. Nggak masuk ke dalam, gue bakal nemenin dan nungguin lo diluar."

"Serius bang?."

Aldi mengangguk.

Jihan langsung memeluknya erat, dia tau kalau kakaknya sangat menyayanginya dan tidak akan membiarkannya sendiri walaupun dihina banyak orang. kakaknya itu akan berada di garda terdepan untuk melindunginya, efek dari punya adik perempuan, membuat Aldi sangat dewasa untuk jadi pahlawan.

Aldi beranjak dari duduknya "Kalau nggak ada baju yang lo mau, kita bisa beli baru." Ucap Aldi menawarkan diri.

"Boleh?."

"Iya boleh."

"Sekarang?."

"Besok, sekarang waktunya turun makan malam terus istirahat."

Jihan sangat bahagia, setelah kuliah dia banyak berubah, lebih tepatnya setelah bertemu dengan Sekala dia banyak berubah. Ada banyak orang yang secara khusus memperhatikannya, teman, pacar, kakak. Dia punya semua orang yang sekarang ada di pihaknya, membelanya, tidak seperti dulu. Sekarang Jihan tidak sendiri, Jihan punya banyak orang yang akan selalu di sampingnya, jadi dengan begitu dia akan berusaha keras untuk tidak membuat mereka kerepotan karena masalahnya.

Hari telah berganti, Jihan menuruni tangga seperti janji Aldi sebelumnya kalau mereka berdua akan pergi berbelanja pakaian untuk Jihan. Kedua orang tuanya sudah pulang tapi juga sudah berangkat lagi jam segini, sekarang sekitar pukul 1 siang, bukan Jihan yang bangun kesiangan atau Aldi yang terlalu asik main game jadi bangun kesiangan.

Mereka berdua naik mobil menuju ke sebuah mall yang ada di kota itu, setidaknya Jihan harus membeli satu dress yang bisa dipakai dan memiliki warna serta desain yang cocok dengannya. Mereka sampai di sebuah mall perbelanjaan, Aldi tidak membiarkan Jihan sendirian, dia terus menemaninya untuk memilih dress sembari memilihkan sekiranya yang lumayan cocok untuk adiknya.

Jihan menyentuh satu dress bersamaan dengan orang lain yang juga menyentuh dress yang sama, toko tersebut tipe toko yang tidak punya banyak model untuk satu tipe pakaian, jadi kemungkinan dress itu juga satu-satunya model yang mereka jual.

"Kamu mau dress nya?." Tanya wanita paruh baya yang nampak masih sangat cantik, seumuran dengan ibunya tapi lebih cantik.

"Nggak, buat tante aja deh." Ucap Jihan tidak nyaman, banyak dress lain, dia bisa memilih yang lain, tidak harus itu walaupun Jihan sangat ingin yang itu.

Wanita paruh baya tersebut mengambil dress itu dan memasangkan di depan tubuh Jihan "kamu cocok pakai ini, buat kamu aja." Ucapnya sambil tersenyum manis, dia sangat yakin kalau anaknya sangat cantik. "Tante beliin buat anak tante, tapi kayaknya dia nggak cocok karena kulitnya agak gelap dan tubuhnya juga agak berisi, jadi tante akan pilih yang lain aja. Ini buat kamu."

"Beneran tan?."

"Iya. Lagian kan belum tente beli juga."

"Makasih banyak."

Wanita itu tersenyum dan berpamitan pada Jihan untuk memilih pakaian yang lain. Mendengar ciri-ciri anaknya, kemungkinan anaknya lebih mirip ayahnya ketimbang ibunya, tapi Jihan tidak peduli hal itu, dia akan membeli dress ini dan segera menemui kakaknya yang ada di depan toko, sudah bosan menunggu Jihan memilih jadi Aldi memilih keluar.

Jihan keluar dengan membawa paper bag berisi dress yang sudah dibeli, selanjutnya adalah beli sepatu heels baru. Dia tidak punya banyak sepatu cewek, jadi akan membelinya kali ini. Jihan juga butuh tas kecil untuk isi dompet serta ponselnya, banyak yang harus dibeli ternyata, make up nya juga udah ada yang habis, harus membeli yang baru.

"Hari ini makan di luar aja sekalian, lo masih lama juga."

"Gue mau ramen."

"Ga mau, gue mau makan steak."

"Ramen aja bangg."

"GA! Gue kan udah nemenin lo, jadi makannya gue yang pilih." Aldi yang melihat wajah kesal Jihan, mengubah reaksinya "ya udah ke resto yang jual menu dua itu aja." Ucap Aldi kemudian yang membuat Jihan bahagia kembali.

Tiga paperbag di tangan Aldi, sekarang giliran masuk ke toko make up. Jihan membutuhkan lipstik dan cushion yang sudah waktunya beli baru. Baru sampai di tempat lipstik, Jihan menghentikan langkahnya. Dia tidak pernah mengira akan bertemu dengan wanita itu lagi setelah satu tahun lamanya, bahkan di kelulusan saja Jihan memilih untuk menyelesaikan dan langsung pulang.

"Jihan." Sapanya sambil tersenyum, Jihan masih menunjukkan wajah datarnya mengabaikan Karina. "Cita-cita gue nggak ketemu sama lo, tapi lo malah muncul didepan gue." Karina bersama dengan wanita yang tidak Jihan kenal, tapi sepertinya Jihan pernah bertemu saat di sekolah, dia tidak begitu memperhatikan sekitar dulu.

Jihan mengabaikan Karina seakan dia tidak melihat wanita itu "Kita bakal satu kampus dan gue harap lo nggak muncul di depan gue kayak gini lagi." Ucap Karina yang berhasil membuat Jihan menoleh. "Lo pasti takut ya? Selama lo nggak cari masalah sama gue, rahasia lo aman di gue."

"Rahasia apa?." Untuk pertama kalinya Jihan membuka mulut menjawab ucapan Karina, "Gue nggak pernah ada rahasia, gue nggak pernah ada salah? Kalaupun memang kejadiannya seperti yang kalian semua pikirkan? Terus kenapa?."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Night, Matcha Latte✓Where stories live. Discover now