9. awal dari segalanya

241 13 2
                                    

Happy Reading❤️

***
Hubungan Javas dan Desya semakin lama semakin dalam. Mereka sudah menjalin hubungan hampir tiga bulan walaupun sembunyi-sembunyi. Tetapi Desya tidak dapat memungkiri ia sangat bahagia, kebahagiaan yang belum pernah dirinya rasakan sebelumnya. Bersama Javas segalanya menjadi indah dan terasa baru.
Wanita itu sudah tidak memusingkan lagi ucapan orang tuanya tentang Javas. Dan tentunya mereka menjalani hubungan ini diam-diam, walaupun mamanya selalu tahu pada akhirnya. Tetapi dia sudah tidak bisa jauh dan lepas dari Javas, pria itu membawa warna baru dalam hidupnya. Ia belum pernah merasakan perasaan seperti ini selama ia hidup.  Desya percaya Javas akan selalu membahagiakannya.

Seperti saat ini ia baru diantar pulang kerumah setelah menghabiskan waktu berdua berkeliling dengan sepeda motor  Javas. Menikmati angin sore sambil bercerita berpelukan dan sesekali dijahili oleh pria itu. Hal ini selalu mereka lakukan saat ia pulang kampus selama tiga bulan ini.

"Pulang lah" ucap Desya saat ia mendorong pelan pagar rumahnya.

"Kamu masuk dulu kedalam"

Desya tersenyum "bye Javas" ia melambaikan tangannya.

Javas membalas lambaian tangan itu sembari tersenyum lembut "Sampai jumpa Desya... besok aku jemput ya"

"Kamu bolos terus, nanti dipecat" Desya tidak jadi masuk. Ia harus membicarakan hal ini dengan Javas, ia takut pria itu dikeluarkan dari bengkel jika semena-mena begitu.

Javas tertawa kencang "aku gak bolos. Hanya ijin satu jam buat nganter kamu ke kampus, gak bakal dipecat"

"Tapi keseringan Javas"

"Pak Bagas baik, dia senang karena aku sekarang sudah ada kamu. Dia ikut bahagian karena aku tidak sendirian lagi" beber pria itu dengan senyum bahagia. "Dia gak pernah keberatan kalau aku ijin Desya" pria itu mengucapkan hal itu tanpa maksud lain tetapi hati Desya ngilu mendengarnya.

Desya tersenyum pedih matanya terasa perih. "Aku senang menjadi bagian dari hidup kamu, membuat kamu tidak kesepian lagi"

"Jangan menangis Desya" javas berdecak kemudian berdiri dari motornya dan berjalan mendekati wanita itu untuk menyeka air mata dipipi lembut itu.
"Sana masuk hari sudah gelap" mendorong pelan bahu wanita itu.

"Iya. Jangan kemana-mana lagi setelah ini. Mandi dan langsung tidur"

"Baik Nyoya" pria itu menunduk dalam seperti memperagakan seorang bawahan penurut.

"Ihh... aku serius Javas!"

"Iyaa sayang" Javas mengelus lembut sisi wajah wanita itu "aku tidak akan kemana-mana malam ini. Sana masuk lah"

Desya tersenyum kemudian masuk kedalam rumah dengan senyuman ceria menghiasi wajahnya.
Javas kemudian bergegas pulang setelah wanita itu aman dan masuk kedalam rumah.

***
Desya sedang meletakkan martabak telurnya diatas meja makan saat ia mendengar suara langkah kaki dari lantai atas. Ia menoleh dan menemukan mamahnya turun dan menatapnya tidak suka.

"Mamah lihat akhir-akhir ini kamu semakin liar tidak terkendali" ucapan sinis yang membuat hati Desya ngilu.

"Mamah? Aku tidak begitu mah" ia tentu saja tidak terima. Desya hanya menghabiskan waktu senggangnya bersama dengan Javas dan ia tidak pernah pulang lewat dari jam tujuh malam. Pria itu selalu memulangkannya jam lima sore, baru hari ini ia pulang jam tujuh karena keasikan bercerita tadi. Dan ucapan mamanya seolah-olah ia adalah wanita liar yang tidak tahu aturan.

"Wanita apa yang berkeliaran setiap hari dengan seorang pria. Apalagi pria seperti itu"

"Pria seperti apa ma? Jangan begitu. Javas pria baik" Desya tidak terima kalau Javas direndahkan. Pria itu  memiliki hati yang baik dan ia percaya kepada Javas.

Our Love Is CrazyWhere stories live. Discover now