CHAPTER 18(Kedekatan)

52 49 1
                                    

Pagi hari di saat Rafael baru saja membuka pintu ruang kelasnya, dia melihat Caca yang sedang termenung sendirian di dalam ruangan itu. Biasanyanya Rafael tidak pernah datang sepagi ini sebelumnya. Kali ini dia tidak akan dihukum lagi karena datang terlambat.

Didalam kelas yang sunyi itu, hanya terdapat Rafael dan Caca. Mereka tidak berbicara satu sama lain, Caca hanya termenung melihat ke arah luar dari jendela kelasnya, sementara Rafael hanya memainkan handphone yang berlogokan apel miliknya tersebut.

Kerena merasa tidak nyaman dengan suasana di dalam kelas itu, Rafael memutuskan untuk pergi dari kelas itu dan meninggalkan Caca sendirian di dalam sana. Caca yang melihat Rafael keluar, tidak mempedulikannya, saat ini pikirannya sedang sangat kacau karena masalah keluarganya dengan pak Purnama.

Beberapa menit kemudian, Rafael pun kembali kedalam kelas dengan membawa 2 botol minuman teh di tangannya. Rafael berjalan menghampiri meja Caca dan memberikan salah satu minumannya kepada wanita itu, lalu dia duduk tepat didepan wanita itu dan memutar kursi yang ia duduki, sehingga membuat mereka duduk saling berhadapan.

"Ini apaan?" tanya Caca heran.

"Itu buat lo" jawab Rafael sembari tersenyum.

"Apaan sih lo!!"
Caca benar-benar tidak nyaman dengan sikap Rafael kepada dirinya.

"Galak amat sih jadi cewe" sindir Rafael.
"Emang kenapa sih?, lagi ada masalah ya?"

"Sok tau lo!!" sentak Caca.

"Habis dari tadi lo bengong terus, dan sekarang lo marah-marah sama gue, ada masalah apa sih sayang~!?"

Caca yang mendengar kata tersebut membuatnya langsung merinding dan merasa jijik.

"Sayang, sayang, bokap lo tuh kayang!!"

"Hahaha, bokap gue tuh gak bisa kayang"

"ASSALA--??"

Shinta yang baru saja datang dan melihat pemandangan di depan matanya itu, langsung berbalik keluar kelasnya dan menarik Indah, Licia, dan juga Bellova. Dia mengajak ketiga temannya itu agar tidak mengganggu mereka berdua. Terlebih lagi Licia, setelah kejadian dimana dia bertengkar dengan Raissa, dia menjadi membencinya dan semua hal yang berhubungan dengan wanita itu. Jika Licia melihatnya mungkin dia akan mengacaukan suasana pada saat itu.

"Kenapa lo narik kita sih?" tanya Bellova.

"Mending kita ke kantin dulu, gue laper nih, belum makan soalnya tadi" Shinta merengek kepada teman-temannya untuk pergi ke kantin.

"Kan lo bisa sendiri!!" ujar Indah.

"Gue gak mau sendiri, malu soalnya"

"Orang gak ada siapa-siapa, ini tuh masih pagi, jadi sekolah masih sepi, kenapa juga lo harus malu?" tanya Bellova.

"Ya temenin aja sih, banyak tanya!!" jawab Shinta kesal.

"Lo habis liat sesuatu didalam kelas ya?" tanya Licia curiga.

'Kenapa sih nih orang bisa tau isi pikiran gue, emang dia dukun apa?' Shinta membatin karena kesal dengan Licia yang selalu peka terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya.

"Iya!!"

"Nanti gue jelasin kalu udah dikanti!!" jawab Shinta kesal.

"Udah ayo cepetan" Shinta menyuruh teman-temannya untuk berjalan lebih cepat.

Akhirnya mereka pergi ke kantin tanpa menyimpan terlebih dahulu tas mereka.

■■■

"Lo sih, si Shinta jadi salah paham kan!!" bentak Caca.

"Aduuuh, gimana nih!?, apalagi si Shinta tukanh gosip lagi, mulutnya aja kaya emak-emak, hal sepele aja digibahin"

Caca khawatir dengan apa yang akan temannya itu lakukan. Dia takut kesalah pahaman ini akan menjadi sebuah masalah yang cukup besar nantinya.

Sementara Rafael hanya tersenyum salah tingkah melihat Caca yang berjalan mondar-mandir di hadapannya karena merasa khawatir.

"Khawatir amat sih?!"

"Ya iya lah!!" sentak Caca.

"Terus, lo kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri?"
Caca yang menyadari bahwa sedari tadi pria gila yang bersamanya itu tersenyum melihat dirinya yang sedang panik itu pun bertanya.

"Ya suka-suka gue lah, mau gue senyum, mau gue cemberut, itu kan hak-hak gue!!" jawab Rafael.

Caca yang kesal dengan sikap Rafael memilih untuk pergi dari kelas dan menyusul teman-temannya.

5 Kisah (END)Where stories live. Discover now