Kupu-Kupu Malam

723 60 27
                                    

"bagaimana pekerjaanmu?"

suara berat milik ayah terselip di antara dentingan bunyi sendok yang terkadang beradu dengan piring.

pemuda yang duduk di tengah itu mendongak, sadar kalau pertanyaan itu ditujukan padanya.

"pekerjaanku baik-baik saja, ayah."

"bagaimana dengan calon istri, kamu sudah punya kan?" kali ini wanita paruh baya yang biasa ia sebut ibu lah yang berbicara.

pemuda itu diam sejenak, menatap makanan yang masih setengah belum ia habiskan namun nafsu makannya mendadak hilang.

"kenapa ibu selalu bertanya begitu?" pemuda itu bertanya balik.

ibu menatap sang anak dengan satu alis terangkat. "kenapa? bukannya wajar kalau ibu bertanya begitu, usiamu sudah terlampau matang untuk menikah, kamu tidak ingin memberi kami cucuㅡ"

"kakak sudah punya dua anak, kalau ibu butuh cucu lagi minta saja padanya."

satu-satunya wanita di sana langsung menaruh alat makannya, "kamu selalu begini, susah dinasehati. terserah padamu saja ibu tidak peduli lagi lalau suatu hari kamu jadi bujangan lapuk."

setelah begitu ibu bangkit membawa serta alat makannya. pemuda itu menghela nafas panjang dan berat, ia bersandar pada punggung kursi sambil menoleh menatap ayah.

berharap pria paruh baya itu tak mengatakan hal yang sama dengan sang ibu.

"jihoon..."

"ya ayah?"

"ayah senang kamu berhasil menjadi dokter yang hebat, kami sebagai orang tua senang dengan kesuksesanmu." ujar ayah. wajah yang dulu tampak tegas itu masih sama, hanya kerut-kerut halus mulai menyamarkan ketegasannya. "ayah tidak pernah melarangmu menjadi seorang pekerja keras, tapi jangan lupakan kebutuhanmu sendiri."

"kamu sudah mapan, usiamu sudah matang lalu apa yang kamu tunggu?" tanya ayah kemudian

"ayahㅡ"

"ayah mengerti. tapi kamu juga harus mengerti kami."

dengan begitu pemuda itu sangat mengerti kalau saat ini ia terpojok, sebagai seorang anak bagaimana bisa ia menolak keinginan orang tuanya??

-oOo-

sudah lama wanita itu hidup bagaikan kelelawar. saat siang ia hanya meringkuk di atas kasur atau tidak keluar sedikit pun dari kamarnya. baru saat malam lah wanita itu mulai beraktivitas.

dengan pakaian super minim ia siap berangkat kerja. tidak perlu berjalan terlalu jauh, cukup masuk ke bangunan di sebelah rumahnya lah ia sampai.

"terlambat lagi, god junkyu." sapa salah satu bartender. dia akrab disapa mahiro; seorang pria muda keturunan jepang yang telah menetap di korea selama lebih dari dua tahun.

ia hanya tersenyum tipis seraya membuka mantel coklatnya dan menggantungnya bersama mantel lainnya di tembok belakang bar.

"yang lain sudah dapat pelanggan?" tanyanya kemudian, sengaja duduk di atas kursi depan bar, ia memperhatikan mahiro yang sedang meracik minuman.

"hamada-chan, bahkan sudah dapat 3," jawab mahiro, ada jeda sejenak karena dia pergi memberikan pesanan dan saat pria itu kembali wanita itu dapat mendengar perkataan yang tertunda. "kau tahu?? salah satu dari 3 pelanggannya itu pengusaha terkenal!"

ia menarik sudut bibirnya sedikit. "terus?"

mahiro baru akan bercerita lebih banyak tapi seseorang dengan lancang meraba-raba bokong wanita itu.

Recyle : JikyuWhere stories live. Discover now