XIV. Kiss Kiss Bang Bang

312 34 7
                                    

Halo, para pembaca!

Terima kasih sudah membaca cerita ini.

Semoga suka!

Entah apa yang sebelumnya merasuki pikiran Gale sehingga pada akhirnya dia mengambil keputusan untuk setuju bertunangan dengan Bidari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Entah apa yang sebelumnya merasuki pikiran Gale sehingga pada akhirnya dia mengambil keputusan untuk setuju bertunangan dengan Bidari. Pada awalnya, dia hanya kebingungan karena pernyataan Bidari padanya. Walaupun sempat membuatnya linglung sejenak, tapi akhirnya dia bisa menata kembali pikirannya.

Ketika dia meminta Hans untuk memata-matai Bidari dan Arian, hasilnya malah membuat emosinya meningkat. Dia hanya merasa dipermainkan. Suka apanya?! Jelas-jelas Hans sendiri bilang kalau Bidari dan Arian sibuk tertawa-tawa sambil berbagi kasih bersama. Benar-benar tidak ada yang bisa dipercaya dari mulut perempuan.

Akibatnya, dia mengambil keputusan spontan. Menurut pemikirannya beberapa hari lalu, jika Bidari berakhir terikat dengannya, dia juga memiliki hak untuk mengatur gadis itu. Ini hanya caranya untuk mencegah agar bukan Vika yang terluka pada akhirnya. Walaupun rasa curiga Gale terhadap Bidari dan Arian sudah berkurang, tetap saja dia harus menyingkirkan segala kemungkinan.

Mungkin, dia memang orang baik. Mengorbankan diri sendiri demi kebahagiaan orang lain adalah sesuatu yang dilakukan oleh orang baik, kan?

"Gale, udah siap?" Vika mendatangi Gale di ruangannya. Dia menatap putra satu-satunya itu dengan sorot hangat.

"Hm, lagi masang dasi bentar. Kenapa, Ma?" Gale melanjutkan kegiatannya untuk memasang dasi dengan benar.

"Nggak, Mama mau mastiin aja kamu nggak kabur." canda Vika.

Gale mendengus, "Sekarang masih belum terlambat, kan?"

Vika terkekeh, "Kamu yang rugi ninggalin pasangan sebaik Bidari."

"Ma," panggil Gale, "jangan terlalu percaya sama dia."

Vika mengerutkan keningnya, "Kenapa? Dia pantas dipercaya kok."

"Ck, penipu yang baik adalah yang bikin korbannya ngerasa nggak tertipu."

"Ngaco kamu."

Gale memastikan penampilannya sekali lagi di depan cermin, "Liat aja nanti." Gale mengancingkan jasnya, "Pokoknya Mama harus inget, jangan terlena sama Bidari."

Vika geleng-geleng kepala. Dia pasti akan sangat bahagia jika justru yang nantinya akan kalah di depan Bidari bukan Vika, bukan siapapun, tapi Gale sendiri.

"Ayo ke bawah, udah ditungguin." ajak Vika.

"Nunggu ya nunggu aja. Apa pentingnya buat aku."

Vika gemas dengan anaknya yang sangat tidak berperasaan ini. "Nggak sopan dong, sebagai tuan rumah bikin tamunya nunggu lama."

"Salah, Ma. Yang bener itu, mereka yang nggak sopan karena bikin tuan rumahnya harus buru-buru."

Vika angkat tangan. Gale selalu saja punya bantahan akan semua ucapan orang. Bahkan pada ibunya sendiri. Vika harap ada yang akan mengalahkan anaknya ini sekali saja. Ah, dia ingat. Gale kalah berargumen jika lawannya adalah Bidari. Ini benar-benar pertanda kalau keduanya memang ditakdirkan bersama. Vika terkikik sendiri membayangkan keduanya.

Nobody Has A Clean HandWhere stories live. Discover now