Bab 3. Curi - curi pandang

1.1K 208 141
                                    

Waduh, piye toh. Giliran komen sampe, eh vote gak sampe..
Berasa sedih bgt lihatnya...

Yuk bisa yuk, 100 Vote dan 100 Komen



-----------------------------------------------------------------------------

Cukup masa berlaku di KTP saja yang seumur hidup, masa jombloku jangan!

Mengikutidan terus mengikuti, seperti anak kecil, melalui pintu yang memang ditutup untuk umum, dan hanya bisa dilewati oleh kru dan juga pemain, Humairah dan Hira keluar dari sana secara bersamaan. Tidak ada yang menotice keberadaan Hira, karena memang ia keluar tanpa rombongan yang lain, Hira bisa semudah itu terbebas dari serangan wartawan.

Sedangkan sosok Humairah yang mengikuti langkahnya dari belakang memang tidak dikenali oleh wartawan sedikitpun. Mereka pikir Humairah adalah sosok kru biasa yang bertugas membantu para atlit. Nyatanya tidak demikian. Ada sesuatu yang besar, yang memang belum terbongkar untuk umum karena selama ini Jenderal Lakeswara benar-benar rapi menjaga privasi keluarganya.

Melangkah menuju salah satu mobil yang terpakir, Hira sengaja membukakan pintu untuk Humairah yang masih beberapa langkah di belakangnya.

"Bisa lebih cepat?"

"Kenapa? Emangnya kita mau ke mana?"

"Ke tempat lain yang kondisinya tidak seramai ini," jawabnya dengan logat sedikit mendok, selayaknya mas-mas Jawa pada umumnya.

Akan tetapi penampilan Hira tidak ada unsur mas-mas Jawa sedikitpun. Bahkan jika Humairah tidak mendengar suara Hira, dia akan menyangka laki-laki itu ada keturunan luar, seperti yang tadi ayahnya jelaskan.

Naturalisasi.

"Oke."

Tidak ingin berdebat, Humairah langsung masuk ke dalam mobil BMW putih dengan bentuk pintu terbuka ke arah atas.

Mendapatkan treatment selayaknya princess, Humairah menunggu Hira masuk ke dalam mobil tersebut setelah menutup pintu mobilnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mendapatkan treatment selayaknya princess, Humairah menunggu Hira masuk ke dalam mobil tersebut setelah menutup pintu mobilnya. Akan tetapi baru beberapa langkah ia memutari mobil tersebut, seseorang memanggil nama Hira, membuat laki-laki itu membalik posisinya dan menyadari bila laki-laki itu adalah seorang wartawan yang cukup Hira kenali.

Sering kali bertemu, mewawancarai Hira, membuat keduanya saling kenal selayaknya teman pada umumnya.

"Buru-buru banget. Emang tim udah pada keluar."

"Ah? Belum."

Sengaja membawa wartawan itu menjauhi mobilnya, Hira merangkul erat tubuh laki-laki itu sampai terlihat bingung dengan gerak gerik Hira yang amat sangat tidak biasa.

"Kenapa lo?"

"Lo mau wawancara, kan? Buru deh. Di sini aja lebih terang. Tempat tadi mah gelap banget."

Perjodohan anak JENDERALWhere stories live. Discover now