~ Part 18 ~

292 19 1
                                    

Mata seorang pemuda membulat sempurna ketika melihat gadis yang berusaha ia bangunkan itu ternyata benar Aizha. Dibawah guyuran hujan kala itu, pemuda itu membawa tubuh Aizha kedekapannya merasa tubuh gadis itu kaku karena kedinginan. Padahal tak sengaja ia melihatnya tadi sore. Apakah gadis itu berdiam diri sampai selarut ini?

"L-lo siapa?" Tanya Aizha gemetaran dengan mata yang berusaha ia buka. Namun kepalanya terasa sangat berat seperti dihantam sesuatu hingga objek didepannya itu terlihat memburam.

Heaven pemuda itu, menatap diam wajah Aizha yang pucat pasi.

"Kenapa lo gak pulang?" Terdengar helaan khawatir dari pemuda itu.

Dalam hati Aizha sudah menerka jika dihadapan nya itu adalah si J. Sebab selama ini hanya dia lah yang paling mengerti keadaannya. Bahkan sekalipun tentang tempat kegemarannya.

"Jora" lirih Aizha dan tanpa sadar mengeratkan genggamannya dibaju kaos milik Heaven.

Heaven terdiam sejenak meski detik selanjutnya ia mengangguk walaupun hal itu bertentangan dengan hatinya.

"Ayo pulang gue anterin"

Dengan cepat Aizha menggeleng, ia ingin tetap disini! Menurutnya hanya tempat inilah yang menjadi tempatnya ia bisa kembali dari semua permasalahan yang ia alami. Tentu saja tempat itu adalah kuburan ibunya.

Sejak bu Dian mengusir Aizha keluar dari sekolah. Gadis itu langsung menuju ke kuburan ibunya tanpa mampir ke rumahnya dahulu. Dan tepat sore hari itu Heaven juga pergi berkunjung menemui kuburan kedua orang tuanya. Hingga tak sengaja melihat Aizha juga berada di sana karena tidak ingin mengganggu Heaven membiarkan Aizha berdiam diri di sana, tapi dia tidak menyangka kalau gadis itu sampai tinggal di sana sampai selarut ini.

Karena tak sanggup menahan rasa berat dan pusing di kepalanya akhirnya tubuh Aizha ambruk dalam pelukan Heaven.

Merasa tidak ada lagi respon dari Aizha buru-buru Heaven mengangkat tubuh gadis itu, menggendong nya ala bridel style. Tapi sebelumnya pemuda itu memberikan jaketnya terlebih dahulu pada Aizha.

Lo terlalu sempurna buat gue - batinnya

****

Disisi lain. Verren kembali ke apartemennya dengan baju yang sudah sangat basah. Tangannya ikut memutih karena dingin yang menusuk kulit. Mungkin karena ia telah terburu-buru sampai melupakan ponselnya, padahal dengan benda itu mungkin saja dia tahu di mana keberadaan Aizha dengan menelpon gadis itu.

Berulang kali pemuda itu menghubungi nomor Aizha. Hanya berdering, namun tak kunjung diangkat membuat Verren mengusap wajahnya frustasi. Di sampingnya ada Mira yang terlelap akibat kecapean menangis.

Verren lantas mengambil kunci mobilnya berniat menyusul Aizha menggunakan kendaraan beroda empat tersebut melihat hujan di luar sana masih belum bisa dikatakan reda.

Ia tergesa menghampiri mobilnya yang terparkir meski detik selanjutnya langkahnya terhenti melihat sebuah motor yang baru saja sampai diparkiran. Ia sudah sangat hafal dengan bentuk motor itu bahkan kedua manusia yang berada diatasnya. Yap mereka adalah Heaven dan Aizha. Tanpa berpikir panjang lagi ia mendekati keduanya, lebih tepatnya pada Aizha yang berada di jok belakang.

"Ay lo gak papa??" Verren yang tak bisa lagi menyembunyikan rasa khawatir nya menepuk beberapa kali pipi Aizha yang bergeming.

Perlahan ia menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Aizha. Verren menatap lekat setiap inci wajah dari Gadis itu yang benar-benar pucat. Kalau dipikir ini kali pertama ia memperhatikan wajah Aizha sedetail itu.

Titik AkhirWhere stories live. Discover now