( 19 ) Identitas yang terbongkar

173 63 24
                                    

Hari itu, keluarga Alesha telah sampai di rumah sakit di salah satu kota Tokyo, hari ini ia akan mengambil sampel dari salah satu keluarga untuk mencocokkan DNA dari beberapa jenazah yang sudah di temukan.

Alesha memilih untuk menunggu di luar rumah sakit, sementara Rayyan di antar oleh Lidya diikuti dengan Rafa juga. "Semoga Papah udah ditemukan," gumam Alesha pelan.

***

Beberapa hari kemudian keluarga Alesha sudah pulang ke Indonesia, dua minggu lamanya dia di Jepang.

Hasil dari tes DNA itu tak ada yang cocok sama sekali dengan Rayyan, saat itu juga mereka sangat sedih, jenazah Edwin tak dapat di temukan kemungkinan tubuhnya masih ada dalam laut biru itu.

Maka dari itu, sebelum mereka pulang mereka ke laut dimana tempat pesawat tersebut jatuh untuk menaburi bunga. Hatinya sungguh sangat tergores, seperti di gores oleh pisau yang tajam.

Padahal dia ingin sekali menghabiskan waktu bersama dengan Edwin, belum sempat melakukannya Edwin sudah tiada.

Alesha memasuki rumahnya, rumah yang tampak terawat walau tidak ada orang di rumah. Alesha sedikit menghentikan langkahnya ketika melihat seorang perempuan yang tengah mengepel lantai. "Eh, non udah pulang, mari bibi bantu naruhin kopernya keatas."

Alesha mengangguk pelan, ia menyodorkan kopernya untuk di bawakan olehnya. Alesha membuang nafasnya berat, sementara Lidya dan Rafa sedang kesusahan mengambil barang mereka yang terlalu banyak itu. Gadis itu memutar bola matanya malas, ia lalu menuju keatas untuk merebahkan tubuhnya yang terasa lelah.

Alesha mendengus kesal, ketika mendapati kejutan yang amat membuat dirinya harus waspada. Saat ia melihat balkon kamarnya, di sana ada secarik kertas putih. Karena penasaran, Alesha bangkit lalu berjalan ke sana dan mengambil kertas itu.

Ia membukanya perlahan.

Eh, hai! Udah pulang dari Jepang? Siap-siap ya ....

Alesha tersenyum miring, ia meremas kertas itu lalu membuangnya ke tong sampah di dekatnya. Ia berjalan menuju lemari berwarna cokelat susu itu lalu membukanya, tangannya mencari-cari sesuatu. "What? Dimana pistol gue?!" katanya kaget, ia ingat benar menaruh pistol itu di tumpukan bajunya.

Ia terus mencarinya, namun nihil hasilnya sama saja.

Pistol itu, hilang ....

Alesha menyeka rambutnya kebelakang frustasi mendapati senjata berharganya yang hilang begitu saja. Pikirannya menuju pada All star pasti mereka yang sudah mengambil pistol miliknya.

Aneh, kenapa mereka tahu Alesha menaruh pistol itu di lemari? Ah, Alesha tak menyangka mereka akan mengambilnya, jika tahu mereka akan mengambilnya, tentu saja Alesha akan menyimpan ke tempat yang lebih aman.

Ia mengambil ponselnya, lalu membuka aplikasi whatsapp ia mengirimkan sebuah pesan kepada Algara.

Anda
Al, gawat. Pistol gue ilang, kayaknya di ambil sama mereka deh, tolongin gue dong!

Algara
Apa? Lo lupa narohnya kali, coba cek lagi.

Anda
Nggak, Al! Gue inget banget kalo gue narohnya di lemari, tapi nggak ada. Dan satu lagi, gue terus-terusan dapet terror.

QUEEN'S LIFE [COMPLETED]Where stories live. Discover now