Dua Puluh

403 101 14
                                    

Judith turun dari boncengan Malikh setelah Malikh memarkirkan sepeda motornya. Ia memang mengembalikan aset mobil dan kartu kredit tetapi sepeda motor tersebut tidak ia kembalikan karena itu pemberian kakak perempuannya hadiah pernikahan untuk Malikh.

Kakak perempuan satu-satunya yang selama ini berperan sebagai Ibu baginya. Untung nya dia menikah dengan orang yang tepat dan tinggal jauh dari Papa nya, di luar Negeri, ia kasihan melihat sang kakak yang harus makan hati berdiri diantara Ayah dan adik kesayangannya selama ini.

Malikh membukakan helm Judith. Ini kali pertama Malikh membawa seorang perempuan di sepeda motornya tersebut.

Selama ini ia bersama selingkuhan nya naik mobil yang sudah dikembalikan pada Papa nya.

"Aku pergi dulu." Kata Judith mengulurkan tangannya. Malikh awalnya bingung namun menurut memberikan tangannya pada Judith yang dijabat lalu punggung tangan Malikh ia letakkan di keningnya.

Momen ini sangat menyentuh hati Malikh. Matanya tak bisa lepas dari menatap Judith. Ia terpukau, dan sangat terpesona.

Kemana saja kamu selama ini? Malikh bertanya pada dirinya sendiri.

Judith menoleh ke belakang menatap Malikh lalu melambai. Bagaimanapun ia sudah siap menghadapi hari ini. Semua mata tertuju pada mereka bahkan tanpa berkedip. Tapi ya sudahlah. Mereka memang sudah suami dan istri yang sah di mata hukum dan agama, terutama Tuhan.

Saat berjalan ke ruang dosen, Judith bisa merasakan pandangan dan mendengarkan bisikan-bisikan seolah menyindir dirinya tapi ia tak mendengar dengan jelas.

Di ruang dosen, tak kalah heboh. Mereka membahas terang-terangan soal Judith yang menikah dengan mahasiswa, yang mana, Judith di cap sengaja menyalahgunakan wewenang sebagai seorang dosen demi keuntungan pribadi yaitu dekat dengan mahasiswa kaya dan tampan.

Judith mengabaikan semuanya meskipun telinganya dan hatinya panas.

---

"Oke kira-kira dari materi kuliah Ibu hari ini ada yang mau bertanya saya persilahkan." Ucap Judith mengakhiri kelasnya.

Tiga orang mahasiswi dan satu mahasiswa menunjukkan tangan.

"Oke, Olive silahkan."

"Bu, apa benar ibu istri nya Malikh?"

"Huuu..." Yang lain menyoraki.

Judith berusaha tenang. "Ada pertanyaan lain selain pertanyaan pribadi?" Tanya Judith tersenyum.

"Semua orang tahu kalau Malikh pacaran sama Gea. Ibu merebut Malikh ya dari Gea? Atau Ibu biarin suami Ibu selingkuh?" Tanya yang lain.

Judith mulai tidak nyaman tapi masih berusaha tenang. Ia merapikan buku-buku nya dan tas nya dengan gemetar karena terdengar lontaran kejam dan sinis dari para mahasiswa nya.

Ada yang nyeletuk soal Judith merebut pacar mahasiswanya sendiri, ada yang bilang jika Gea hamil anak Malikh, ada juga yang bilang Judith gak tau malu memanfaatkan profesi dosen demi gaet mahasiswa ganteng dan kaya, juga ada yang mencibir soal Judith tampak baik ternyata penggoda.

"Sepertinya tidak ada pertanyaan seputar mata kuliah Ibu. Jadi kelas hari ini selesai. Kita ketemu di kelas saya berikut nya dan kita akan kuis materinya pertemuan hari ini. Sampai jumpa..."

Pluk

Sebuah botol air mineral melayang ke kepala Judith dari arah mahasiswa nya. Judith menatap mereka tapi tidak ada yang merasa bersalah malah tersenyum sinis dan tertawa.

Judith menatap mereka marah.

"Kalian apa-apaan sih?" Tanya Judith kesal dan marah.

"Gak usah sok berwibawa Bu. Kita udah tau kalau Malikh itu salah satu anak orang terkaya. Gaya Ibu aja selama ini sok profesional nolak mahasiswa yang mau deketin Ibu taunya murahan juga Bu." Ujar seorang mahasiswa pria.

Malikh & JudithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang