Page 21 ꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂

280 41 2
                                    

Suasana sunyi sungguh membuat hawa semakin mendingin, bahkan obor-obor yang menyala tak dapat menghangatkan ruangan remang berdinding kuat. Sudah empat puluh kali obor digantikan yang terbaru, namun gemerincing kebebasan dari rantai yang mengikat pintu sel tak kunjung terbuka. Penghuninya bahkan tidak tahu sudah berapa hari mereka mendekam di sana. Karena ruangan itu tak menampakkan celah untuk mengintip mentari dan rembulan.

Sunghoon, pemuda itu terlihat semakin kurus dari pada penghuni lainnya, tingkat depresinya semakin menjadi-jadi, bahkan ia sering merasakan tremor pada tangannya. Kali ini ia menatap pemuda dua tahun lebih muda darinya di sel samping. Anak itu tidur terlentang sembari menatap langit-langit sel tempatnya dikurung. Wajahnya masihlah pucat, dan tak terlalu kuat untuk duduk lama karena membuat kepalanya menjadi pening.

"Sunghoon!" sebuah panggilan terdengar dari kotak sel lain, seorang pemuda berambut Metalic Blue menatapnya khawatir, juga terlihat hangat seperti seorang kakak kandung yang khawatir terhadap adiknya. Sunghoon menatap mata itu, mata sendu yang sungguh membuat Sunghoon ingin menangis saja rasanya, ia sedang tak ingin melihat tatapan sendu atau keadaan mencekam lainnya.

"Makanlah makananmu!" ujar pemuda berambut Metalic Blue itu, namun Sunghoon hanya menyuguhkan senyuman tipis. "Sunghoon, dengarkan kak Heeseung!" sifat keras Jongseong mulai kembali, pemuda itu sudah geram akan tingkah Sunghoon yang berubah drastis, menurut Jongseong, Sunghoon menjadi kekanak-kanakan.

"Park Jongseong jangan membuatnya semakin tertekan, atau ku hajar kau setelah keluar dari sel ini!" Riki menatap tajam keberadaan Jongseong, Riki sungguh tahu bagaimana rasa depresi yang kuat, bahkan hal itu muncul tiba-tiba dengan menghadirkan kenangan mengerikan, dan Riki merasa jika Sunghoon mengalami hal sama untuk kali ini, mungkin sebuah trauma yang kembali muncul karena pemicunya ada di depan mata. "Sialan jaga sikapmu, aku lebih tua darimu!"

"Percuma pula kau lebih tua jika pemikiranmu terlalu kolot!" api dimata Jongseong semakin berkobar, dia sangat ingin mengajak pemuda Strigiformes itu baku hantam, sayang sekali mereka terhalang oleh jeruji besi. "Kenapa kalian selalu bertengkar? Aku terkadang takut melihat pertengkaran kalian!" cicitan Sunoo yang terlalu tiba-tiba itu membuat Jongseong terdiam, baru kali ini pangeran itu mengatakan protes akan sikap mereka.

"Maaf, aku hanya ingin kita bisa kabur dengan energi yang cukup!" kata Jongseong sambil menunduk. "Pertengkaran kalian membuat kepalaku semakin pening!" Jungwon yang sedari tadi terdiam dengan tubuh terlentang pun bersuara, ia sangat benci akan suara bising Jongseong dan Riki yang selalu saja bertengkar tak memandang kondisi dan tempat. "Apakah kalian saling kenal?" atensi mereka teralihkan pada suara yang lama terdiam, suara dari salah satu pemuda asing di sel paling ujung dekat pintu keluar.

"Kami saudara!" jawab Heeseung yang tetap mempertahankan penyamaran. "Oh, pantas kalian terdengar sangat dekat!" jawab pemuda itu. Dia terlihat kurus, lusuh, dan juga pucat seperti Jungwon. "Omong-omong kalian tinggal di desa mana? Sepertinya aku tak pernah melihat kalian!" Heeseung melirik Riki, seolah memberi kode hingga pemuda Strigiforms itu mengangguk samar. "Oh, sebenarnya kami berasal dari suku Lynessa Mavis di wilayah Ainsley, hanya saja kami sedang melakukan perjalanan hingga ke desa Rowena di Pax Zirael!"

Pemuda itu mengangguk-angguk, seraya memahami apa yang dikatakan oleh Riki. "Aku dan adikku juga pendatang seperti kalian, tetapi sial sekali kami terjebak di sini!" mata pemuda itu melihat tepat pada sel di depannya, sang adik terdiam dan membalas tatapan itu dengan sendu. "Dia adikmu?" tanya Sunoo penasaran, bahkan ia sedikit memundurkan badan untuk melihat adik pemuda itu, Sunoo terhalang tubuh Jaeyun di sebelahnya yang menjadi pembatas antara sel Sunoo dan sel adik dari si pemuda asing itu.

"Ya, dia adikku!" jawabnya sembari tersenyum hangat. Ekor mata Jaeyun melihat sel di sebelahnya, ia melihat pemuda kurus dan mungil dengan pipi yang menggemaskan, hanya saja anak itu terlihat sedikit aneh, apalagi ia sama sekali tak pernah bersuara memanggil kakaknya untuk bercengkerama. "Lalu, kenapa kau tak pernah mengajak adikmu berinteraksi?" tanya Jaeyun penasaran.

Pembicaraan itu cukup berguna mengalihkan pertengkaran Jongseong dan Riki. "Karena memang takdir tak mengijinkannya bersuara!" jawab pemuda itu, Sunoo terlihat iba, dia terus melihat pada pemuda yang lebih mungil darinya itu, "Dia umur berapa?" tanya Sunoo yang sedari tadi tak melepaskan arah pandangnya. "15 tahun!"

"Oh benarkah? Dia seumuran dengan bungsu kami!" ujar Jaeyun, namun sepertinya pemuda itu salah mengira, karena matanya malah melihat kearah Sunoo, "Bungsu kami di paling pojok, yang sedari tadi bertengkar denganku!" Jongseong mengatakannya dengan wajah datar, ia sedikit melirik Riki dengan mata yang menajam.

"Dia.... Umur 15? Aku mengira dia berumur 20" ujarnya, memang Riki berpenampilan lebih dewasa dari umurnya, bahkan Jaeyun, Sunoo, Jungwoon yang lebih tua darinya malah terlihat lebih muda jika disandingkan dengan Riki. "Dia memang bergaya sok dewasa, jadi jangan terkejut!" ujar Jongseong, sebenarnya dia sedikit menyindir akan tingkah Riki yang selalu memabuat Jongseong pening.

Riki hanya merollingkan bola matanya, ia menghindari menatap Jongseong dan terfokus pada Sunghoon yang sedari tadi diam meringkuk sembari menenggelamkan wajahnya di kedua lengan. "Aku masih bingung, sebenarnya siapa yang mengurung kita? Kita tak pernah membuat kegaduhan apalagi mengusik pribumi!" Heeseung terlihat kesal, ia menyandarkan diri di jeruji besi sebelah kanannya.

"Kita berada di sarang Vorsord para pemburu Spitak vagr!" atensi mereka tertuju pada pemuda asing itu, dia terlihat sedikit menunduk dengan wajah yang sangat lelah. "Akhir-akhir ini.... Para Spitak vagr bermunculan untuk menyerang beberapa wilayah Pax Zirael, dan para pemburu ini akan menangkap orang-orang asing yang memijakkan kaki di Pax Zirael!" dia mengangkat wajahnya, memandang sang adik yang sedari tadi mengerik salah satu jeruji besi menggunakan kuku telunjuk yang sangat kotor.

"Tetapi kami bahkan tak mengganggu!" sahut Jongseong, pemuda itu serasa tak terima akan perbuatan Vorsord. "Mereka tak peduli, karena mereka sangat mencurigai orang asing yang datang ke tanah ini. Padahal aku pernah bertemu Spitak vagr dari kalangan menteri Pax Zirael sendiri. Syukur saja aku bisa sembunyi dan kabur!" Spitak vagr sendiri adalah manusia harimau putih yang telah lama di kurung oleh sang ratu turunan ke tiga Pax Zirael.

Sunoo tiba-tiba kembali teringat, akan makhluk mengerikan dengan lidah panjang penuh liur yang mengejar mereka sebelum tertangkap. "Apakah kau tahu binatang mengerikan apa yang mereka gunakan untuk mengejar target mereka?" pemuda asing itu menggeleng, dia juga pertama kali melihat hewan mengerikan itu. "Mungkin saja mereka menyewa penyihir benua timur untuk mendapatkan hewan sangar itu" ujarnya.

"Bagaimana jika kita menyusun cara untuk melarikan diri dari sini? Dan... Omong-omong siapa namamu?" Heeseung melihat ke arah pemuda asing itu. "Oh, maaf aku lupa mengenalkan diri. Aku Hirota Maki dan adikku bernama Hirota Taki" percakapan mereka berlanjut dengan perkenalan, serta sedikit membahas cara melarikan diri dari kurungan Vorsord.

꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂

꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

October, 06 2023...

⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.

Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √Donde viven las historias. Descúbrelo ahora