Page 48 ꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂

109 19 13
                                    

Hari ini terasa berbeda, para rakyat Pax Zirael yang selalu bersembunyi di ruang bawah tanah mulai berhamburan keluar rumah. Tak hanya itu, para rakyat di wilayah lainpun, yang tengah mengajukan demo sekala besar di depan istana negara mereka nampak memandangi langit malam yang berubah mengerikan dengan munculnya purnama bewarna merah.

Mereka bergidik, merasakan sapuan hawa mencekam diiringi banyak jeritan-jeritan gila dari pada prajurit yang kini dihempaskan oleh tornado ke tanah-tanah tandus berbatuan tajam. Tubuh mereka semburat, terlihat menjijikkan tetapi mampu membuat hewan-hewan buas gembira.

Muncul sebuah simbol langka pada tengah rembulan tersebut, terlihat begitu indah seolah terlukis simbol kelahiran raja pertama The Center Eagle yang telah ratusan tahun tidak pernah terlihat.

Rakyat berbisik-bisik, seolah mereka terkejut apakah sang Alrekur terbangkit kembali? Youngbin ingin mengamuk, dia lupa tujuan utamanya memburu si darah murni, dan malah mengerahkan hampir seluruh prajurit untuk mengalahkan putera mahkota Pax Zirael karena ia merasa malu telah dikalahkan dalam perjamuan istana.

"Sialan, apa dia sekuat itu?" Youngbin tak henti mengumpat, bukankah si darah murni terakhir itu lemah, bahkan tak bisa menggunakan kekuatan turunan The Center Eagle.

Pasti jendral setia Center Eagle itu sudah menipu, dan menutupi jika darah murni terakhir adalah titisan terpilih dari raja generasi pertama. Youngbin terduduk lemas di tahta peraknya seorang diri, tak henti-hentinya membanting barang yang ada di sekitarnya.

Dia bahkan tak peduli membiarkan jendela terbuka lebar mempersilahkan angin masuk mengibarkan setiap korden-korden biru gelap di ruangannya. "Jung Daehyun sialan, penipu!" terus saja ia mengerang, melemparkan belati miliknya hingga kaca besar yang dekat dengannya menjadi hancur.

Bodohnya Youngbin, dia hanya marah-marah dan menyuruh semua pengawal meninggalkannya sendirian. Padahal sekelebat bayangan sudah memburunya menyusup masuk pada ruang licin nan panas itu. Di sana, di balik sandaran tahta yang menjulang, sosok rupawan nan mengerikan telah menanti dengan sorot matanya yang kosong.

Kabut-kabut tebal datang menyelimuti seluruh wilayah, menghadirkan mendung beserta lirihan petir merindu hujan. Hewan-hewan herbivora berlarian berlindung ke dalam goa, karnivora berkeliaran menjanjikan ketakutan sehingga warga desa kembali masuk dan mengunci seluruh pintu serta jendela.

Burung-burung gagak berterbangan melingkupi istana East Siren Grafter, disusul pekikan kencang sang pemimpin negara yang begitu memilukan untuk merasuki gendang telinga. Rombongan pengawal lari terbirit sembari melempar semua senjata milik mereka hingga memohon ampun.

Rasanya begitu cepat, semua tergulung ombak amarah hingga istana itu hanya dipenuhi oleh raga tanpa nyawa. Suasana kembali mendesirkan hati, kala sebuah lubang aneh muncul seolah menyedot semua mayat-mayat itu hingga tak bersisa, darah-darah menghilang seolah tak pernah terjadi hal mengerikan pada negara dengan penghasilan gandum yang melimpah itu.

Rasanya para rakyat terbius hingga pulas, mereka menjadi tuli hanya untuk sekedar mencuri dengar elegi malam yang menghanyutkan. Seseorang terbangun dari tidurnya, merasakan sebuah bantalan keras dan menyadari dirinya terbaring pada jalanan berbatu dengan banyak orang berbaju prajurit.

Dia linglung, mendapati sosok yang ia kenal tergeletak tak jauh dari tempatnya berada. Lutut rapuh itu mencoba kuat untuk sekedar berdiri, ia tertatih-tatih mendekati sang teman sembari mencoba menepuk-tepuk wajah yang terlihat agak pucat. "Jungwon... Jungwon!" tangannya tremor, sungguh tak kuat hingga ia memutuskan berbaring mengatur nafas dan energi tubuhnya.

Ini gila, sungguh gila! Tulangnya terasa remuk dan kebas hanya untuk menggerakkan jemari lentiknya. Mata Amber tajam itu terasa panas, apa ia akan menangis? Sklera mata itu juga memerah, seolah menumpahkan semua yang telah lama terbendung hingga buliran-buliran air terjatuh menyapu pipi. "Aku kenapa?" pun, dia juga bingung, menatapi langit malam yang kembali normal dengan hadirnya bulan sabit yang bertabur bintang di sekelilingnya.

Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang