CHAPTER 23

19 4 1
                                    

Aku sontak memberontak hebat. "Lepaskan aku!"

"Bertunangan dengan kakakku, huh? Aku baru meninggalkanmu beberapa minggu, kau sudah mengkhianatiku?"

"Kau yang pergi tanpa memberi kabar! Acara pertunangan tak bisa dibatalkan begitu saja!"

"Oh, bukan karena kau ingin menikmati cumbuan kakakku, huh? Wanita murahan! Apa yang kukatakan soal ini sebelumnya? Kau pikir aku bercanda?! Zane bilang kau hamil anaknya. Dasar jalang! Aku baru meninggalkanmu sebentar, kau sudah hamil dengannya?!"

"Lepaskan!"

Aku terus berusaha meronta. Ia memanggulku kemudian sambil melangkah menuju tangga. Kucoba menendang dan memukulnya. Dia tak peduli.

Setiba di kamarku, dia mengunci pintu dan melemparkan aku ke atas ranjang. Tanpa ampun, ia membuka paksa jubah tidurku. Aku menjerit dan mencoba melawan sebisa mungkin. Namun, apa arti tenagaku dibandingkan dengan lelaki yang kini seolah tengah kalap.

Aku mencoba lari, gagal. Ia menarik paksa dalaman di bagian bawah. Dia mencumbu sebelum membalikkan tubuhku, menelungkup di kasur.

Dengan kasar ia menarik bagian bokongku ke arahnya. Aku tahu apa yang akan terjadi sebentar lagi. Jantungku berdentum bak meriam. Perasaanku kacau antara takut, marah, tetapi juga bergairah.

Detik berikutnya dengan keahliannya seperti biasa, ia telah menyatukan diri denganku. Zander langsung mengentak cepat seakan penuh kemarahan tanpa ampun.

"Kau bercinta dengannya, huh? Kau milikku, Lea! MILIKKU!"

Aku mengerang dan merintih seiring tubuh berguncang hebat mengikuti gerakannya. Mendadak teringat akan calon bayi di kandunganku, membuatku cemas. "Hentikan, Z ...."

Namun, bukannya berhenti, ia malah makin mempercepat gerakan, menghunjam kuat. Tanpa ampun dia bergerak cepat, hingga hanya bisa kudengar bunyi cukup keras saat tubuh kami beradu.

Zander mendesis, mendesah, menggeram, mengerang, terus mengentak tanpa henti sambil menjelajahi bagian leher belakang dengan lidahnya yang membara. Ia memainkan jemari sesekali merayapi bagian dadaku. Dia menarik daguku ke posisi miring, lalu melumat penuh gairah.

Aku kembali merintih. Rasanya sudah cukup lama tak merasakan gairah yang berkobar seperti yang terasa saat ini. Zane tak mau bercinta sebelum kami menikah.

Tubuhku seakan tak sanggup menolak, sudah sangat merindukan sentuhan Zander. Kulupakan kebencian dan kemarahan saat ini. Aku memutuskan hanya membiarkan dan menikmati. Jika sesuatu terjadi, biarkan saja.

Kupejamkan mata saat hampir merasakan sensasi puncak. Jemariku mencengkeram seprai. Dia terus mengentak tanpa henti, bahkan semakin cepat. Kami mengerang bersamaan ketika Zander membenamkan diri, mengentak dan menghunjam untuk yang terakhir kali.

Kewarasanku kembali muncul seiring rasa amarah. "Kau puas sekarang?" desisku tanpa berbalik menatapnya. "Apa aku bagimu, Zander? Budak? Wanita murahan yang bisa kau perlakukan seperti sampah?"

"F**k, Lea! Maafkan aku. Tapi ... aku hanya pergi sebentar, bagaimana bisa kau melakukan ini padaku?"

Aku terkejut saat menyadari suara Zander yang serak dan bergetar lemah. Kubalikkan tubuh saat ia telah melepaskanku.

Kulihat ia duduk menutupi wajah dengan kedua tangan. Bahu lelaki itu berguncang dan terdengar isak samar dari mulutnya. Dia seperti seorang bocah yang menangis kehilangan mainan kesayangan yang sangat berharga. Entah kenapa, itu membuatku iba.

Aku beranjak, menyeret lutut menghampirinya. "Zander ...."

Dia sontak menyembunyikan wajah di perutku. Tangisnya pecah di sana. "Aku mencintaimu, Lea. Aku tak bisa hidup tanpamu. Kembali padaku, please, please, please. Aku bersedia menerima bayi Zane yang ada di perutmu."

WILD AND CRAZY (END) Where stories live. Discover now