Kebahagian dalam sekejap sirna, senyuman yang beberapa hari lalu masih setia muncul dari wajah Jufano kini telah hilang, berganti dengan raut penuh kesedihan."Ini semua salahku.. apa yang harusku lakukan?
Aku gagal, aku tidak bisa melindunginya! Salahku, ini adalah salahku!" sejak tadi Jufano hanya terus mengulangi kata-kata yang sama.
Hari ini adalah hari ulang tahun Yunan. Jufano sudah menyiapkan semuanya, karena hari ini, ia akan melamar Yunan.
Namun sepertinya, Tuhan berkehendak lain. Sebelum Jufano memberi kabar pada Yunan untuk bertemu, Jufano lebih dulu mendapat kabar buruk yang di sampaikan oleh Ajiyar.
Bahwa Yunan jatuh dari atas rooftop sekolah, dan meninggal di rumah sakit.
Katanya, akhir-akhir ini hubungan Yunan dengan teman sekelasnya kurang baik. Di atas rooftoplah mereka adu mulut, membuat temannya geram lalu berakhir mendorong kasar Yunan hingga terjatuh.
Teman yang mendorong Yunan sudah di amankan, karena masih di bawah umur dan dari keluarga yang cukup terpandang, sepertinya ia akan mendapatkan keringanan.
***
Ajiyar menepuk bahu Yolan. "Temani dia, aku masih ada urusan di sekolah" ucapnya, kemudian berlalu pergi.
Tidak sanggup melihat keadaan Jufano, dalam diam Yolan menangis.
Jufano benar-benar terpukul atas kematian kekasihnya, Yunan. Tatapan matanya kosong, seakan siap untuk ikut mati juga menyusul kepergian Yunan.
Samar-samar Yolan dapat mendengar suara hujan dari luar rumah sakit.
Dirinya di buat semakin percaya, bahwa takdir itu adalah mutlak.. jika tidak di izinkan bersama, maka tidak akan bisa bersama.
Seperti Jufano dan Yunan. Hanya ibarat kedipan mata, harapan mereka rusak, kebahagian mereka pun tamat.
***
Sudah berhenti menangis, Yolan memberanikan diri duduk di samping Jufano.
"Mengapa hanya diam? Itu membuatku takut, menangislah" pinta Yolan.
"Haruskah aku menyusul Yunan? Sepertinya dia akan kesepian di sana" ucap Jufano pelan.
Dengan cepat Yolan cengkeram kuat tangan Jufano. "Tidak! Jangan! Jika kamu melakukan itu aku tidak akan pernah memaafkanmu!"
"Tapi Yunan sendirian di sana, dia pasti ketakutan"
Yolan lepaskan cengkeraman tangannya pada tangan Jufano. Kemudian ia berdiri tepat di hadapan Jufano. Dalam hitungan detik, suara raungan pun terdengar.
Yolan kembali menangis.
"Lalu bagaimana denganku? Saat kamu menawarkan diri untuk menjadi temanku, kamu berjanji tidak akan meninggalkanku! Jika kamu pergi.. aku, aku tidak akan bisa percaya kepada siapa pun lagi! Aku akan kembali seperti dulu, membenci diriku sendiri, membenci semua orang, dan membencimu! SEUMUR HIDUPKU!" teriak Yolan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musim semi [Hwanshi]
Teen Fiction"Sedingin apapun salju, musim semi pasti akan menyambut" Disclaimer : - Fiksi (100%) - Boy x boy - Short story - Local story - Menggunakan bahasa baku - Mengandung sedikit bahasa kasar. By : rra