39. Doktrin

15 8 1
                                    

Ibu memberiku sebuah buku yang berisi begitu banyak peraturan yang harus aku patuhi jika tidak ingin dikurung dalam ruang gelap di kota ini

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Ibu memberiku sebuah buku yang berisi begitu banyak peraturan yang harus aku patuhi jika tidak ingin dikurung dalam ruang gelap di kota ini. Kabarnya, ada sebuah ruangan rahasia yang digunakan oleh orang yang berkuasa di sini untuk membungkam orang-orang sepertiku.

Lucu.

Kami tidak diperkenankan berlari, membentuk kelompok, pergi ke tempat-tempat indah dan menyenangkan untuk membentuk sebuah memori. Kami hanya harus datang ke sekolah lalu mengerjakan setumpuk tugas yang bahkan kami sendiri tidak tahu apa faedahnya dari susunan angka dan kata pada kertas yang kami terima di masa depan kelak.

Datang, mengerjakan tugas, lalu pulang ke rumah dan mengulanginya.

Pantas saja, di sini sangat kelam. Bagaimana dunia bisa berjalan tanpa adanya kecerian?

"Ada banyak orang yang memilih bunuh diri karena tidak mampu bertahan dengan aturan di kota ini, Hana." Clara membisikkan itu di telingaku saat kami mendapat kesempatan untuk pergi ke perpustakaan berdua saja. Kami duduk di pojok ruangan yang memiliki jendela kecil. Cahaya matahari masuk dari celah kecil itu dan memenuhi ruangan yang tak memiliki penerangan itu.

"Kau tahu Mita?" Clara berbisik lebih lirih dari sebelumnya.

"Kenapa lagi dia?"

"Dia berancana akan loncat dari lantai atas demi melancarkan protesnya pada penguasa kota ini."

"Memangnya, apa orang akan mati dari ketinggian segitu?" Aku menoleh ke arah gedung yang dimaksud Gedung itu terletak tak jauh dari tempat kami berbincang sekarang.

"Memang orang gak akan mati dari sana, Han?"

"Jika beratnya sekitar 45kg, loncat dari gedung setinggi 20m, dia bahkan tidak sempat untuk pingsan sebelum badannya sampai ke tanah. Dan apakah dia akan mati setelahnya? Ya tergantung, kalau kepalanya sampai duluan dan menghantam sebuah batu, ya mungkin saja. Mungkin saja dia mati karen kehabisan darah."

"Pantas saja, aku tidak merasakan pingsan saat itu."

Aku menoleh ke arah Clara. "Apa kau pernah melakukan percobaan bunuh diri?"

Dia tak menjawabnya. Lalu tiba-tiba mengubah topik pembicaraan dan berjalan menjauhiku. Bel jam pelajaran dimulai jugalah yang mengentikan kami untuk terus berbicara.

"Jangan lupa, Hana, jangan berlarian."

Nasihat Clara kali ini, ingin aku lupakan, pasalnya ada hal mendesak yang harus segera diselesaikan. Aku harus mencari Mita. Namun, saat aku barus aja melintasi lapangan, seseorang menarikku. Aku menoleh ke arahnya.

Pemuda berambut perak itu menatapku dalam-dalam.

"Kau tahu, Hana, kita dilarang berlarian di sini. Apa kau berencana dihukum lagi?"

Aku mendengus, kesal juga harus mengikuti peraturan yang tidak masuk akal ini.

"Apa kau tahu jalan tercepat untuk keluar dari sini?"

Cafe Jasuke Just Okay (Complete Story)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora