🎲 Chapter 01

8 1 0
                                    

Lelaki bertubuh pendek berlari cepat melintasi gang kecil menghindar lima pria berpakaian hitam dengan sebuah tongkat besi panjang dan kokoh. Dari sekian banyak tempat malah memilih area kawasan yang akan digusur dan itu akan mempermudah pencarian, ia masuk ke salah satu rumah kosong di area terpencil untuk bersembunyi.

Deru nafas kasar ketakutan dan lelah sehabis berlari hampir dua jam cari cara menghindari penagih hutang di lahan seluas lautan rumah. Berusaha tidak bersuara namun apa daya nafas sudah hampir tidak beraturan sertai sesak, tenggorokan terasa amat kering dan kaki terasa lemas.

Pria tua yang berkelakuan anak kecil jalan mengendap-endap lalu menepuk bahu kanan lelaki sedang berjongkok dan waspada keadaan luar, bukannya takut atau kaget malah menyibakkan ke samping tak menghiraukannya dan fokus melihat luar melalui sela pintu pagar besi yang berkarat karena usia.

Beliau tersenyum geli lalu menepuk pundaknya lagi dan lagi-lagi tangan disibakkan ke samping, diulangi lagi berkali-kali sampai akhirnya lelaki itu membalikkan badan lalu berteriak histeris ketakutan mendapati orang di area kosong seperti ini. Tawanya puas sambil tepuk tangan kegirangan saat melihat reaksi wajah yang ditunggu sedari tadi olehnya.

Lelaki bertubuh pendek itu mengelus dadanya hampir jantungnya jatuh ke bawah lalu mengajak bicara si Kakek yang terlihat linglung, "Kek ... kenapa kau berada di area kosong? Di mana keluarga Kakek? Apakah masih ada di area sini yang belum pindah ...?"

Tidak dijawab oleh sang Kakek. Lelaki muda itu mengintip luar lagi setelah dirasa aman baru mengajak Kakek ke jalan ramai dan mencari kantor polisi terdekat untuk memanggil keluarga si Kakek sebelum pulang ke rumah.

Petugas polisi melihat rupa lelaki itu dengan pandangan kurang yakin dan bertanya, "bisa tunjukkan KTP?"

Ia segera merogoh celana dan ambil dompet dari salah satu kantong lalu memberikan kartu identitasnya pada yang bersangkutan. Pasang senyum sesuai foto tertera dalam kartu lalu dikembalikan padanya.

"Tuan Lucas, silahkan pulang setelah mengisi formulir." Dengan itu Lucas yang agak kaku dan takut lekas tulis formulir sesuai kode etik lalu keluar dari kantor polisi.

Hela nafas lega setelah diluar kantor polisi sambil melihat ke belakang, ia menggaruk kepalanya yang gatal tak cuci rambut ada sebulan. Dia sedang bekerja keras mencari uang demi bisa membayar hutang dan biaya tinggi di perkotaan yang makin lama semakin tinggi. Rumah semi basemen menjadi tempat tinggalnya selama tujuh tahun setelah di PHK massal dan jadi tidak punya tujuan hidup.

Kehidupannya datar dan terkadang naik turun ketika sudah tanggal 20 karena hari itu adalah hari penagih hutang datang ke rumah. Air turun dari langit malam, Lucas mendongak ke atas merenung nasib. Hujan yang berawal gerimis berubah deras tidak sampai lima menit, sekitarnya berlari masuk ke dalam kantor polisi untuk berteduh tapi berbeda dengan Lucas yang berjalan lambat keluar pagar.

Jalan lontang-lantung di pinggir jalan dengan tatapan mata kosong sampai tidak melihat rambu jalan dan mobil SUV hitam berhenti sekejap membuat dua penumpang maju ke depan yang untungnya tertahan oleh seat belt. Si Sopir turun dari mobil melihat lelaki berbaring di depan mobil dan sama sekali tidak terluka sedikit pun, balik ke dalam mobil menanyakan perihal lelaki yang lompat ke jalan pada pria tiga puluhan duduk di jok belakang.

"Masukkan ke dalam bagasi." Dengan itu sang sopir membawanya masuk ke dalam bagasi dan mengikat kaki juga tangannya gunakan tali.

Mobil SUV hitam kembali berkendara di jalanan sepi yang diikuti anak buah dari belakang gunakan mobil sedan.

🎲🎲🎲

Di sebuah gedung tak ternama tapi punya banyak sekali pelanggan kelas bawah maupun tinggi dan perjudian tepat ada di basemen. Tak hanya itu, menjadikan anak dibawah umur jadikan prostitusi ilegal secara paksa dengan ancaman pembunuhan dan organ akan dijual ke pasar gelap.

Bisnis gelap yang sudah diolah lama oleh bos berdarah Tiongkok bersama anak buahnya yang sudah mengikuti dari negara asal. Dapatkan uang yang sudah tak terhitung lagi jumlahnya di brankas besarnya, mengolah sebuah pabrik narkoba bersama seorang pria kelas kakap namun tak pernah datang langsung ke tempat.

Gadis berusia tujuh belas tahun yang sudah diculik selama dua tahun harus menerima pekerjaan tak senonoh dan melayani pria tua bangkotan, seluruh tubuhnya terasa jijik hampir muntah setiap melihat pelanggan yang terus silih berganti. Tak hanya dirinya saja, namun masih ada sebelas orang gadis remaja tak bersalah diculik dan ada di sini ketika bangun dari obat bius.

Wanita bergaya rambut keriting yang merupakan kepala manajer sekaligus resepsionis dan nasib dua belas anak di dalam ruangan sana berada dalam kendalinya. Buka kunci ruangan yang paling ujung dan memilih gadis mana yang akan melayani pria VVIP malam ini, tatapan mata buat semua gadis gemetar ketakutan.

"Kau baju biru. Malam ini akan jadi malam pertamamu menikmati nafsu pria VVIP, kau harus mensyukurinya karena yang lain tidak pernah dapat pelanggan istimewa," ucapnya yang diakhiri dengan tawa yang nyaring.

Gadis tertua di antara gadis remaja di sini berusaha melindungi gadis umur dua belas tahun yang masih polos dan tidak mengerti apa-apa. "Biar aku saja yang melayani pria VVIP malam ini. Biarkan dia di sini."

"Kau siapanya? Kenapa kau berani sekali memerintah aku? Sekali aku tunjuk dia, harus dia yang maju!"

"Dia masih dua belas tahun. Dia tidak mengerti apa-apa, jangan merusaknya dan sudah cukup berhenti di sini saja. Biarkan aku yang menggantikannya!" ujarnya semakin berani dengan mata melotot melawan wanita keriting itu.

Namun matanya kalah besar langsung mengalihkan pandangan. "Baik. Mulai sekarang kau harus melayani semua pelanggan setiap malam. Tepati apa yang kau katakan barusan."

Dia mengangguk mengiyakan dengan sangat berani dan keluar untuk mulai bersiap menyambut pelanggan VVIP. Entah itu VIP atau VVIP semua terasa sama saja baginya, tidak ada spesial dan semakin membuat area pinggang terasa ngilu setelah melakukan lima belas pria secara bergantian. Apakah semua pria di muka bumi hanya bisa sibuk menyalurkan nafsu ke wanita?

"Bagaimana nasib Carolina di luar? Kenapa dia berani menawarkan diri untuk melindungi kita? Bukankah itu sama saja dengan cari mati?" ucapnya acuh tak acuh dengan nasib senasib.

"Kita seharusnya bersyukur kepada Carolina. Apa kau menikmati setiap pekerjaan? Dia juga berusaha carikan celah di luar sana," balasnya yang tak secara langsung menampar pipinya.

Dia duduk di dekat pintu dan tubuh meringkuk sambil renungkan nasib juga berdoa minta untuk orangtuanya segera menemukan keberadaannya.

Carolina duduk di atas kasur nuansa remang-remang hampir gelap gulita, ruangan yang lebih besar dan dekor lebih baik daripada ruangan lainnya yang hanya kasur juga selimut. Mata melihat ke sekeliling memperhatikan ada tidak kamera tersembunyi serta tidak ada salahnya untuk waspada.

Mobil SUV berhenti dan turunlah pria memakai payung ditengah hujan yang sangat deras lalu berjalan masuk ke dalam gedung, pakaian serba hitam dan rapi. Bertemu wanita rambut keriting di meja depan dan berjalan menunjukkan kamar paling mewah di sini.

"Selamat menikmati malam yang indah, Tuan Leon." Dia tersenyum apalagi melihat pemandangan yang sangat langkah, pria itu tampan dan tinggi, cocok dengan pria idamannya.

🎲🎲🎲

THE BLACK SNAKEΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα