Rumit

565 22 3
                                    

Assalamu'alaikum up lagi dong
Follow dulu sebelum baca
Jangan lupa vote dan komen ya
Bantu tandai typo yuk, sepertinya banyak banget deh
luv u!
.
.
.

***

"Sebanyak apapun batu yang senilai dengan berlian yang indah, batu tetap tidak akan bisa menandingi keindahannya. Tapi ini bukan tentang batu dan berlian."

-Adiba Marcellia Azani-

***

Farhan memejamkan matanya menikmati usapan lembut di kepalanya, sesekali menciumi tangan lain istrinya karena yang satu sibuk mengusap anak rambut di kepalanya.

"Mmm mas, aku boleh tanya sesuatu?" celetuk Azani memecah keheningan.

Farhan membuka matanya mendongak menatap istrinya teduh, "Boleh, mau tanya apa hm?"

"Seandainya suatu hari nanti masalalu aku ataupun kamu kembali, apa mas masih mau sama Azani?" tanya Azani memelankan suaranya.

Farhan terduduk menghadap istrinya, sepertinya istrinya sedang berat dipikirannya, pikir Farhan. Ia pun tersenyum dan mengusap pipi Azani lembut.

"Kenapa tanya begitu hm?"

"Hanya seandainya mas, karena sesempurna apapun orang baru, orang lama akan tetap menjadi pemenangnya bukan?"

"Tidak semua. Bagi saya, masalalu saya itu biarkan tetap menjadi jalan cerita saya. Masalalu kamu itu pribadi kamu, yang terpenting masa depan untuk kita. Di waktu lampau boleh kurang baik, tapi bukan berarti masa akan datang harus kurang baik juga." Farhan menatap kedua mata istrinya, ia melihat sorotan takut tapi ia belum mengerti jelas.

"Kamu sedang kepikiran sesuatu sehingga kamu bertanya seperti ini?" tanya Farhan.

"Tidak mas," bohong Azani, "Maafin Azani mas, Azani perlu waktu untuk semuanya."

"Yasudah kalau ada apa-apa langsung bilang sama mas."

"Oh iya mas, besok aku izin keluar bareng Zida boleh?" tanya Azani teringat janjinya dengan seseorang.

"Kemana? mau mas antar hm?"

Azani menggeleng cepat, "Tidak mas, aku sama Zida saja. Aku tahu mas sibuk jadinya Azani pergi saja dengan Zida tidak apa-apa mas?"

"Maafin mas ya selalu sibuk dan jarang bisa keluar sama kamu tapi mas janji setelah ini mas bakal kosongin waktu yang banyak untuk istri mas," ujar Farhan.

"Iya mas aku ngerti kok," balas Azani tersenyum.

"Terimakasih sayang."

"Sama-sama mas."

***

Terhitung satu jam yang lalu setelah keberangkatan Farhan ke perusahaan bersama dengan Abi Hafidz. Azani berdiri di depan parkiran ndalem menunggu Zida yang masih di jalan.

Beberapa menit kemudian, batang hidung Zida baru terlihat dengan memberikan senyuman tanpa rasa berdosa itu.

"Ngaret!" dengus Azani kesal.

Amor [Terbit]Where stories live. Discover now