13 : Penjelasan

1K 140 6
                                    

Happy Reading!

••••

"Sekarang, gue mau kalian berdua jawab jujur!" ucap Harsa ditengah keheningan yang melanda ketiganya.

Saat ini, ia sudah berada di dalam mobil bersama Jauzan yang duduk di kursi kemudi, sedangkan Cakra duduk di sebelahnya. Rencana mengikuti Rendi yang sedang bersama perempuan itu pun hanya berjalan setengahnya, sebab Jauzan yang memilih pulang.

"Jawab jujur, tentang apa?" tanya Cakra menoleh ke kursi belakang, tempat dimana Harsa duduk. Sedangkan Jauzan hanya meliriknya sekilas melalui kaca spion diatasnya.

"Kalian, pasti udah punya pacar kan? Sama kayak si Juju sama Kak Rendi?" Harsa merubah posisi duduknya menjadi menyender pada sandaran kursinya.

"Belum," jawab Jauzan dan Cakra serempak.

"Jangan bohong!" Tatapan Harsa berubah menjadi memicing tajam. Jari telunjuknya ikut bermain, menunjuk kedua adiknya secara bergantian.

"Siapa juga yang bohong, orang itu kenyataannya kok, gue beneran gak punya pacar," jelas Cakra. "Nggak tahu kalau Bang Uzan!"

"Gue juga belum punya." Jauzan menyahut, namun masih konsentrasi dengan kemudinya, matanya menatap jalanan kota Bandung sore ini dengan teliti.

Harsa menganggukkan kepala sembari menghela napas lega.

"Emang kenapa sih Bang? Sampai nanya begitu?" tanya Cakra. "Lo takut kalah saing sama kita ya, kalau semisal kita punya pacar?"

"Enggak juga, gue cuma takut aja kalau sebenarnya kalian semua udah punya pacar, cuma gue yang belum," jawab Harsa.

"Emang kenapa kalau kita udah punya pacar, tapi lo belum?" tanya Jauzan.

"Gue takut nanti jadi bahan ledekan aja," jawab Harsa enteng.

"Oh," balas Jauzan dan Cakra tak minat. Membuat Harsa langsung mendengus kesal dengan respon keduanya.

•••

Malamnya, usai makan bersama. Ketujuh pemuda Abimana itu kini sedang berada di teras depan rumah. Dari sekian banyaknya tempat di dalam rumah, kali ini ketujuhnya memilih teras depan untuk dijadikan spot kumpul bersama.

"Cewek yang tadi sama Kak Rendi di mall siapa Kak?" tanya Harsa tanpa basa-basi setelah mendudukan pantatnya di lantai yang sudah terlapisi karpet itu.

"Cewek?" gumam Rendi. "Kapan gue ke mall bareng cewek?" tanyanya.

"Tadi siang, kita lihat lo bareng cewek di mall, di store aksesoris." Cakra ikut bersuara.

"Oh," beo Rendi. "Dia Sella, pacar gue," jawab Rendi santai, tanpa menyadari ekspresi kaget dari semua saudaranya.

"Jadi, beneran pacar lo Kak? Sejak kapan lo pacaran sama dia?" tanya Harsa berubah antusias.

"Lima bulan yang lalu," jawab Rendi. "Kenapa sih?"

"Kok lo gak pernah ngasih tahu kita kalau udah punya pacar?" tanya Meldi.

"Emang harus ya?" Rendi malah balik bertanya dengan pandangan bingung.

"Nggak juga sih," jawab Meldi enteng.

"Bentar deh, kalian bertiga habis dari mall tadi siang?" tanya Juju pada Cakra, Harsa dan Jauzan.

"Iya," jawab Jauzan, sedangkan Cakra dan Harsa hanya mengangguk.

"Berarti yang tadi gue lihat di kafe itu beneran lo Bang?" tanya Juju pada Jauzan. Jauzan hanya mengangguk.

"Mau kemana Dek?" tanya Meldi saat Juan beranjak dari posisinya.

"Mau ke depan, cari penjual wedang jahe yang biasa mangkal di pos satpam," jelas Juan seraya memakai sandal jepit kepunyaannya.

"Gue ikut ah, kangen batagor Mang Apip." Harsa berdiri, ia mengikuti Juan dibelakangnya.

"Gue juga ikut ah," ucap Juju mengikuti kedua abangnya.

"Kalian gak mau ikut?" tanya Meldi pada ketiga adiknya yang masih diam dengan posisi wenaknya.

"Enggak deh, gue males jalan kaki," jawab Cakra mengambil ponsel di saku celana boxer yang dirinya kenakan.

"Kalau kalian berdua?"

"Nggak," jawab Jauzan dan Rendi serempak.

Meldi mengangguk. "Yaudah, kalian disini jagain rumah. Gue mau ikut mereka. Kalau kita lama, kalian masuk duluan aja."

"Iya."

•••

"Mang Apip, gue mau batagornya dong satu, yang pedes ya."

"Siap."

"Gue tunggu di pos satpam yang Mang."

"Oke."

Harsa mendekati Juju yang sudah terduduk di pos satpam, dapat dirinya lihat Juju yang sedang mengobrol dengan Murkidi, sang satpam komplek. Sedangkan Tak jauh dari pos satpam, ada Juan yang sedang membeli wedang jahe.

"Malam Mang!" sapa Harsa disertai senyuman. "Hari ini mamang doang yang jaga komplek? Mang Badri kemana Mang?"

"Eh, Den Harsa. Malam." sapa balik Murkidi. "Iya nih, hari ini sendiri dulu. Mang Badri lagi sakit, jadi belum bisa ikut jaga."

"Ngopi Den?" tawar Murkidi mengangkat gelas kopi hitam yang masih penuh itu pada Juju dan Harsa.

"Iya, sok aja Mang," jawab Juju. "Saya nyalain ya tivinya? Kebetulan hari ini ada siaran bola. Indonesia vs Thailand. Kita nonton bareng."

"Boleh atuh, silahkan!"

Setelah mendapatkan izin, Juju mulai menyalakan tv yang memang tersedia di pos satpam. Tak berselang lama, pesanan batagor Harsa jadi. Juan pun sudah ikut bergabung menonton.

"Lho, Kak?" tanya Juan saat melihat Meldi yang baru saja tiba dengan membawa sebuah kantong kresek putih yang entah apa isinya.

"Malam Mang!" sapa Meldi yang dibalas dengan sebuah anggukan dan senyuman oleh Murkidi.

"Apaan tuh Kak?" tanya Juju merebut kresek di tangan sang kakak tertua.

"Cemilan, buat temen kita nonton bola," jawab Meldi ikut duduk di sebelah Harsa yang masih asyik dengan batagornya yang tersisa setengah.

"Wuih, asyik nih kalau ramai gini," ucap Murkidi. "Saya jadi ada temen ngobrol."

Juju mengeluarkan semua isi di dalam kresek yang dibawa Meldi di tengah-tengah mereka. "Nih Mang, nonton bolanya sambil ngemil," ucap Juju memberikan kacang garuda pada Murkidi. Yang tentu saja diterima Murkidi dengan senang hati.

Akhirnya, malam itupun keempat pemuda Abimana itu habiskan untuk menonton bola bersama satpam komplek perumahan mereka.

••••

TBC

[29/09/2023]

Our Home 2 [END] ✓Where stories live. Discover now