18 : Sedikit Nasihat

1K 140 11
                                    

Happy Reading!

••••

"Ya Allah Dek, lo darimana aja? Kita kalang kabut nyariin lo." Rendi memeluk Juju yang baru saja memasuki rumah, dan sudah mendapati keenam saudaranya yang wajahnya terlihat khawatir.

Juju mengernyitkan dahinya melihat ekspresi saudaranya yang terlihat lega. Ia sudah tidak dipeluk oleh Rendi lagi.

"Kalian kenapa sih?" tanyanya tak mengerti situasi. "Mukanya tadi kayak khawatir sama sesuatu, tapi pas udah ada gue, itu muka kayak lega banget."

"Kita khawatirin lo ya bangsut," sahut Cakra disertai umpatan diakhir.

"Khawatir sama gue?" Dahi Juju semakin mengernyit. "Emang kenapa sama gue? Apa yang harus di khawatirin?"

"Gini ya Dek, gue, Kak Meldi, Uzan sama Cakra itu lihat kejadian di taman. Pas kita pulang ke rumah, buat nyari lo, mau coba tenangin elo lah yang habis putus cinta istilahnya. Tapi, lo-nya gak ada dimana-mana. Ya kita berenam jadi panik lah, pas tahu lo gak ada di rumah. Terus, akhirnya kita berpencar nyariin lo di sekitaran komplek, tapi lo juga gak ada. Niatnya sih, kita mau lapor polisi. Tapi, kalau lo udah balik ya kita lega lah." Harsa menjelaskan apa yang membuat ia dan saudaranya khawatir dan panik tadi.

"Oh," gumam Juju disertai menganggukan kepalanya mengerti. "Gue habis dari danau buatan yang ada di ujung komplek, gak lama gue disana, datanglah Bang Yudha. Terus, gue ngobrol disana sama Bang Yudha lumayan lama."

"Lo gak papa kan Dek?" tanya Juan yang sejak tadi tak bersuara. Ia menatap wajah si bungsu dengan lamat, dapat dirinya lihat, ada gurat sedih disana.

Juju tak langsung menjawab. Ia terdiam sejenak sebelum "Gak papa kok Bang," jawabnya tentu saja merupakan sebuah kebohongan. Yang tentu saja disadari oleh keenam saudaranya, namun keenamnya memilih bungkam, tak mau membahasnya di waktu ini.

"Gue ke kamar dulu ya, gerah nih, mau mandi," pamit Juju yang sengaja mengalihkan topik pembicaraan. Saat mendapatkan jawaban dari kakak sulungnya, ia langsung beranjak menuju kamarnya.

"Gak jago banget kalau mau bohongin orang," celetuk Jauzan setelah kepergian Juju.

"Iya, dia harusnya belajar dulu ke Bang Harsa," sahut Cakra.

"Kok ke gue?" Harsa menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi bingung.

"Lo kan sering banget bohongin orang Dek, jadi udah pro pasti," jawab Rendi santai.

"Kapan gue bohong? Gue gak pernah bohong ya." Harsa tentu saja menyangkal jawaban Rendi.

"Cih, dia gak ngaku kalau sering bohongin orang," decih Juan.

"Emang kebohongan apa yang udah pernah gue lakuin, yang kalian tahu?"

"Banyak," jawab Jauzan

"Contohnya?"

"Nih, kemarin Abang bilang ke gue mau jalan-jalan bareng temen kampus, sama Bang Yayan juga. Tapi, pas gue lihat di sg Abang, lo bukan lagi jalan sama temen kampus, tapi sama Kak Dinda. Jadi, itu namanya bohong kan?"

"Iya juga, hehe," balas Harsa seraya cengengesan.

"Udah sih, kok malah bahas tentang kebohongan gini sih. Gak ada topik lain apa? Lagian pasti semua orang pernah bohong, gak mungkin kalau gak pernah, termasuk gue juga." Meldi menengahi obrolan random itu.

"Tuh, si Uzan yang mulai Kak," ucap Cakra dengan jari telunjuk yang mengarah pada Jauzan yang sudah anteng terduduk di sofa.

•••

Tok

Tok

Suara ketukan pintu itu mengalihkan perhatian Juju yang saat ini sedang berdiri di balkon kamarnya, memperhatikan lampu-lampu sekitar komplek yang sudah dinyalakan, karena ini sudah memasuki waktu malam.

"Masuk!" seru Juju sedikit berteriak.

Ceklek

Pintu terbuka, memperlihatkan Juan dengan pakaian tidurnya. Hanya sebuah celana sepaha dipadukan dengan baju kaos berwarna biru.

"Tumben gak turun ke bawah, ikut kumpul sama yang lain?" tanya Juan berbasa-basi saja sih. Karena dia sebenarnya tahu, apa penyebab Juju menjadi lebih pendiam seperti ini.

"Lagi mager gue Bang," jawab Juju menduduki kursi kosong disebelah Juan.

Setelahnya, hanya terisi oleh keheningan. Karena keduanya tidak ada yang bersuara.

"Galau boleh, tapi jangan terlalu berlarut-larut," ucap Juan.

"Hm," balas Juju hanya sebuah deheman.

"Karena disini cuma ada gue, coba lo sekarang jujur deh. Perihal apa yang lo rasain pas tahu kalau si Inara cuma jadiin lo bahan taruhan?" Juan menghadapkan tubuhnya secara sepenuhnya pada sang adik. "Karena, gue sama yang lainnya tahu, lo lagi gak baik-baik aja sekarang."

"Sakit ya Bang, pas tahu kalau ternyata orang yang gue cinta, ternyata cuma jadiin gue bahan taruhan," ucap Juju. "Gue alay ya? Kalau kayak gini karena putus cinta?"

Juan tentu saja menggelengkan kepala. "Enggak, lo gak alay. Karena di luaran sana, ada yang lebih parah dari lo setelah putus cinta."

"Dek, gini!" Juan memegang bahu Juju sedikit kencang. "Lepaskan dia, orang yang menyakitimu dengan sukarela, jangan terlalu terlarut dengan sakit hatinya. Mungkin, Inara itu bukan ditakdirkan untuk lo. Dia cuma sebatas pemeran figuran dalam hidup lo."

"Mulai sekarang, coba lo secara perlahan lupain Inara. Lihat tuh Jauzan, dia yang ternyata cinta sama Sani aja, bisa move on dengan mudah, padahal kan, bisa dibilang Sani itu cinta pertamanya dia, tapi dia bisa move on."

"Itu artinya, lo juga bisa kayak Abang lo itu."

"Udah deh, cuma itu aja. Karena gue tebak, lo udah dapet lebih banyak nasihat kan dari Bang Yudha?"

Juju mengangguk, karena memang seperti itu kenyataannya. Selama di danau, ia mendengarkan semua yang Yudha ceritakan, nasihat juga saran yang tak luput Yudha tambahkan.

"Yaudah, gue ke bawah dulu. Saran gue, mending lo istirahat deh, tidur. Daripada diem gini, ngelamunin sesuatu yang menurut gue gak terlalu perlu untuk di lamunkan."

Juju mengangguk, ia tersenyum kecil pada Juan. "Thanks Bang!"

"Gue gak butuh makasih lo, yang gue butuhin itu, sifat asli lo yang kemarin malem masih lo perlihatkan."

"Oke, besok gue kembali ke setelan pabrik," balas Juju memberikan sedikit candaan.

Keduanya pun tertawa terbahak-bahak. Tanpa menyadari jika ada yang menguping pembicaraannya, dibalik pintu balkon, ada Cakra dan Harsa yang sedang tersenyum kecil disana.

Sedikitnya, Cakra merasa lega saat melihat tawa itu kembali hadir di wajah sang kembaran, begitupun dengan Harsa yang juga merasakan hal yang sama.

••••

TBC

Juju jadi sadboy-nya sebentar aja deh, hehe.

[13/10/2023]

Our Home 2 [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang