Bagian 6

2K 63 6
                                    

Tamparan cukup keras mendarat pas di wajah Jayden, tentunya hal itu membuat Jayden kesakitan. Tidak ada rasa kasihan atau semacamnya, menurut Zea Jayden pantas mendapatkanya. Zea sekarang bukanlah Zea semasa SMA yang mudah Jayden jatuhkan seperti dulu.

"Bikin aja sana sama ayam" jelas Zea kesal.

Jayden tidak marah, tidak ada raut marah di wajahnya. Hanya saja Jayden tidak hentinya memegangi pipi yang terlihat kemerahan, ekspresinya juga menunjukan menahan sakit.

"Lo mau ayam? gue beliin kalau iya" tawar Jayden masih memegang pipinya.

"Orang stres" maki Zea kesal.

Zea mengambil bantal yang dan menaruhnya di tengah, antara Zea dan Jayden tidur. Tadinya Zea sempat berfikir untuk menyuruh Jayden tidur di bawah atau di sofa, tapi Zea masih memiliki hati nurani sebagai sesama manusia. Sama saja jahatnya bukan jika Zea sampai melakukan hal tersebut, walaupun Zea harus tidur dengan rasa was - was yang semakin tinggi.

"Bantal ini sebagai pembatas kita berdua, awas aja kalau lo berani ngelanggar. Gue sunat ulang tau rasa" ancam Zea sembari melototkan mata dengan Jayden.

"Loh, kalau di sunat lagi kita nggak bisa bikin anak dong" jelas Jayden satai.

"Diem, otak lo isinya selangkangan mulu".

"Yaudah mana sini makanya coba".

Zea tidak membalas, benar - benar malam yang sangat menguras emosi. Zea hanya ingin tidur, matanya sudah terasa lengket. Kantuknya tidak dapat tertahan lagi, dosa apa sebenarnya yang telah Zea perbuat hingga memiliki suami modelan Jayden.

Tanpa menghiraukan perkataan Jayden, Zea berbalik membelakangi Jayden. Fakta yang baru saja Zea ketahui dari Jayden adalah ternyata Jayden secrewet itu, bibirnya tidak berhenti mengoceh seperti burung. Perlahan namun pasti, Zea memejamkan mata untuk tidur. Tidak perlu waktu lama untuk Zea beralih ke alam mimpi, rasa lelah yang sejak tadi tertahan akhirnya terbayar.

Hari sudah berubah, matahari tanpa ragu muncul menerangi pagi. Antara bangun dan tidur, Zea semakin mengendus bantal yang dirinya pakai. Pagi ini terasa ada yang berbeda, tidak seperti biasanya Zea merasakan bantal senyaman sekarang. Rasanya Zea tidak ingin bangun, terlalu disayangkan untuk melewati moment senyaman yang jarang Zea rasakan.

Seperti ada yang berbeda dari bantal Zea, umumnya bantal akan terasa empuk. Kenapa sekarang berubah keras? lagipula hotel yang Zea sewa adalah hotel bintang lima, nihil jika pelayanan di sini kurang.

Zea membuka matanya perlahan, benar saja apa yang Zea pikirkan. Bukan bantal yang sendari tadi Zea rasa, melainkan dada bidang milik Jayden. Wajah Zea persis berada didepan dadanya, sedangkan wajah Jayden berada di atas kepala Zea. Tidak hanya itu, Jayden juga dengan lancang memeluk Zea erat. Seakan takut Zea kabur, tubuh Zea benar - benar di kunci oleh Jayden. Pergerakan Zea juga terbatas, mengingat perbedaan tubuh keduanya yang cukup jauh.

"JAYDEN" teriak Zea murka.

Ada sedikit pergerakan dari tubuh Jayden, Zea bisa merasakan bahwa Jayden merasa kaget. Tapi tetap saja Jayden tidak mau melepaskan pelukan yang entah sejak kapan terjadi, malah pelukan itu terasa semakin erat.

"Udah gue bilangin semalem kalau batas kita ada di bantal, lepasin gue" jelas Zea kesal.

"Apa ze? tidur tinggal tidur nggak usah teriak - teriak" balas Jayden serak.

Sialan, bagaimana bisa suara Jayden bisa sangat menggoda. Apa ini perasaan yang biasanya Arum ceritakan, mendengar suara serak bangun tidur suaminya.

"Singkirin tangan lo, gue nggak mau di peluk - peluk gini".

"Enak kan dipeluk suami pagi - pagi, apalagi orangnya ganteng kaya gue" ujar Jayden sombong.

"Masih pagi udah dibuat darah tinggi".

"Loh, bukanya lo nggak doyan kambing".

"Ngeles wae, lepasin gue dulu".

Apa yang bisa di harapkan dari manusia sialan seperti Jayden, bukanya melepaskan justru Jayden malah tambah mengeratkan pelukanya kepada Zea. Kali ini lebih erat, bahkan wajah Zea sudah menempel di dada bidang Jayden. Hal tersebut tentunya membuat Zea kesulitan bernafas, ditambah Zea seperti merasakan aliran aneh dalam tubuhnya.

"Sskk nwfss" ujar Zea terbata.

"Kenapa?" tanya Jayden melonggarkan pelukanya.

Zea tidak habis pikir, apa Jayden butuh penjelasan lebih rinci mengenai keadaan sekarang. Hampir saja dirinya mati karena ulah Jayden sendiri, lebih parahnya Jayden sama sekali tidak melepaskan pelukanya dengan Zea. Longgaran yang diberikan Jayden juga terbilang sedikit, wajah Zea masih terkunci menatap dada telanjang Jayden. Mata Zea sudah tidak suci lagi, semua tidak lain adalah karena ulah Jauden sialan.

"Lo mau bunuh gue? pikir dong gue nggak bisa nafas gara - gara lo peluk gue brutal, sekarang lepasin gue" seru Zea marah.

"Jangan lah, belum bikin anak juga. Kayaknya baru kemarin gue halalin, udah durhaka aja lo sama suami" jelas Jayden enteng yang semakin membuat amarah Zea naik.

"Lo pikir gue haram?".

"Kalau kita begini dengan status nggak jelas udah pasti haram, kumpul kebo namanya".

"LEPAS" teriak Zea mendongkakan wajah menatap Jayden.

Apa lagi ini, bagaimana bisa Jayden terlihat begitu tampan. Wajah khas yang melekat sejak dulu, mata hitam tajam membuat siapapun takut. Hidung mancung dan alis tebal alami, serta jangan lupakan bulu halus di dagunya yang semakin membuat aura ketampananya terlihat jelas.

Jayden mengusap wajahnya dengan satu tangan, satu tanganya lagi masih setia memeluk Zea erat. Hanya dengan satu tangan saja Jayden bisa mengunci Zea, perbandingan tubuh mereka yang begitu signifikan. Dulu rasanya Jayden tidak sebesar ini, tubuhnya kurus kerempeng seperti orang tidak pernah makan.

"Ludah kamu sayang" ujar Jayden lembut.

"Bodo amat".

Masa bodo dengan ludah yang muncrat kemana - mana, Jayden pantas mendapatkanya. Biasanya Zea akan menjaga imagenya di depan orang, berbeda lagi di depan Jayden yang terlihat seperti orang tidak punya rasa malu.

"Jayden, lepasin gue ok?" tanya Zea lagi entah sudah keberapa kali.

"Nggak" jelas Jayden tegas.

Zea menghembuskan nafas, memejamkan mata kemudian membukanya kembali. Dengan celah yang tersisa Zea menggerakan kakinya kebelakang, lalu dengan sengaja menendang aset berharga milik Jayden. Untung saja Jayden hanya memeluk dirinya dengan tangan, dengan begitu Zea bisa leluasa menggerakan kakinya. Zea tau titik terlemah laki - laki jatuh pada bagian tersebut, apalagi bukan kali ini Zea melakukanya pada Jayden.

"ZEA ASET GUE" teriak Jayden menahan sakit.

Pelukan Jayden terlepas, tangan Jayden beralih memegangi bagian keramatnya. Wajahnya menhan sakit, padahal Zea rasa tendanganya tidak terlalu kencang dibanding dengan tamparannya tadi. Tapi bisa di lihat bagaimana ekspresi Jayden menahan sakit, Jayden memang tidak pernah berubah selalu saja membesarkan masalah kecil.

"Rasain, udah dibilangin dari tadi malah nggak di dengerin" jelas Zea menahan tawa.

"Awas aja, habis lo nanti malam sama gue" balas Jayden di sela rasa sakit.

Zea sedikit merasa takut mendengar perkataan Jayden, apa yang akan Jayden lakukan nanti malam. Daripada pusing memikirkan Jayden Zea memilih berlari kekamar mandi sebelum Jayden kembali kemode aktif, bisa habis pagi ini dirinya dengan Jayden jika tidak buru - buru kabur.

Musuhku di SMAWhere stories live. Discover now