Bagian 11

1.7K 66 9
                                    

"TUNGGU GUE LO JAYDEN, ABIS LO SAMA GUE".

Setelah mengirimkan pesan singkat dengan caps lock kepada Jayden, Zea lalu memasukan ponselnya kedalam tas yang dirinya bawa. Zea menyetir dengan perasaan dongkol, dalam pikiranya sekarang hanya ingin segera sampai ke apartemen manusia paling menyebalkan yang sekarang merangkap menjadi suaminya. Beberapa rencana buruk sudah terlintas di dalam otak Zea, apapun nantinya Zea pasti akan memberikan pelajaran kepada Jayden.

Mobil yang Zea kendarai mulai memasuki wilayah apatemen Jayden, pohon - pohon yang di tanami di sepanjang jalan membuat pemandangan sedikit terlihat tenang. Zea akui Jayden pintar dalam memilih tempat tinggal, udara yang di hasilkan dari tanaman disekitar juga cukup untuk Zea hirup. Tidak seperti sebelumnya, Zea harus menghadapi berbagai macam polusi udara yang dihasilkan dari asap kendaraan dan juga pabrik-pabrik nakal. 

Zea memarkirkan mobilnya persis di sebelah mobil Jayden, membuat kening Zea mengkerut. Mobil Jayden masih terparkir rapi seperti terakhir Zea lihat, itu tandanya Jayden tidak meninggalkan apartemen selama Zea pergi. Zea menaikan kedua bahunya acuh, kenapa dirinya harus memikirkan hal yang seharusnya tidak di pikirkan. Lagipula, mau kemanapun Jayden pergi Zea tidak akan peduli.

Zea menarik nafas pelan, kemudian membuangnya secara perlahan. Hal tersebut Zea ulangi sebelum melangkahkan kakinya menuju lantai dimana apartemen Jayden berada, setelah ini pasti banyak sekali energi yang akan Zea buang. Mengingat suaminya yang amat begitu menyebalkan itu.

Tanpa menunggu lama Zea berjalan mendekati lift dan menekan tombol, tidak ada siapa - siapa disini selain Zea. Setelah pintu lift terbuka, Zea melangkahkan kakinya keluar menuju apartemen Jayden. 

Zea menekan password pintu apartemen, kemarin Jayden mengganti password apartemenya dengan tanggal perkinahan kami. Terlalu cepat memang jika dirasa, tapi Jayden bilang agar pernikahan kami terkesan romantis. Padahal Zea sangat merasa tertekan dengan pernikahan ini, ditambah dengan perlakuan Jayden.

Baru saja Zea membuka pintu, Zea di kagetkan dengan kemunculan Jayden dengan bertelanjang dada di depan pintu. Belum lagi celana ketat yang Jayden kenakan, entah sudah berapa lama Jayden berdiri di sini. Wajahnya terlihat cukup menyeramkan, kedua tanganya yang tadinya memeluk dirinya sendiri kini menarik Zea yang masih berdiri mematung di ambang pintu masuk kedalam.

"Lo ngapain" ujar Zea panik.

Tidak ada jawaban dari Jayden, Jayden memeluk Zea dan menggendong tubuh Zea masuk kedalam kamar. Tentu saja hal tersebut membuat Zea merasa  dalam bahaya, apalagi gaya Jayden menggendong Zea lebih mirip seperti penculik.

Jayden melemparkan tubuh Zea begitu saja ke ranjang, tidak peduli dengan sepatu dan segala barang yang Zea bawa. Jayden menindih Zea, membuat tubuh Zea seperti terkunci dalam dekapan Jayden. Dengan gerakan cepat Jayden menyembunyikan kepalanya dalam leher Zea, menimbulkan sensasi aneh dalam diri Zea. 

Zea mencoba menarik kepala Jayden yang bersembunyi dalam lehernya dengan segala kesadaran yang Zea miliki, Zea sudah tau akhir dari semuanya jika Zea membiarkan Jayden terus larut dalam aktifitasnya.

"Jayden sadar!" ujar Zea sedikit berteriak.

"Apa" balas Jayden sayu.

Matanya tidak bisa berbohong, Jayden pasti sedang berada di puncaknya. Bagian sensitif Jayden juga terasa mengeras, Zea dapat merasakan karena Jayden sengaja menekankanya di area sensitif Zea.

"Minggir gue mau pergi" ucap Zea mencoba untuk kabur.

Namun sebelum Zea benar - mencoba kabur, Jayden lebih dulu mencium bibir Zea secara brutal. Zea membelalakan mata, dirinya juga kewalahan menghadapi Jayden yang sudah tidak bisa dihentikan. Tangan nakal Jayden mulai merapa - raba setiap inci tubuh Zea, ciuman mereka juga belum terlepas. Zea masih berusaha melepaskan dirinya dalam dekapan Jayden, tapi lagi - lagi tenaga Zea kalah dengan tenaga Jayden.

Zea mulai mengeluarkan suara - suara aneh ketika Jayden mulai menyentuh bagian sensitif Zea, kini ciuman mereka sudah terlepas. Jayden berpindah ke leher jenjang Zea, meninggalkan jejak kepemilikan disana. Zea mulai larut dalam permainan Jayden, entah kapan pastinya kini mereka berdua sudah tidak mengenakan sehelai benangpun. Hari itu adalah hari terpanjang yang Zea alami, dirinya sudah menjadi milik Jayden seutuhnya. 

Jayden mengakhiri permainanya dengan jatuh ambruk ke dalam pelukan Zea, mereka berdua sama - sama merasa lelah. Sebelum Zea memejamkan mata, Jayden mencium kening Zea cukup lama. "Lo milik gue, sampai kapan pun lo milik gue. Gak ada orang lain yang boleh sama lo selain gue" ujar Jayden berbisik di telinga Zea. 

Suhu dingin yang dihasikan dari AC kamar membuat Zea merasa kedinginan, Jayden selalu menurunkan suhu AC sebelum tidur ke suhu paling rendah. Entah sudah kebiasaanya melakukan hal tersebut atau memang Jayden sengaja untuk mengerjai Zea, yang pasti beberapa hari ini Zea selalu terbangun dalam posisi kedinginan. Bahkan Jayden juga menyembunyikan remot AC agar Zea tidak mengubah suhunya.

Zea semakin menyembunyikan wajahnya ke dalam guling, dirinya memang tidak bisa tidur tanpa ada sesuatu yang di peluk. Pagi ini Zea enggan untuk bangun, sekujur tubuhnya terasa sakit. Zea merasakan elusan pelan di kepalanya, hal tersebut membuat kesadaran Zea kembali. 

"JAYDEN ! LO APAIN GUE ?" teriak Zea menjauhkan dirinya dari Jayden.

"Cuma nyicip" balas Jayden serak.

Sial, ternyata rasa nyaman yang barusan Zea rasakan bukan dari guling. Melainkan dari pelukan Jayden, Zea tidak habis pikir bisa bangun dalam kondisi seperti sekarang. Dua orang dewasa tidur tanpa busana dalam satu ranjang, Zea memutar memori dalam otaknya. Bayangan Jayden yang menyentuh Zea secara brutal terlimtas di benaknya, sekujur tubuh Zea tiba - tiba bergeridik ngeri. Zea mengeratkan selimut yang membungkus tubuh polosnya, membiarkan Jayden meringkuk kedinginan.

"Mata lo" teriak Zea lagi.

"Kalau gue hamil gimana? lo harus tanggung jawab" ujar Zea melanjutkan.

"Hamil tinggal hamil, udah gue nikahin juga" balas Jayden santai.

Kepala Zea seakan mendidih, ingin sekali rasanya Zea merobek mulut Jayden yang berbicara seenaknya itu. 

"Bangun" perintah Zea kepada Jayden saat melihat Jayden memejamkan matanya kembali. 

"Kenapa tidur? gue belom selesai marahnya".

Bukanya mendengarkan perintah Zea, Jayden malah kembali menarik selimut yang di pakai Zea untuk membungkus tubuh Jayden. Hal tersebut tentunya membuat Zea terpekik kaget, bagaimana tidak tubuh polos Zea pasti akan terekspos jika Jayden terus menarik selimut yang dirinya pakai. Zea menepuk pelan pipi Jayden, berharap Jayden bangun dan berhenti menarik selimut Zea.

"Kalau mau lagi nanti Ze, gue capek. Emangnya lo gak capek apa ?" tanya Jayden sambil mengucek matanya.

"NAJIS BANGET" teriak Zea lagi di depan wajah Jayden. 

Jayden terlihat mengusap wajanya kasar, mungkin beberapa cipratan kecil mengenai wajahnya. Tiba - tiba saja Jayden bangun dan menindih tubuh Zea lagi, diciumnya Zea lembut. Kali ini Jayden mengunci pergerakan Zea, membuat Zea sulit untuk melepaskan diri.

Lagi, Jayden dan Zea melakukan hubungan selayaknya suami istri untuk kedua kalinya. Zea masih terus memberontak, tapi sia - sia saja karena tenaganya jauh lebih kecil dibandingkan dengan Jayden. Pagi itu kembali memanas, suara - suara yang keluar dari mulut Zea menambah panas suasana pagi itu. Mereka berdua tumbang dalam satu ranjang sama, melanjutkan tidur yang sempat tertunda.

Musuhku di SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang