1.

209 31 8
                                    

-----

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-----

Jeonghyeon POV

Darimana aku harus memulainya?

Disaat aku hanya berani menatapnya dari jauh dalam diam tanpa bisa melakukan apapun.

"Permisi" Aku seketika menoleh kebelakang saat merasakan seseorang menahan lenganku. Juga merupakan kali pertama bertemu pandang dengannya dalam jarak dekat semenjak ia pergi.

Ah, mata itu...

Mata yang selalu kurindukan. Mata bulat lucu yang memiliki iris coklat kehitaman serta tatapan yang meneduhkan.

Mata yang mirip seperti seekor anjing kecil.

"Maaf, apa kau mengenalku? Sepertinya kau ingin mengatakan sesuatu padaku"

Benar, banyak hal yang sebenarnya ingin kubicarakan padamu. Sayangnya lidahku mendadak kelu mengucapkannya.

"...apa kau suka coffee latte?"

Jika aku tak bisa mengatakannya sekarang, maka mengulur waktu bersama dengannya sudah cukup bagiku.

Jeonghyeon POV (End)

-----

Pada akhirnya mereka benar-benar pergi ke sebuah cafe didekat kantor. Cafe yang sudah menjadi tempat para karyawan biasa membeli kopi dan kue disana.

Terkecuali satu tempat yang terletak di paling ujung, suasananya terasa sedikit canggung. Dengan Gyuvin yang sedaritadi menunduk sembari memainkan ujung jemari dibawah meja dan mengayun-ayunkan kedua kakinya.

Sedangkan Jeonghyeon memilih menatap pemandangan diluar kaca jendela yang sebenarnya juga memantulkan bayangan pemuda manis didepannya ini.

Belum ada siapapun yang berniat memulai percakapan lebih dulu hingga makanan dan minuman tersaji didepan mata mereka.

Pilihan Gyuvin jatuh kepada coffee latte dan tiramisu cake. Sedangkan Jeonghyeon hanya memesan americano.

"Kau tak makan?" Tanya Gyuvin tak enak hati melihat hanya dirinya saja yang membeli makanan.

"Tidak masalah, makan saja. Aku sudah makan tadi pagi" Sebenarnya Jeonghyeon berbohong, ia hanya tak ingin Gyuvin menjadi risih dan tak enak hati dengannya.

Lama Gyuvin menimang sebelum tangannya terulur mengambil sepotong kue miliknya dan perlahan memakannya. Salah satu kebiasaan Gyuvin yang disukai oleh Jeonghyeon, kebiasaannya saat makan.

Dengan pipi yang menggembul terisi penuh bak hamster. Ia pun juga tersenyum hingga kedua matanya menyipit membentuk bulan sabit terbalik, sangat menggemaskan. "Enak..." Gumamnya ditengah kunyahan.

Jeonghyeon tanpa sadar menumpu dagu dengan kedua tangan dan tersenyum. Ia benar-benar merindukan masa-masa bersama Gyuvin yang seperti ini.

"Kenapa? Ada sesuatu diwajahku-"

Sret

"Kau tak pernah berubah ya saat makan, masih belepotan seperti anak kecil" Gyuvin mematung takkala tangan Jeonghyeon memegang lembut pipi kirinya dan perlahan menyapu noda krim yang menempel didekat sudut bibirnya menggunakan ibu jari.

Deg deg deg

Kenapa jantungku berdegup kencang begini?

Perlahan sapuan tersebut memelan hingga pandangan Jeonghyeon jatuh kepada manik mata yang kini menatapnya lurus.

Seakan waktu terhenti detik itu juga, keduanya yang terdiam lama tanpa melepaskan pandangan satu sama lain.

Pandangan Jeonghyeon yang banyak menyiratkan berbagai ungkapan yang ingin ia sampaikan selama ini namun belum bisa ia wujudkan.

Lalu Gyuvin dengan perasaan aneh seolah perasaan itu merupakan deja vu dengan rasa sama yang pernah ia rasakan sebelumnya.

Bahkan tanpa pemuda manis itu sadari, pemuda dihadapannya sedikit demi sedikit mengikis jarak diantara mereka hingga-

Ting!

"Pesanan nomor 34!" Seruan yang berasal dari salah satu karyawan didekat kasir. Bunyi bel yang ditekannya tadi membuat kedua pemuda yang berada tak jauh dari tempatnya sontak tersadar dan menjadi salah tingkah.

Gyuvin reflek melihat jam dinding. "Ah, sudah jam segini. Sebaiknya aku balik, aku lupa mengabari ibuku soalnya"

Buru-buru ia bangkit tapi Jeonghyeon dengan cepat mencekal lengannya. "Tunggu, biar aku mengantarmu balik ke kantor"

-----

Beruntung perjalanannya tak memakan waktu banyak sehingga kecangguan diantara keduanya tak berlangsung lama.

"Terima kasih sudah mengantarkanku" Ujar Gyuvin menundukkan kepalanya sembari membuka seatbelt yang terpasang, hendak keluar dari mobil tersebut.

"Gyuvin" Gyuvin yang baru saja membuka pintu mobil beralih menatap Jeonghyeon dengan raut tanda tanya. Pemuda itu kembali tersenyum padanya.

"Apa aku boleh minta nomormu?"

Aku tak ingin kehilangannya lagi.

-----

TBC

Jangan ditunggu updetnya ya karena bakal rada lama :'))

2nd Chance (2)Where stories live. Discover now