5. RASA YANG TIDAK BISA DIPAKSA

186 14 0
                                    

           Semakin berharap, semakin berteman
           Dengan rasa kecewa.
           —Amerta Nala Aleanora

                                        🪐

Istirahat kali ini Aleanora lebih memilih untuk ke taman. Rasanya ia males untuk mengantri demi makanan. Sedangkan kedua sahabatnya lebih memilih ke kantin, dari pada mati karena kelaparan katanya.

"Ra." Aleanora tersentak kaget saat ada yang memanggilnya. Aleanora terdiam kaku saat melihat orang yang memanggilnya itu.

"Hm."

"Gue boleh ikut duduk?" Dengan berat hati ia mengangguk. Lelaki itu tersenyum tipis,lalu menatap Aleanora. "Lo selalu indah, ya?"

Aleanora hanya tersenyum tipis,"Mau apa?" tanyanya to the point. "Cuman ngomong doang, boleh?" Aleanora menghela nafas lalu mengangguk.

Jeda diantara mereka.

"Gue gak bisa,ya?" Aleanora bungkam, ia tahu kemana arah bicara lelaki di sampingnya.
Hening, suasana hening. Hanya suara angin yang lumayan kencang.

"Ga,lo belum nyerah?" Varga, ketua osis. Lelaki tersebut menyukainya sejak lama, ia tidak menerima. Karena mungkin lelaki itu terobsesi, mungkin.

"Kalau gue gak mau, gimana?"

"Banyak perempuan yang lebih dari gue,Ga," katanya membuat Varga terdiam. Lelaki itu menatap ke arah langit. "Lo lucu, Ra. Lo tuh kaya awan, yang mungkin keliatannya dekat tapi sebenarnya jauh, dan gue gak bisa gapai itu."

"Dan lo kaya bayangan, selalu menghantui gue."

"Terus, yang ada di hati lo siapa?" Aleanora tersenyum tipis. Lalu menunduk,"Itu privasi gue dan lo tidak perlu tahu. Karena tidak ada hubungan diantara kita."

"Gue sadar, gue bukan siapa-siapa lo. Tapi kenapa lo nggak menghargai perjuangan gue?" Aleanora bungkam. Kali ini ia tidak bisa menjawab. Ia jahat? Tentu, tapi rasa tidak bisa di paksa, bukan?

"Gue juga manusia, gue capek."

"Kalau capek, kenapa gak berhenti?" Kali ini Varga yang tidak bisa menjawab. "Logika dan hati selalu berbeda."

                                          🪐
     
"Ra, lo kenapa?" tanya Velly. Pasalnya, setelah Aleanora kembali ke kelas ia banyak diam.
Aleanora yang ditanya menggeleng, ia terngiang-ngiang ucapan Varga tadi. Merasa bersalah? Tentu.

"Gue jahat, ya?"

Velly dan Natalie kompak bungkam. Pasti Leanora sedang ada masalah."Enggak kata siapa!"

"Jahat gue, buktinya tolak Varga berkali-kali," lirihnya membuat kedua sahabatnya terdiam. Ah, sekarang mereka tahu. Kisah Aleanora yang terus menolak Varga memang sudah tahu.

"Lo gak jahat. Karena otak sama hati lo tidak sama. Sekalipun pun menerima, di jamin lo bakal bahagia?" tutur Velly menatap sahabatnya prihatin.

"Jadi manusia jangan terlalu gak enakan, Ra. Karena kita juga yang tersiksa," lanjut Velly.

"Ikuti kata hati lo, karena pilihan ada di lo."
 
                                         🪐

Albara, lelaki itu kembali pulang ke Jakarta.
Ia ingin menyelesaikan masalahnya bersama musuhnya yang di Jakarta. Dan ia ingin membawa anggota semuanya ke Bandung, jika mereka mau.

"Semua selesai!" tegas Albara saat masalah mereka selesai. Setelah sebuah pertarungan tadi malam.

"Kemenangan di raih kita kembali dan masalah semuanya selesai! Sekarang pilihan ada di kalian, gue gak maksa. Jika kalian ingin ke Bandung silahkan! Jika kalian ingin keluar silahkan, tapi jangan pernah lupakan rumah yang kita buat!" tegas Albara pada anggota Raidres Jakarta yang berjumlah 425 itu.

BANDUNG DAN KISAH KITA जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें