9. BANDUNG, CINTANYA DAN ORANG-ORANGNYA

165 12 0
                                    

      Bandung dengan segala keindahannya

                                         🪐

Albara dan Aleanora kembali pulang bareng. Walaupun hujan, mereka tidak meneduh. Dengan alasan, sudah basah jadi tidak apa-apa.
Posisi Aleanora memeluk Albara, karena ini sangat dingin. Mereka berdua terlihat cocok.

"Al," panggil Aleanora.

"Hm?"

"Kenapa suka sama aku?" Albara bungkam beberapa detik. Lalu memberhentikan motornya di bawah pohon, Aleanora terlihat bingung.
"Kenapa suka sama lo?" ulang Albara sambil menatap Aleanora.

"Lo gak boleh overthingking. Gue juga bingung suka sama lo karena apa. Yang jelas, gue suka sama lo bukan karena paksaan atau nafsu." Albara menatap Aleanora serius. Perempuan itu terlihat menunduk, jawaban Albara di luar dugaannya.

"Kenapa nunduk, hm? Liat mata gue." Aleanora mengangkat pandangnya, lalu menatap manik tajam milik Albara. Mata Aleanora memanas, menatap tatapan Albara yang begitu tulus.

"Kok nangis?" panik Albara saat Aleanora menjatuhkan air matanya. Tanpa bicara, Albara membawa Aleanora ke dalam pelukannya. Ia sesekali mencium rambut Aleanora.

Setelah Aleanora mulai tenang, Albara melepaskan pelukannya. "Makasih, ya?"

"Untuk?"

"Mau mencintai aku dengan tulus," katanya lalu tersenyum. Senyuman yang mampu buat Albara terhipnotis. "Harusnya gue yang bilang makasih."

"Makasih buat apa?" Aleanora terlihat bingung. Wajah polosnya mampu membuat Albara gereget sendiri. Rasanya Albara ingin mencubit pipi tersebut.

"Makasih sama tuhan dan lo, karena hadir dalam kehidupan gue," tuturnya sambil mengusap rambut Aleanora. "Dingin gak?" tanya Albara mengalihkan topik.

"Dingin," jawabnya. Albara terlihat membuka jok motornya. Lalu ia memberikan Hoodie, Hoodie cabangnya. "Pake, dingin." Walaupun hujan sudah reda, tetap saja anginnya kencang.

"Gapapa. Jaket yang waktu itu juga belum di balikin," ucapnya merasa tidak enak. Albara terkekeh. "Iya, mana jaket kebanggan gue lagi," ucapnya tambah membuat Aleanora tidak enak.
Bahkan ia menggigit bibir bawahnya.

"Gausah di gigit." Aleanora langsung tersenyum lalu mengangguk. Lalu mereka kembali melanjutkan perjalanan yang tertunda itu dengan hujan yang mengguyur kedua insan tersebut.

"Ra, lo punya wish list?" tanya Albara berteriak.

"Punya," balas Aleanora semangat.

"Apa?" tanya Albara, lagi.

Aleanora tersenyum. "Salah satunya selamanya sama kamu!" kata Aleanora berteriak memberi tahu kepada semesta.

"Gue juga punya, Ra!" sahut Albara berteriak.

"Apa?"

"Menua di Bandung sama lo," teriak Albara memberi tahu kepada semesta. Di atas motor dan hujan saksinya, mereka berteriak akan wish lits mereka.

"Aku mau!!!!"

"Semoga tercapai, Aleanora!"

Lalu Albara tertawa melihat Aleanora yang berteriak seperti tadi. Sedangkan Aleanora mengeratkan pelukanya karena semakin dingin, apalagi hujannya semakin deras.

"Albara, selamat datang di rumah," kata Aleanora memejamkan matanya. Dan karena perkataan itu sukses membuat Albara terdiam beberapa detik.

"Ketika lo mengucapkan 'selamat datang' maka lo harus siap mengucapkan 'selamat tinggal' suatu hari nanti."

BANDUNG DAN KISAH KITA (REVISI) Where stories live. Discover now