8. SMAVA, LAPANGAN,DAN HUJAN

151 12 0
                                    

      Gue akan mencintai lo mulai hari ini,
      Esok, dan seterusnya.
      —Albara Bumi Diaksara.

                                          🪐
    
Hari mulai berganti, waktu terus berputar. Jam terus berdetak, langit terus berganti. Bukan cuma mereka yang terus berganti. Seperti Aleanora dan Albara juga semakin dekat. Pagi ini Albara sudah berada di depan rumah Aleanora, untuk berangkat bareng.

"Nunggu lama?" tanya Aleanora membuka gerbang rumahnya. Albara menggeleng, ia menatap Aleanora tanpa kedip. Bagaimana tidak kedip? Aleanora kali ini memakai bandana biru dan cardigan. Membuatnya cantik berkali-kali lipat.

"Al, helmnya mana?" Lamunan Albara buyar. Lalu memberikan helm khusus bagi Aleanora,ingat helm khusus!

Setelah Aleanora menaiki motornya,ia melajukan dengan kecepatan sedang. Semilir angin menyapa wajah mereka, kebetulan pagi ini langit tampak mendung.

"Al!" panggil Aleanora sedikit berteriak.

"Hm?" bales Albara.

"Udah sarapan?" tanyanya tiba-tiba membuat Albara terdiam. Baru kali ini ada seorang perempuan menanyakan ia sudah sarapan atau tidak.

"Belum," balesnya jujur. Memang ia belum sarapan karena takut telat menjemput Aleanora. Kali ini ia takut telat menjemput Aleanora, bukan telat masuk ingat itu.

"Kebetulan, aku bawain roti," ucapnya. Terlihat dari kaca spion dia tersenyum manis membuat Albara tertegun. Tunggu, Aleanora membawakannya roti?

"Thanks," Albara tersenyum tipis di balik helm full face dirinya. "Nanti di makan dimana?"

"Emang lo mau temenin?" tanya Albara.

"Iya," balesnya membuat bibir Albara kembali terangkat untuk tersenyum. Sayang sekali ia dan Aleanora belum memiliki hubungan khusus.

Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di SMAVA. Albara memarkirkan motornya di jajaran motor Raidres. Tumben sekali anggotanya sudah datang.

"Kiw kiw ada yang berangkat bareng lagi nih!" goda Kaivan yang sudah duduk di motornya.

"H apa Fal?"

"Hts san!" ucap mereka berdua kompak. Albara hanya diam berbeda dengan Aleanora yang pipinya sudah memerah. Emang pada dasarnya Kaivan dan Faldo penggoda mereka.

"Gak ada niatan jadian nih?" sahut Devan sambil tertawa melihat wajah Aleanora yang memerah.
"Kepo," bales Albara.

Tanpa mendengarkan godaan sahabatnya,Albara membawa Aleanora ke taman. Albara mengajak Aleanora ke taman, ingin memakan roti yang
Aleanora bawa di sana. Setelah itu, mereka duduk di bawah pohon.

Aleanora yang peka mengambil bekalnya di dalam tas. "Nih." Aleanora menyodorkan kotak makan yang sudah berisi roti isi coklat. "Suapin," rengek Albara.

Aleanora membulatkan matanya,yang benar aja di suapin. "Manja."  walaupun begitu, ia tetap menyuapi Albara.

"Enak?" tanya Aleanora saat Albara memakannya dengan lahap. "enak," balesnya sambil menatap Aleanora.

Aleanora tersenyum, usahanya tidak sia-sia.
"Kita itu apa sih, Al?" tanya Aleanora tiba-tiba membuat Albara terdiam.

"Manusia," balesnya. Aleanora tersenyum miris.

"Ya, manusia yang di pertemukan untuk menjadi satu, mungkin?"

"Yaudah ini rotinya aku mau simpan tas dulu." Albara menatap punggung Aleanora yang semakin hilang. Lalu menatap roti yang kini berada di tangannya.

BANDUNG DAN KISAH KITA Where stories live. Discover now