5. 𝑻𝒆𝒌𝒂-𝑻𝒆𝒌𝒊

46 34 21
                                    

SELAMAT MEMBACA!
.
.
.
ꕥꕥꕥ

Gadis bersetelan hoodie oversize dengan celana jeans pendek yang membalut tubuh kecil Alesya, cepol simple menjadi gaya rambutnya saat ini.

Huftt.. Desis nya merasa kesal, grab yang ia pesan tak kunjung tiba, netranya menelisik berbagai arah, jalanan raya begitu ramai hilir berbagai kendaraan dapat ia jumpai, namun di tengah banyaknya kendaraan Alesya belum juga menemukan grab yang ia pesan. kedua tangannya masing-masing membawa plastik besar berisi belanjaan, di trotoar tempat ia berdiri, hanya mengumpat kesal yang dia lakukan saat ini. "lama banget si, udah malam. Mama pasti udah nungguin."

Sudah 5 menit lamanya ia menunggu, namun apa yang di tunggu tak kunjung datang, tanganya mulai keram yang membuatnya harus meletakan semua bebannya saat ini, "Kemana nih, bapak grab nya," monolognya, kepala nya terus menoleh ke kanan dan ke kiri mencari-cari.

Alesya menoleh tatkala telinganya di sapa oleh deruman motor yang berisik, begitu mengusik ketenangan telinga. "Orang-orang ga punya adab!"
Ia kembali mengeratkan genggaman tangan mencengkram plastik belanjaan.

'manusia hidup dengan benda besi berjalan yang ia tumpangi' menghampirinya 'Askar dengan motor bututnya'

Alesya hendak beranjak pergi saat motor butut itu sudah benar-benar mendekat padanya, Sialnya ia kalah cepat dengan gerakan tangan panjang cowo itu. tangannya yang panjang mampu meraih penutup kepala alesya yang membuat ia tak bisa pergi, "Sialan, kalah cepat" batinya. dengan raut wajah yang cemberut, Alesya membalikan badanya menghadap Askar.

"Mau kemana?" tanya Askar dengan naik turunkan alisnya, entahlah rasanya tangan Alesya gatal sekali ingin menonjok muka tengil cowo jakung ini.

"Mau pulang." jawab Alesya seadanya, tubuhnya menggeliat berusaha membebaskan diri.

"Ohh, pulang?" Alesya mengangguk, langkah kakinya kembali tertahan sesaat lengan kanannya sudah ada dalam cengkeraman cowok itu. Alesya menautkan kedua alisnya. "Apa?"

"Naik, gue anterin." dagunya terayun menunjuk jok belakang.

Alesya menggeleng cepat, tentu itu tidak akan membantu nya sama sekali. "E-engga perlu." putus Alesya cepat.

"Anggap aja ini terimakasih, karena tadi siang," Alesya mengangkat dagu menatap lekat Askar.

"Engga usah!"Askar menyerngitkan dahi. "Kenapa? Kenapa nge-gas gitu?"

Alesya gugup, lidahnya kelu. Jujur itu tadi hanya keceplosan tidak, tidak bermaksud berteriak atau apapun. Apalagi dengan orang yang sedang menawarinya tumpangan. Bukan kah itu niat baik?

"E-engga perlu, maaf. Aku duluan," Alesya berjalan, kaki nya tidak akan berhenti sedetik pun jika masih ada Askar yang bisa menatap nya. Ia berjanji.

Askar menatap Alesya bingung, kenapa jalanya terburu buru? "Orang aneh, salah tingkah? pfftt..." Senyum simpul terbit dari bibir manis cowo itu, sedetik kemudian ia meringis saat luka di bibirnya mengenai bagian dalam helmnya.

"Awss! Shit!" pekiknya pelan.

Ingatannya kembali terputar pada satu jam yang lalu. Askar mengerutkan keningnya, sorot mata itu, benar-benar sorot kebencian Askar bisa melihat itu. Laska seperti pembunuh berdarah dingin yang lapar sekali akan darah. "Kenapa Laska benci banget sama gue?" gumamnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 7 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dia Alesya ( TAHAP REVISI ) Where stories live. Discover now