2. Berjalan di Antara Gelap dan Cahaya

202 61 10
                                    

"Pada akhirnya, kita belajar bahwa kebahagiaan bukanlah tentang kehilangan kesedihan, tetapi tentang bagaimana kita belajar untuk menerima dan merangkulnya."

2. BERJALAN DIANTARA GELAP DAN CAHAYA

Rainy duduk hening di tepi pantai, memandangi gelombang laut kecil yang bergerak tenang di bawah sinar bulan yang tersembunyi di balik awan kelabu. Lautan gelap itu terlihat sunyi, seakan-akan memantulkan kekosongan yang terpendam di dalam hati seorang gadis itu.

Bulan malam ini, biasanya begitu setia menyinari langit dan memantulkan cahayanya di atas air, kini tersembunyi di balik selimut awan kelam. Sama seperti keadaan hati Rainy yang tengah terbenam dalam kesedihan yang mendalam.

Baru beberapa jam yang lalu, ia ditinggalkan oleh ayah dan ibunya, dalam perpisahan singkat yang membuat hatinya terasa hampa. Meskipun hanya bersama selama dua hari, kepergian mereka meninggalkan luka yang dalam di dalam dada Rainy.

Di sampingnya, Taro si gagak setia terus memakan potongan pepaya kesukaannya. Suara kerikil kecil yang ia lemparkan ke arahnya terdengar gemuruh di udara malam yang sunyi. Namun, meski dikelilingi oleh keheningan laut yang gelap, Rainy merasa ada kedamaian yang datang bersama kehadiran Taro.

Gadis itu merenggangkan kakinya, membiarkan ujung sepatu menyentuh butiran pasir yang lembut. Ia merenung jauh ke dalam laut yang gelap, seakan mencari jawaban atas pergulatan batin yang menghantuinya.

Taro, yang seolah mengerti keadaan Rainy, menghentikan makannya sejenak. Ia melihat ke arah Rainy dengan mata yang penuh pengertian, seolah memberikan dukungan yang tak terucapkan pada gadis itu.

"Ah, Taro," desis Rainy dengan suara serak, seolah merasakan betapa dalamnya kesedihan yang ia pendam. "Kamu lebih paham isi hatiku daripada siapapun, kan?"

Taro hanya memandangnya dengan mata yang penuh pengertian, seakan-akan menjawab pertanyaan yang tersemat di dalam hati Rainy.

Malam semakin larut, namun Rainy masih terduduk di tepi pantai, membiarkan suara ombak menjadi lagu yang mengiringi kerinduannya. Ia merasa begitu kecil di hadapan luasnya lautan yang gelap, namun juga begitu kuat menghadapi gelombang emosi yang memayunginya.

Bi Mina menghampiri Rainy dengan langkah ringan di atas pasir pantai yang lembut. Senyum hangat terukir di wajahnya ketika ia mendapati gadis itu duduk sendiri di tepi lautan yang gelap.

"Bibi cariin, ternyata Non ada di sini toh," ucap Bi Mina dengan suara lembut, mencoba menyentuh hati Rainy yang tengah hampa.

Rainy tidak menjawab, tapi ekspresi sedihnya begitu nyata.

"Bibi boleh duduk di sini?" tanya Bi Mina dengan nada penuh pengertian.

"Silahkan, Bi," sahut Rainy dengan suara pelan, matanya masih terpaku pada gelombang yang bergulung-gulung di kejauhan.

Bi Mina kemudian duduk di samping Rainy, merasakan hembusan angin malam yang sejuk. Mereka berdua terdiam dalam kesunyian, hanya suara ombak yang berbisik-bisik sebagai saksi dari kehadiran mereka di tepi pantai yang sunyi.

"Ditinggalkan orang yang tersayang, rasanya pasti begitu sakit ya, Non? Bibi tahu betul rasanya," ucap Bi Mina dengan suara lembut, matanya memancarkan kehangatan dan kepedulian.

Dua Kelomang BiruWhere stories live. Discover now