Satu

61 4 0
                                    

Kedatangan Langit di kota ini bukanlah semata-mata ia ingin meninggalkan kehidupannya di ibukota

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kedatangan Langit di kota ini bukanlah semata-mata ia ingin meninggalkan kehidupannya di ibukota. Akan tetapi ia ingin merasakan bagaimana hidup di lingkungan yang baru. Di tempat ini ia akan tinggal dan menghabiskan masa remajanya sebelum beban orang tua dipindahkan ke pundaknya. Sebagai pewaris resmi Vihokra Grup. Ditemani sang paman dan sahabat karibnya ia akan menjalani hari-hari penuh tantangan ini.

"Gimana Lang? Kamu suka sama suasananya," tanya pamannya, Abiyasa Damar Sadewa. Sade atau Damar adalah adik ayahnya Tirta. Yang dimana sekarang Sade lebih memilih mengendalikan cabang daripada bekerja di pusat.

"Bagus om," jawab Langit secara singkat. Sade hanya terkekeh melihat kelakuan keponakannya yang suasana hatinya tidak bisa di tebak. Walau sebenarnya ia tahu jika Langit sedang senang. Buktinya mata hitam itu berbinar-binar melihat bangunan-bangunan khas kota ini.

"Menurutmu gimana Ka?" tanya Sade pada Alaska, sahabat karib Langit yang tengah menikmati camilan kentangnya.

"Luar biasa om. Om tahu nggak kalau ini pertama kalinya Alaska ke sini. Sayangnya kalau daddy sedang cuti Laska selalu di ajak ke Bali atau lebih memilih ke luar negeri," jawab Alaska.

"Bukannya lo juga suka di Bali?" tanya Langit.

"Ya suka tapi bosan."

"Heleh kaga percaya gue. Buktinya lo hampir setiap saat selalu ngirim foto cewek seksi ke gue pas waktu di Bali," ucap Langit yang membuat Alaska ingin menimpuk sahabatnya itu.

"Ye. Lo juga suka kan gue kirimin," sahut Alaska.

"Darimana lo tahu kalau gue suka," ucap Langit dengan nada datarnya.

"Lo nggak suka?" tanya Alaska setengah cengo. Mana ada cowok tidak suka foto wanita seksi kalau bukan homo.

"Anjir. Lo homo," teriak Alaska sambil meletakkan tangannya berbentuk silang di depan dada.

"Kalaupun gue homo, kaga bakalan gue suka sama lo," jawab Langit.

"Beneran lo homo?" tanya Alaska.

"Ya enggaklah. Gue cuma gak suka sama cewek yang berpakaian seksi. Gue lebih suka kaya mama. Anggun dan cantik," jawab Langit.

"Hari Senin nanti kalian harus masuk sekolah ke sekolah om yang dulu. Ya sekolah papamu juga Lang," ucap Sade dan dijawab anggukan antusias Alaska dan Langit.

Langit kemudian menatap jalanan yang semakin ramai. Ia tersenyum sedikit dan segera memotret pemandangan langka seperti ini. Ini adalah kota yang ia inginkan. Walau bukan ibukota akan tetapi di kota ini ia yakin dapat menjalani hidup tentram tanpa adanya kekangan sang ayah. Di sekolahnya dulu ia selalu di temani bodyguard yang membuat ia diremehkan oleh teman-temannya.

Ia membuka handphone miliknya dan memutar lagu dari sana. Ia memejamkan matanya dan berusaha untuk meyakinkan jika esok dan hari-hari ke depan akan menyenangkan. Mempunyai banyak teman dan dapat kenangan terindah akan cinta.

DI PENGHUJUNG SENJA (yunsang)Where stories live. Discover now