16. PEREMPUAN ALBARA

102 8 0
                                    

Malam telah tiba, angin itu berdesir, membuat siapapun di luar pasti akan merasakan hawa dingin, apalagi ini Bandung. Malam ini begitu indah, apalagi selalu ada bintang yang menyinari. Ditambah lampu-lampu kota yang menerangi jalan.

Malam ini di bagian markas Raiders, terdengar sebuah keributan. Entah itu keributan apa, yang jelas keributan yang melengkapi hari-hari mereka.
Jika tidak ada perdebatan, itu bukan Raiders.

"Menyala abangku!" teriak Kaivan sambil merangkul Faldo.

"Ilmu pada abangku!" sahut Faldo tidak mau kalah.

"Lo pada berisik anjing!" kesal Kanaka. Bagaimana tidak berisik? Mereka terus mengatakan kata-kata yang sedang trend di tiktok.

"Serah kita dong!" bales Kaivan dan Faldo kompak. Ah, mereka seperti kembar."Udah diem lo pada!" Akhirnya Albara membuka suara.

Mereka berdua terus ribut, membuat Albara bosen rasanya. Tapi, jika tidak ada mereka, markas juga sepi. Kaivan dan Faldo mereka itu penghibur raidres.

"Ampun suhu!"
Mereka kompak membungkuk di depan Albara.  Sedangkan Albara hanya diam, tanpa minat melirik. Lebih baik ia fokus pada gamenya.

"Dah ah, gue mau ke kamar mandi!" pamit Kaivan walaupun tidak ada yang membalas. Lagian, ke kamar mandi pamit kaya mah ke Arab.

"Emang sinting," gumam Faldo menatap punggung Kaivan yang mulai tidak terlihat.

"Arghhh!" teriak Kaivan membuat mereka panik.
Segera mereka berlari ke arah kamar mandi, bahkan Faldo membanting handphonenya.

"Apa?!" tanya mereka panik.

"Kaki gue kenapa paku,hehe." Kaivan menyengir sambil memperlihatkan kakinya yang sudah penuh darah. Tadi ia tidak sengaja menginjak paku yang tiba-tiba ada di lantai.

"Kok bisa?" tanya Faldo sambil memapah Kaivan.

"Gak tau nyet."

"Gak sakit bang?" tanya salah satu anggota junior Raidres. Mereka yang melihat saja ngilu, apalagi Kaivan?

"Ya sakit lah bangsat!"

Yang bertanya hanya menyengir menatap Kaivan. "Lagian sih lo ada-ada," omel Faldo sambil mengobati luka tersebut.

"Ya namanya juga takdir."

Albara hanya menggeleng melihat perdebatan tersebut. Untung kali ini ribut karena Kaivan yang luka, kalau bukan karena luka, parah sih.

"Devan mana?" tanya Albara. Setelah mereka melihat Kaivan, Albara tidak melihat batang hidung Devan lagi.

"Eh iya!" Faldo juga bingung.

"Ada yang lihat?" tanya Albara pada semua anggota yang kumpul.

"Tadi keluar!" sahut Reno, salah satu anggota Raidres. Albara menghela nafas, ini sudah kedua kali Devan tiba-tiba menghilang.

"Punya masalah kali," kata Rashaka berpikir positif. Walaupun ia juga agak kesal, kenapa pergi tanpa pamit juga coba?

"Hm.

                                              🪐

Pagi kembali menyapa, dimana hari ini hari Senin. Hari dimana orang-orang kembali melanjutkan aktivitas setelah berlibur. Hari dimana siswa-siswi sekolah melakukan upacara, upacara yang sangat memalaskan.

"Bolos gak sih?" kompor Kaivan pada sang ketua. Karena bagaimanapun keputusan ada di ketua,mau bolos, tidak bolos itu ada ditangan Albara.

"Gak!" tegas Albara. Kaivan mendesah kecewa, padahal ia sudah mengharapkan untuk bolos. Males sekali berdiri dengan terik matahari yang panas, apalagi jika mendengar amanat yang disampaikan begitu panjang.

BANDUNG DAN KISAH KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang