12. FLASHBACK

161 18 0
                                    

"Jarvis stop jangan di kunci ruangannya!" Joan berteriak dari kejauhan sambil berlari ke arah Jarvis yang hendak menutup pintu sekretariak Jurnalistik.

"Joan? Ada apa?" tanyanya sambil membuka kembali pintu ruang ekskul itu.

"Gue mau buka loker Gemima."

"Oh jadi di lo kuncinya?"

"Bukan!"

Jarvis mengerutkan keningnya, tapi ia ikut masuk menemani Joan yang kini berdiri di deretan loker yang ada di ruang Jurnalistik.

"Yang mana lokernya?" tanyanya dengan tidak sabar.

"Nomor 6."

Brugh! Brugh! Brugh!

Keheranan Jarvis terjawab saat Joan mengeluarkan batu yang berukuran sedang, sedari tadi tak terlihatnya karena ia hanya fokus pada Joan.

Joan terus memukul gembok itu sampai benar-benar terbuka, karena begitu keras, sampai ia memukul pintu lokernya, bagaimanapun caranya, mau rusak sekalipun Joan tidak peduli, yang terpenting ia berhasil membukanya dan siapa tahu menemukan barang-barangnya Gemima yang kebetulan sedang ia cari.

"Jo hati-hati."
"Tangan lo kena pukul."
"Jo, tangan lo berdarah."
"Eh udah bisa kebuka?"

Begitulah perkataan Jarvis di tengah usaha Joan membuka loker yang terkunci, berhasil terbuka dengan tangan Joan yang penuh luka.

Ada banyak barang yang sudah terkemas rapi dalam satu bingkisan, sepertinya Gemima sendiri yang merapikannya, tanpa mengecek isinya, Joan ambil lalu pergi ke kelasnya.

"Eh Joan, itukan buat Janu!"

Percuma teriakkan Jarvis tidak terdengar oleh Joan yang sudah tak terlihat lagi punggungnya.

▪︎ ▪︎ ▪︎

Karena hujan turun membuat siswa siswi banyak yang masih bertahan di kelas, termasuk kelas 11 IPS 4.

"Guys, gue minjem kelas ini buat ganti baju, ruang ganti kejauhan." alibinya pada empat teman laki-lakinya yang tersisa, sepertinya Juwi sudah pulang.

Beruntung mereka mengiyakan permintaan Joan, hanya menyisakan tas di dalam kelasnya lalu mereka keluar.

Setelah tak ada siapapun selain dirinya, Joan menutup pintu kelasnya.

Kembali pada bingkisan yang dibawanya tadi, Joan membukanya, yang ditemukan pertama adalah jaket hitam yang menjadi tumpukan paling atas.

"Jaket siapa ini?"

Jaket model laki-laki itu sedang diperiksanya, meneliti dengan seksama, "Atau punya Janu?" gumamnya sambil memeriksa bagian saku di jaket itu.

Sebuah benda kecil yang berhasil dipegangnya, kemudian ia mengeluarkannya, "Oh name tag."

Joan membelalakkan matanya melihat tulisan di name tag itu, bukan nama Janu melainkan Galen Reign Pradipta.

"Kok Galen sih anjir?"
"Gemima, please inikah maksud dari ucapan lo malam itu?"

Hubungan Gemima dan Joan bisa dibilang cukup rumit.

Flashback ke masa lalu dan beberapa hari ke belakang sebelum Gemima pergi.

Joan memiliki kedua orang tua lengkap, ayah dan ibu. Tapi keduanya divorce, lalu Joan ikut sang ayah yang kemudian menikah lagi dengan ibunya Gemima. Akhirnya mereka tinggal bersama, tapi karena sifat sang ayah yang terlalu pilih kasih pada Gemima yang bahkan bukan anak kandungnya itu lantas membuat kecemburuan di sosok Joanna kecil, bahkan Joan juga sering kena pukulan, tak heran kalau sekarang gadis itu kasar karena tumbuh dengan kekerasan.

OUT OF THE BLUE | 05 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang