46. Demolisi

17 7 3
                                    

Tubuhku seperti melayang seakan ditopang seseorang

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Tubuhku seperti melayang seakan ditopang seseorang. Semuanya masih gelap, asap hitam menyelimuti lorong. Hanya ada satu cahaya yang merambat  cepat ke arah kami. Dia melesat membelah asap hitam itu dan berhenti tepat di depan kami.

Gadis berambut cokelat itu menyeka ujung bibirnya. Dia menatap nyalang ke arahku.

"Apa kalian pikir, kalian bisa membunuhku dengan mudah?"

Ada sesuatu yang bergerak dari pintu kamar yang terbuka. Asap hitam yang tadi menyelimuti lorong perlahan menghilang dan menampilkan sesosok makhluk tinggi besar yang berjalan perlahan sambil menyeret kakinya. Di tangannya ada sebuah kayu besar yang juga dia seret. 

Dia berdiri tepat di belakang gadis berambut cokelat itu. Matanya tertutup selembar kain usang yang berwarna hitam.

"Sepertinya, dia sedang mendengarkan sesuatu, Pak," bisik Luka padaku.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Tenanglah, dia cuma buta, dia tidak berbahaya!" kata Dira percaya diri. Dia terbang melesat menyasar sang gadis dan mencekik lehernya kuat.

Namun, seperti sebuah bulu yang begitu ringan, tubuh Dira malah terpental jauh saat terkena pukulan kayu dari makhluk besar itu. Luka segera mengejar adiknya.

Aku mencoba berdiri tegak menahan tangan yang tiba-tiba saja gemetaran. Gadis itu menelengkan kepalanya, dan menarik sudut bibirnya.

"Ah, sekarang, kamu tidak punya penolong lagi."

Makhluk besar itu berjalan ke arah Luka dan menarik tubuh kecil itu. Aku tidak tega melihatnya.

"Sekarang, kau mau apa?" Aku mencoba menahan suaraku yang gemetar.

"Claraaaaaa!!"

Ada seseorang datang dengan rambut acak-acakan.

"Hana?"

Aku mencoba mendekat ke arahnya, tetapi Clara menangkapku. Ada sebuah benda dingin yang dia tempelkan ke leherku.

"Kau mau dia, Hana? Ha-ha-ha. Bukankah kau akan menyerahkan dia untukku sebagai ganti kepingan kenangan untuk ibumu, Hana?"

"Jangan mimpi!"

Hana berlari ke arahku.

"Jangan! Jangan lari!" teriakku kuat. Dia tidak mau mendengarkan dan tetap berlari. Tak lama ada sebuah gemuruh yang menggetarkan seluruh bangunan kastil.

Clara masih mencengkeramku.

"Kau kan yang membuat peraturan kami tidak boleh lari karena takut kastil reotmu ini rubuh?" kata Hana dengan suara nyalang.

Suara gaduh berasal dari luar makin lama semakin mendekat. Ada sekumpulan orang yang berlari di antara kebun kanola menuju ke kastil. Hana berdiri tegar mengambil jarak aman antara aku dan dia.

Cafe Jasuke Just Okay (Complete Story)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora