Kecewa - Jaesahi

241 22 4
                                    



















Asahi duduk di ruang tamu apartemen nya dan terus terusan melihat ke arah pintu masuk.

Dia menunggu suami nya pulang.

Sudah sekitar tiga hari dia tidak pulang dengan alasan kerja. Di tambah sudah sekitar tiga bulan dia mengabaikan dan bersikap dingin terhadapnya.

Tidak seperti biasanya.

Tapi Asahi tidak bisa marah malah dia kecewa dengan dirinya.

Jaehyuk begitu juga karena dirinya yang sangat egois dan suka tidak memikirkan perasaan suaminya.

Selalu dingin, cuek, egois, semena-mena dan tidak bersikap sebagai pasangan yang baik.

Padahal Jaehyuk senantiasa sabar karena ia sangat mencintai Asahi.

Hingga pada akhirnya Jaehyuk muak dan membentaknya.

Kejadian itu terjadi ketika Jaehyuk baru saja pulang bekerja sedangkan Asahi malah datang marah-marah dengannya.

Ketika ditanya malah diam dan tambah bersikap dingin. Asahi yang kesal lalu membentaknya. "Kamu selingkuh kan?!"

Kesabaran Jaehyuk sudah habis dibuatnya. "SIAPA YANG SELINGKUH, HAMADA ASAHI?!"

Asahi terkejut setengah mati karena Jaehyuk balik membentaknya ditambah menyebut nama lengkapnya. "GUE DAH CAPEK SAMA SIKAP DAN TINGKAH LO YANG GA PERNAH SEKALIPUN HARGAIN GUE!"

"Lo bilang gue selingkuh, Hah?! Dia mama gue, Sa! Ibu mertua lo sendiri!" Tukas Jaehyuk setelahnya. "Udah ya, gue capek sama lo! Terserah lo mau apa sekarang, GUE UDAH MUAK SAMA LO!"

Brak!

Pintu apartemen dibanting kuat oleh Jaehyuk hingga membuat tetangganya keluar.

Sedangkan Asahi di dalam merasa shocked sekali. Suaminya yang selama ini sabar dan lemah lembut baru saja membentaknya bahkan berkata kasar.

Di situ Asahi terduduk dan menangis sejadi-jadinya merasa menyesal dan sadar akan sikapnya.

Bahkan ketika Jaehyuk pulang setelah dua hari sejak kejadian itu, dia bersikap amat dingin.

Namun karena Asahi sudah tak tahan akan semuanya dan rasa penyesalan. Dia memutuskan untuk memperbaiki semuanya.

Dia mengabari Jaehyuk untuk pulang karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan.

Awalnya Jaehyuk menolak tapi setelah Asahi memohon berkali-kali akhirnya dia setuju.

Sekarang Asahi dengan sabar menunggu Jaehyuk-nya kembali.

Jam menunjukkan pukul delapan malam padahal Asahi meminta Jaehyuk datang jam enam sore.

Tetapi seorang yang ia tunggu sadari tadi akhirnya datang. Asahi berdiri ketika Jaehyuk membuka pintu.

Tanpa basa-basi Jaehyuk duduk di sofa dan menatap Asahi. "Kenapa?"

Asahi ikut duduk. "K-kamu dah makan belum? Atau udah mandi? Biar ngobrolnya enak kalo ud—

—udah semua. Sekarang mau ngobrolin apa?" Potong Jaehyuk.

Asahi memilin celananya karena rasa gugup. "Em. . . "

Jaehyuk mendecak sebal. "Ck, lama! Jadi atau gak? Atau kamu cuman mau ngajak ribut? Udah ya, Sa. Aku capek serius."

Asahi menggeleng ribut. "E-enggak gitu, Jae! Denger aku jelasin semuanya baru Jae bales ya? Jangan dipotong, ya?"

Asahi mengambil napas dalam-dalam lalu membuangnya pelan. Datang menghampiri Jaehyuk dan duduk di sampingnya.

Tangan Jaehyuk diambil dan digenggam. Dan sang empunya hanya diam memperhatikan insan di depannya.

"Sekarang aku sadar sama semuanya. Selama ini aku jahat banget ke Jae. Dan semua sikap aku itu emang pantes banget kalo Jae marah bahkan diemin aku selama itu bahkan mungkin kurang lama ya?" Dia memulai pembicaraan.

"Jae udah sabar banget hadapin aku. Tapi aku nya gak sadar diri malah semena-mena. Tapi sekarang aku udah sadar kok sama semuanya,"

Terpampang jelas kalau mata Asahi sudah berkaca-kaca. "Maafin aku, ya? Maafin semuanya. Maafin semua yang aku lakuin. Aku gak tau harus minta maaf dengan cara apa soalnya pasti Jae kesel banget ama aku."

"Maafin ya? Mau kan ngasih kesempatan ke aku? Janji bakal lebih baik lagi. Kalo aku  salah kasih tau ya? Marahin aja gapapa atau tegur aja gapapa. Jangan diemin begini, aku aja gak sanggup diginiin apalagi Jae yang tiap hari. . ." Asahi mulai terisak.

"Hiks—maaf ya, Jae?" Asahi menunduk dan Jaehyuk dapat merasakan bahwa bulir air matanya jatuh ke atas tangannya.

Haruskah dia memberi kesempatan berdua? Sejujurnya dia masih begitu menyayanginya namun kesabarannya sudah cukup diuji ketika Asahi terus menerus memperlakukannya seenaknya.

Mungkin pikirnya karena Jaehyuk yang sangat mencintainya, dia menjadi bodoh dan menerima semua tindakan yang dilakukan Asahi.

Namun bukankah setiap manusia mempunyai batasannya sendiri?

Dilema menyelidiki pikiran Jaehyuk namun mungkin cinta membuatnya menjadi hilang akal.

Semua perasaan kesal dan kecewanya menjadi iba kala melihat orang yang sangat berharga di depannya tertunduk dengan air yang membasahi wajahnya.

Beberapa saat kemudian Jaehyuk mengangguk. "Iya, aku maafin."

Asahi mendongak dengan wajah basah dan merahnya. "Tapi tolong jangan diulang oke? Ini kesempatan terakhir buat kamu, Sa. Kalo kamu ulangin, aku gak bakal kasih kamu kesempatan la—"

—Janji! Gak bakal. Tapi kalo aku salah kasih tau ya?" Ucap Asahi.

Jaehyuk tersenyum lembut, ia mencium tangan Asahi lalu bergerak untuk menghapus air matanya. "Udah gak usah nangis lagi."

"Makasi ya, Jae!" Ucap Asahi senang.

"Iya, sama sama. Kalo aku ada salah juga tolong kasih tau ya?" Tukas Jaehyuk selanjutnya.

Asahi mengangguk lucu. "Aku buat salad buah kesukaan kamu. Mau gak?"

"Boleh."

Setalah itu Asahi berdiri dan menuju dapur. Sedangkan Jaehyuk yang masih duduk menatap selembar kertas putih ditangannya.

Surat Ajuan Perceraian

Dia tersenyum tipis lalu merobeknya.

Mungkin dia memang harus memberi Asahi kesempatan.



























































Kalo jadi Jaehyuk kecewa gak digituin terus?

Treasure Oneshot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang