cinquante et un

2.9K 198 8
                                    

BARRA

Menonton pertengkaran selalu menjadi hal yang seru—selama lo nggak berada di lingkaran itu. Gue cukup menikmati bagaimana Mahadewa dan Saka yang sempat saling melemparkan tatapan tajam. Dua calon pewaris bersitegang. How interesting. Walaupun gue masih curiga dengan niat Saka yang ingin menikahi Claire—melihatnya tahu bagaimana cara melindungi kepunyaannya—gue rasa gue bisa sedikit lebih lega.

Claire memang menyebalkan. Tapi gue nggak memungkiri kalau gue juga peduli padanya. Nasib gue dan Claire sebenarnya nggak jauh berbeda. Sebab itu, gue menawarkan Claire bergabung dengan manajemen gue untuk membuktikan pada mereka yang pernah meremehkan kami—jika kami bisa sukses dengan cara kami sendiri.

"I wonder, aku tahu Saka dan Claire menikah bukan karena saling cinta." Naura memegang gelas wine-nya sembari pandangan menunduk ke bawah. Nampak menerawang. "Tapi ikatan di antara mereka ... aku bisa ngerasainnya."

"Ikatan apa?" gue hampir ingin tertawa. Menggelikan mendengar Saka dan Claire dibilang punya ikatan. "Lebih tepatnya Saka udah berhasil mengikat leher Claire biar nggak liar lagi."

Naura berdecak. Menonjok pelan dada gue. "Aku serius. Kamu nggak ngerasa ada sesuatu di antara mereka?"

"Sesuatu apa sih, Naura?" gue menaruh gelas wine. Membawa tubuh Naura bersandar dalam pelukkan gue. Setelah pulang dari pesta ulang tahun Maharani, sebenarnya Mama mengajak kami dinner bareng. Tapi gue sudah terlalu lelah dan pengin cepat pulang. "Kamu terlalu mikirin mereka. How's your feeling? Keluargaku fucked up, kan?"

"Well, awalnya aku memang agak kaget." Naura mengangguk menyetujui. Kemudian ia mendongak. "Tapi nggak seburuk yang aku kira."

"Kamu belum lihat yang buruknya aja."

"Memang bakal ada yang lebih buruk?" mata Naura mengerjap penasaran.

"Selalu ada." Bisik gue seraya mengusap dagu Naura dengan jemari gue. "Tapi aku bakal berusaha supaya kamu nggak perlu ngeliat dramanya mereka."

"Padahal lumayan seru buat ditonton."

"Sekali-kali iya." Gue mengangguk menyetujui. "Tapi kalau terlalu sering, kamu bakal muak sendiri."

Kami berdua tertawa.

Gue berhasil melewati hari ini dengan cukup baik. Beberapa kali gue hampir keceplosan mau membantah. Tapi berkat Naura yang berada di samping gue—gue bisa menahan diri dan menjadi Barra yang manis. Papi akan mengatur pertemuan dengan keluarga Naura secepatnya. Setelah keluarga bertemu, tanggal pernikahan mungkin akan segera ditetapkan.

Ah, gue beneran nggak sabar.

"Balik lagi soal Claire dan Saka." Naura menaruh gelasnya wine-nya di meja. Menatap gue serius. "Mereka pernah punya hubungan nggak sih?"

"Hubungan?" kening gue terlipat. "Maksud kamu ... pacaran?"

"Kamu tahu, selama aku di Paris. Aku agak mengasingkan diri. Setahuku, waktu SMA, mereka nggak dekat. Nggak tahu deh kalau setelahnya. "

"Mereka nggak pernah pacaran." Bantah gue. "Tapi, ya, aku pernah curiga sih sama mereka."

"Curiga gimana?"

"Kamu tahu Claire itu cowoknya banyak. Tapi ada di suatu masa, dia nggak dekat sama siapapun. Nggak ada desas-desus soal dia sama siapa. Cuma ... aku yakin Claire punya seseorang yang sengaja dia sembunyiin."

"Dan kamu curiganya orang itu Saka?"

Gue mengangguk. "Aku pernah ngeliat mereka di hotel yang sama. Nggak bareng sih. Cuma ... kamu pasti curiga kalau ngeliat orang yang kamu kenal keluar dari hotel yang sama, di rentang waktu berdekatan. Aku pernah nanya langsung sama Claire. Tapi reaksi dia malah kayak menghindar."

Bittersweet LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora