Hujan-hujanan

3K 130 15
                                    

Langit mendung, menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Sedangkan didalam rumah yang bisa di bilang lumayan besar itu, kini terlihat seorang bocah berusia 10 tahun tengah menempelkan wajahnya pada pintu kaca sambil mendengus bosan. Sementara tak jauh darinya, terlihat juga seorang pemuda yang jauh lebih dewasa tengah sibuk menatap bergantian pada beberapa berkas penting dan laptop yang tengah menampilkan berbagai huruf dan angka acak yang bisa di yakini sebagai tugas kantor pemuda tersebut.

Kira-kira sudah sekitar satu jam anak itu diabaikan dan bermain sendirian, membuat Yujin yang sepertinya sudah tidak bisa lagi menahan rasa bosannya, akhirnya memutuskan menghampiri keberadaan Jiwoong hanya untuk sekedar bertanya.

"Abang, yang lainnya kok masih blom pulang juga?" tanya anak itu dengan nada merajuk.

Sedangkan Jiwoong yang merasa terpanggil segera menolehkan kepalanya pada sang adik, setelahnya satu tangannya reflek mengusap pelan puncak kepala Yujin mencoba menenangkan.

"Adek tunggu sebentar lagi ya, 10 menit lagi yang lainnya pulang kok." ujar Jiwoong memberi pengertian.

Mendapatkan jawaban yang tidak diinginkan, membuat Yujin lagi-lagi harus memasang wajah cemberutnya. Ia sudah kepalang bosan bermain sendirian sejak tadi. Sedangkan kakak tertuanya itu seakan tak juga usai dalam menekuni kegiatan yang menurutnya sangat menyebalkan.

Sampai tak lama kemudian, sebuah ide brilian tiba-tiba muncul di benak anak itu, membuat Yujin yang awalnya murung, seketika kembali memasang cengiran lucunya. Dengan langkah perlahan bocah itu akhirnya memutuskan untuk beranjak pergi, meninggalkan Jiwoong yang terlihat kembali fokus dengan pekerjaan di depan matanya.

•••

Hujan sudah turun 5 menit lamanya, merasakan suhu ruangan yang terasa lebih dingin, Jiwoong segera berinisiatif mencari keberadaan sang adik untuk memberikannya jaket. Alasannya sederhana, karena sejak kecil Yujin memang sudah memiliki fisik yang lemah dan mudah terserang penyakit, membuat Jiwoong yang mengambil peranan sebagai kakak tertua merasa memiliki tanggung jawab lebih untuk memperhatikan kondisi kesehatan sang adik.

Pemuda itu pun akhirnya mulai beranjak, tak lupa terlebih dahulu menaikkan suhu ruangan. Ia pun mulai mencari keberadaan Yujin di segala penjuru rumah, tapi setelah sibuk mencari dalam beberapa saat, hasilnya tetap saja nihil. Ia tak juga dapat menemukan keberadaan anak itu dimanapun.

Tak berselang lama, terdengar suara berisik mobil yang mulai memasuki garasi rumah. Disusul juga dengan Gyuvin, Ricky, Gunwook, dan Zhang Hao yang terlihat segera turun sambil mengenakan payung.

"Abang!" seru Yujin sambil berlari ke arah sang kakak. Saat tubuh bocah itu telah berada tepat di depan Gyuvin, Yujin terlihat merentangkan tangannya untuk meminta agar dirinya segera digendong.

Hal tersebut membuat Gyuvin yang sejenak cukup terkejut reflek terdiam, mencoba mencerna keadaan dengan raut wajah kebingungan yang sangat ketara, belum sempat tangannya  meraih tubuh sang adik, Zhang Hao yang sudah tersadar terlebih dahulu segera mengangkat Yujin ke dalam gendongannya. Setelahnya, keempatnya segera bergegas masuk kedalam rumah.

Di dalam rumah, keempat anak itu sedikit tertegun menatap wajah adik bungsunya yang tengah tersenyum dengan warna bibir pucat dan badan yang menggigil kedinginan.

"Yey! abang dah pulang!" sorak Yujin  gembira.

Sedangkan Jiwoong yang seakan mendengar suara bocah yang sedari tadi tengah dicarinya, segera menghampiri mereka. Sontak dirinya dibuat cukup terkejut saat melihat penampilan Yujin yang bisa dibilang jauh dari kata baik-baik saja.

"Adek dari mana aja? Dari tadi abang cariin." ucap Jiwoong khawatir.

Belum sempat Yujin menjawab, suara Zhang Hao yang sedikit tergesa sudah terlebih dahulu menginterupsinya.

"Main hujan kayaknya bang, langsung aku suruh mandi dulu ya." tanpa menunggu balasan sang kakak, pria itu segera membawa tubuh Yujin untuk masuk ke dalam.

Zhang Hao sendiri adalah mahasiswa tingkat akhir jurusan kedokteran, karena itulah ia tau betul bagaimana kondisi kesehatan Yujin yang amat sangat rentan. Bisa di bilang, adik bungsunya itu juga menjadi salah satu alasan, mengapa dirinya memilih menggapai cita-cita sebagai seorang dokter.

Jiwoong segera berinisiatif untuk menyiapkan pakaian dan handuk untuk si bungsu, tapi sebelum beranjak ia terlebih dulu berkata kepada Gunwook. "Wook abang minta tolong buatin susu anget buat adek ya, kayak biasanya, taruh di botol. Makasih."

Sedangkan Gunwook yang sudah paham akan hal itu, segera mengangguk dan lekas berjalan menuju dapur.

•••

"Air angetnya udah abang siapin, adek mandi dulu gih sana biar ngga sakit."

"Ngga mau, adekkan blom puas main hujannya."

Keduanya kini masih berdiri di depan kamar mandi. Entah sudah berapa lama Zhang Hao dengan sabar menyuruh Yujin untuk segera mandi, tapi sepertinya bocah itu tak kunjung ingin menurut.

"Adekkan masih pingin main hujan bareng sama koko." rengek anak itu lagi.

"Iya, nanti main lagi. Tapi yang lain aja ya mainnya, tuh liat badan adek kan juga udah menggigil kedinginan. Kalo adek masih ngga mau mandi nanti koko ngga mau main sama adek lagi lo, nanti koko bilangin juga sama abang-abang yang lain biar ngga main sama adek lagi, soalnya adek sekarang bandel."

Mendengar itu, Yujin yang merasa terancam segera mengerucutkan bibirnya merajuk, walau sedikit kesal anak itu akhirnya memutuskan untuk menyetujui ucapan sang kakak.

"Iya-iya ini adek mandi."

•••

Selesai mandi dan berganti baju, Zhang Hao tak lupa mengoleskan minyak baby di badan Yujin. Setelahnya, ia menyuruh adik bungsunya itu untuk berbaring di ranjang, sedangkan dirinya sendiri beranjak meraih remote AC untuk menaikkan suhu ruangan.

"Adek sekarang bobo aja ya, abang pasangin bye bye fever biar adek tidurnya enak." Tak lupa juga ia memberikan susu yang telah di buatkan oleh Gunwook tadi pada sang adik.

Karna Yujin kebetulan juga sudah merasa mengantuk, anak itu akhirnya memutuskan untuk mengikuti saja perkataan sang kakak. Tapi, sebelum kedua netranya ia pejamkan, bibir anak itu terlebih dahulu ia sempatkan untuk merengek kecil memanggil salah satu nama sang kakak.

"Mau di temenin bang Upin."

Gyuvin yang sedari tadi memperhatikan Yujin segera tersenyum senang.

"Iya-iya sini biar abang temenin."

Setelahnya pemuda itu segera menaiki ranjang dan mendekap tubuh kecil didepannya, tak lupa juga tangannya ia bawa untuk terus mengelus pelan kepala adik bungsunya itu agar segera tertidur.

Sedangkan Yujin yang merasa nyaman, kini tengah menyesap botol susunya sambil memejamkan mata. Dan benar saja, tak membutuhkan waktu lama, anak itu pun akhirnya terlihat terlelap dan mulai memasuki alam mimpi.

Sorry for typo dan jangan lupa vote and komennya ya...

Bungsu Kesayang AbangHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin