( 26 ) Flashdisk

50 17 0
                                    

Gadis itu duduk di samping Angkasa yang sudah siap dengan seragam ciri khas sekolahnya, sedangkan Alesha masih memakai kaus oversize milik pria di sampingnya meski dirinya sudah mandi. Sembari memakan rotinya ia memperhatikan Angkasa yang tengah mengikat tali sepatunya, pria itu sedikit menyeka rambutnya ke belakang.

Kenapa ia tidak memakai seragam sekolahnya? Jawabannya cukup mudah, karena seragamnya ada di rumahnya, sedangkan seragam yang ia pakai untuk ke rumah Angkasa juga sudah kotor, makanya ia ke sekolah memakai kaus saja. Tenang ... Dirinya mempunyai seragam cadangan di sana.

"Udah? Ayok." Alesha berdiri ketika pria di sampingnya menggangguk pelan. Angkasa mengambil tas hitamnya, ia juga meraih kunci mobilnya yang ia taruh di meja tadi. "Aku yang nyetir atau kamu aja? Eum ... Kamu baru sembuh."

Angkasa menoleh. Ia menghentikan langkahnya hingga Alesha menabrak punggungnya. "Nggak apa-apa, gue biaa kok," jawabnya yakin. "Emangnya lo bisa nyetir mobil?" tanyanya heran.

Alesha tersenyum. "Ini emang tubuh Alesha, tapi ini jiwa Queen, ya jelas bisa dong."

Angkasa melihat jam di tangannya, sebelum akhirnya dia menoleh. "Gue udah dapetin bukti tentang Lia, udah ada di flashdisk punya Galen, dia mau ke sini."

Alesha mengangguk mengerti. "Ayo, cepetan." Gadis itu melenggang pergi lebih dulu, di susul oleh Angkasa. Alesha masuk ke kursi pengemudi, sementara Angkasa di sebelahnya. Setelah itu, dia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hanya ada keheningan di antara mereka, sama sekali tidak ada yang membuka percakapan sampai akhirnya mereka tiba di sekolah. "Angkasa, aku duluan, ya." Alesha membuka pintunya. "Oh iya, ini kuncinya."

Ia segera bergegas ke dalam. Mengambil baju di lokernya, lalu dia menggantinya di kamar mandi.

Sebuah panggilan suara membuat Alesha menghentikan aktifitasnya, dia meletakan sisirnya lalu beralih menatap ponselnya. Nomor tidak di kenal. Namun, gadis itu tetap menjawabnya. "Halo?"

"Gua Galen. Kalo bisa lo ke rooftop sekarang juga."

Alesha berdecak. Padahal dia ingin mengatakan sesuatu lagi pada lelaki itu. Apa bisa di undur nanti saja? Namun lelaki itu lebih dulu mematikan panggilan teleponnya. Alesha menguncir rambutnya. Dia keluar dari toilet dan nyaris menabrak Lia. "Gue nggak ada waktu buat adu bacot, pulang sekolah aja." Setelah mengatakan hal itu, dia melangkahkan kakinya cepat menuju rooftop.

"Galen," panggilnya hingga lelaki itu menoleh. Ia mendekati Galen. "Lo pasti mau nyerahin gue flashdisk, ya?"

"Nih." Lelaki itu menyodorkan flashdisk ke tangan Alesha. Gadis itu tersenyum miring, ia menyimpannya di saku. Belum sempat Alesha mengatakan apa-apa, lagi-lagi Galen meninggalkannya, membuatnya berdecak kesal. Tapi tak apa, yang terpenting dia sudah mendapatkan bukti penting ini. Alesha segera turun. Kali ini, dia akan membolos. Alesha berlari ke luar gerbang, tanpa ada yang mengetahuinya karena satpam di sana sedang mengobrol. Kemudian, gadis itu menghentikan salah satu taksi.

"Pak, tolong cek flashdisk ini. Di sini ada bukti bahwa Lia bersalah, dia yang udah hanyutin kembaran saya." Polisi di depannya menatap flashdisk yang Alesha berikan. Kemudian dia menggangguk, dia memasangkan flashdisk itu ke laptopnya. Alesha menggigit bibir bawahnya, ia sejujurnya belum mengecek isi flashdisk yang Galen berikan tadi. Semoga saja video itu benar ada di dalamnya.

***

INFO

Menceritakan kehidupan Galen Ashraf Austin—sahabat Angkasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menceritakan kehidupan Galen Ashraf Austin—sahabat Angkasa.

Cooming soon.

Cerita GALUNA akan lebih baik dari cerita ini.

QUEEN'S LIFE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang