Slime

735 34 1
                                    

  INFO!! INFO!!

JUNG FAMS VERSI PDF MASIH DALAM PROSES PENULISAN YA!!

DAN, CERITA INI SALAH SATU DARI SEKIAN BANYAK JUDUL YANG ADA DI VERSI PDF.

SO, ENJOY!!

Bagi orangtua seperti Ayah dan Bubu, kesulitan dalam mengurus dan mendidik anak punya tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Ayah yakin, semua orangtua pasti pernah mengalami masa sulit menjadi seorang Ayah. Begitu juga dengan Bubu.

Namun, dengan masa sulit ini, Ayah dan Bubu mulai paham dan berkembang. Belajar dari pengalaman buruk agar tidak terulang di masa yang akan datang. Biarlah kesulitan itu, mempunyai ruang tersendiri untuk Ayah dan Bubu.
 
Anak-anak usia tiga sampai lima tahun wajar jika disebut nakal. Atau, bahasa paling sopan itu berada pada fase ingin tau yang cukup tinggi. Maka dari itu, beberapa anak mencoba untuk menghalalkan semua cara. Cara yang normal maupun cara yang cukup berbahaya.
   
Itulah kenapa, peran orangtua dalam memuaskan nafsu keingintahuan anak itu perlu diikut sertakan. Selain untuk menjaga keamanan, juga memastikan jawaban yang diperlukan anak terbayar dengan mudah.
   
Anak-anak suka berlari. Itu cara mereka melepas stres. Masalah emosional serta kesehatan menjadi momok yang paling menjanjikan bagi Ayah dan Bubu. Bubu tidak mau, anak-anak Jung kekurangan tenaga dan jam tidur masing-masing.
   
Namun, dibalik ketatnya peraturan dan tutur kata yang Ayah maupun Bubu katakan, ada kalanya anak-anak Jung memilih abai dan seru dengan dunia mereka sendiri. Jika sudah seperti ini, maka yang harus Ayah lakukan adalah sabar.
   
"Kak! Ayo tidur," ajak Ayah sembari melirik jam dinding. Sudah pukul sembilan malam. Itu artinya, Mark dan Jeno melewatkan jam tidur mereka lebih dari satu jam.
   
Alasannya sederhana. Mark dan Jeno ingin bermain lebih lama,"Lima menit lagi, Yah," pinta Mark pada Ayah. Mewakili Jeno yang saat ini tengah memakai baju kesatria dari kardus yang dibuat Ayah tempo hari.
   
"LASER MERAH!," teriak Jeno dengan jari telunjuk mengarah pada Mark. Mark sendiri berdiri kokoh dengan pedang kertas dari bahan koran yang sama. Menghalau laser merah dari Jeno, tidak mau kalah.
   
"RASAKAN!!," teriak Mark dengan suara yang cukup keras. Bubu yang ada di dalam kamar si kembar, terlonjak kaget. Merasa kesal karena Mark dan Jeno belum juga masuk ke kamar dan tidur.
   
Karena kesibukan Bubu di kamar si kembar, yang saat ini dalam mode rewel dan tidak bisa ditinggal, Bubu hanya berharap Ayah bisa membawa Mark dan Jeno tidur secepatnya.
   
Karena terlalu larut dalam tugas kantor yang harus diserahkan besok, Ayah membiarkan Mark dan Jeno bermain lebih lama. Ketika melihat jam dinding yang menunjuk angka sepuluh, Ayah terburu-buru bangkit dari duduk dan meminta sulung Jung mengakhiri drama pahlawan dan monster hari ini.
   
"Sudah ya, Kak. Sudah malam, besok lagi mainnya," kata Ayah sembari membuka kardus yang dipakai Mark.
   
"Tapi, kalau main besok dengan Ayah, ya?," pinta Jeno dengan sabar. Menunggu giliran supaya kardus yang dia pakai terlepas dan tidak rusak.
   
"Iya. Besok main dengan Ayah,"
   
Setelah mendapat persetujuan dan tidak ada lagi bantahan, Ayah mengajak Mark dan Jeno untuk naik ke kasur masing-masing. Memimpin doa sebelum tidur dan mengusap sayang wajah sulung Jung. Sebagai rutinitas terakhir, Ayah mencium kening Mark dan Jeno dengan bisikan sayang dan terselip doa yang manis,"Ayah do'akan, Mark dan Jeno bisa menjadi anak baik dan berbakti pada orangtua dan orang lain. Bisa diandalkan untuk menjaga Sungchan, Beomgyu dan Bubu. Ayah sayang kalian,"
 
 Lirihan manis dengan beribu madu yang menggetarkan hati. Ayah usap satu demi satu rambut Mark dan Jeno. Lima menit kemudian, Ayah bangun dari atas kasur dan mematikan lampu utama kamar. Menyisakan cahaya remang dari lampu yang ada diatas lemari kecil samping kasur.
   
Ayah bawa langkahnya, menuju kamar si kembar. Beberapa jam lalu, Ayah mendapati Bubu bolak-balik dari kamar utama menuju kamar si kembar. Menjadi orangtua dari bayi berumur empat bulan adalah tantangan yang cukup berat bagi Ayah maupun Bubu. Tangisan bayi karena lapar, buang air kecil maupun buang air besar, merasa tidak sehat dan masih banyak lagi.
   
Kesulitannya merawat bayi menjadi dua kali lipat lebih sulit dari menjaga Mark dan Jeno sekarang. Karena apa? Untuk saat ini, Mark dan Jeno sudah pintar dalam mengutarakan apa yang mereka rasakan. Jika ingin buang air kecil, Mark dan Jeno pergi ke kamar mandi. Jika badan dalam kondisi kurang sehat, maka Mark dan Jeno akan berkata bahwa salah satu anggota badan mereka terasa sakit. Berbeda dengan bayi, hanya bisa menangis saat lapar.
   
Tapi, dibalik kesulitan itu, Ayah dan Bubu merasa bersyukur dengan kesehatan Sungchan dan Beomgyu. Bayi yang dikandung, dibawa di dalam perut selama sembilan bulan kini lahir tanpa kekurangan apapun. Hari demi hari, Sungchan dan Beomgyu menjadi bayi sehat yang gemuk.
   
"Belum mau tidur?," bisik Ayah pada Bubu. Menatap tajam Sungchan dan Beomgyu yang saat ini tersenyum tanpa satupun gigi.
   
Bubu menggeleng pasrah. Raut lelah dan mengantuk jelas dilihat dari kantung mata Bubu,"Belum. Sedari tadi asyik bermain,"
   
Ayah menatap Sungchan dan Beomgyu bergantian,"Kalian! Tidak mau tidur, ya? Tidak lihat Bubu dan Ayah mengantuk, hmm? Tidak kasihan dengan Bubu, ya?," kata Ayah berusaha terdengar bercanda. Namun, terkesan penuh harapan agar Sungchan maupun Beomgyu segera tidur.
   
Ayah sentuh pipi Sungchan dan Beomgyu. Mengajak keduanya bermain dengan senyum dan tawa tanpa suara. Gerakan tangan yang liar dengan jemari kecil yang bersih, membuat Ayah gemas.
   
"Mark dan Jeno sudah tidur, Yah?," tanya Bubu pada Ayah. Ayah mengangguk santai. Tidak menjawab dengan kata dan fokus bermain dengan si kembar. Bubu memandang ketiga anugrah yang diberikan Tuhan dengan senyuman.
   
"Mana bayi yang nakal? Siapa namanya? Bayi Sungchan? Atau bayi Beomgyu?," tanya Ayah lagi. Bercanda seperti ini bagaikan obat ampuh untuk rasa lelah setelah mengurus semua hal yang ada di dunia.
   
"Pekerjaannya sudah selesai? Mau dibuatkan teh hangat atau kopi?," tanya Bubu pada Ayah. Merapikan beberapa popok yang sempat berjatuhan karena tidak sengaja tersenggol.
   
Ayah menggeleng, menatap Bubu dengan mata lelah dan meminta segelas teh,"Mau teh saja,"
   
Bubu berdiri dari duduknya, pergi ke dapur untuk membuat secangkir teh permintaan Ayah. Melewati kamar sulung Jung yang terasa sunyi.
   
Selagi Bubu membuat teh di dapur, Mark dan Jeno masih betah membuka mata. Berbekal lampu seadanya, Mark mengajak Jeno untuk melakukan satu sesi bermain lagi. Karena masih belum mengantuk dan belum menyelesaikan naskah cerita yang mereka buat tadi, maka Jeno bangun dari tidurnya dan berlagak seperti pahlawan.
   
Dengan suara yang lirih, Mark dan Jeno melanjutkan aksi superhero dan monster yang belum terealisasikan dengan sempurna. Mencoba setenang mungkin agar tidak menggangu Bubu dan Ayah.
 
Lima menit kemudian, cerita selesai. Mark terjatuh dan pura-pura mati dengan tangan menggenggam sejumput baju di bagian dada. Dengan tarikan napas yang dramatis, Mark mengakhiri drama mereka dengan sempurna.
   
Bosan dengan permainan drama, Mark dan Jeno menarik satu kotak berisi slime yang masih baru. Beberapa hari yang lalu, Jeno meminta pada Ayah untuk dibelikan slime. Sehari kemudian, Ayah pulang dengan membawa empat bungkus slime. Dua sudah terpakai dan berakhir dibuang oleh Bubu.
   
Masih tersisa dua, Mark dan Jeno membuka segel yang ada dikemasan dan mulai bermain dengan slime. Suara tawa dan beberapa percakapan singkat terdengar masuk ke telinga Bubu saat melintas dengan secangkir teh.
   
"Ratakan,"
   
"Letakkan disini,"
    
Sayup-sayup suara Mark dan Jeno terdengar. Bubu terburu-buru meletakkan cangkir teh ditempat Ayah meletakkan laptop dan bergegas menuju kamar sulung.
   
"Nah, selesai,"
   
"Apa ini bisa dibersihkan?," tanya Mark pada Jeno. Jeno mengangguk pelan, kemudian menggeleng karena tidak tau dengan pasti.
    
"Besok keramas saja,"
   
Bubu menekan lampu utama dengan cepat. Seperti pencuri yang tertangkap, Mark dan Jeno menatap Bubu dengan pandangan mata yang membulat. Takut sekaligus ingin menangis.
   
"AYAH!! LIHAT INI AYAH!!" teriak Bubu pada Ayah. Jika sudah seperti ini, maka Mark dan Jeno mendapat masalah yang cukup besar. Ayah berlari dari kamar bungsu menuju kamar sulung dengan tergesa-gesa. Mendapati Bubu berdiri dengan dua tangan di depan dada.
   
"Kenapa?," tanya Ayah sembari menatap Bubu, Mark dan Jeno bergantian. Mark dan Jeno menunduk takut dengan tangan bergandengan.
   
Bubu berjalan mendekat dan menyentuh slime yang saat ini memenuhi keseluruhan rambut bagian luar Mark dan Jeno,"Kenapa belum tidur?,"
   
Mendapat pertanyaan yang mendadak seperti ini, membuat Jeno bungkam. Bersandar pada Mark untuk mewakili kelakuan keduanya,"Belum mengantuk,"
   
Bubu menghela napas lelah, menatap Ayah dan menunjukkan bukti kenakalan Mark dan Jeno pada Ayah. Rambut berkeringat dengan campuran slime yang banyak.
    
Karena sudah malam dan Bubu tidak mau lagi menguras tenaga untuk marah-marah, Ayah mengambil alih kepada dan memastikan rambut Mark dan Sungchan kembali ke kondisi semula.
   
Setelah menjelajahi dunia daring dengan mencari solusi agar slime yang tertempel di rambut mudah terlepas. Ayah bawa beberapa es batu berbentuk kotak dari dalam kulkas. Ayah hanya perlu menempel es batu pada slime agar slime yang encer membeku. Dalam posisi beku ini, slime akan mudah terlepas.
 
 "Lain kali, jangan main slime di rambut ya Kak? Nanti, Bubu marah lagi. Bubu dan Ayah tidak suka kalau rambut Kakak dirusak. Ditempeli slime seperti ini," kata Ayah sembari menempelkan es batu ke rambut Jeno.
   
Bekas air mata dan warna merona merah tertinggal dengan jelas. Mark dan Jeno merasa bersalah karena Bubu keluar dari kamar tanpa kata. Mark tau, Bubu pasti marah.
   
"Iya Ayah. Mark janji tidak mengulanginya lagi," lirih Mark.
   
"Kak Jeno?," tanya Ayah dengan tenang.
   
Jeno mengangguk pasrah,"Janji tidak mau lagi,"
   
Jadi, selama lebih dari setengah jam, Ayah memperbaiki rambut yang saat ini terkena slime. Sembari menahan kantuk dengan rambut yang basah, Ayah menyalakan hairdryer agar Mark dan Jeno tidur dalam kondisi rambut yang kering.
   
Memeluk Bubu yang saat ini tengah terlelap di kamar bungsu Jung dengan sayang. Tanpa suara dan ciuman selamat malam. Meminta maaf dengan lirih dan meraih tangan Ayah untuk kembali tidur.
   
Begitu saja pelajaran yang dapat diambil. Bagi Ayah maupun Bubu slime adalah mainan ilegal yang tidak boleh ada di dalam rumah. Bagi Mark dan Jeno, pengalaman yang baru saja terjadi adalah hal yang luar biasa menguras emosi.

   

Jung Fams feat Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang