CH: 5

13 5 0
                                    


Terlihat sesosok dari balik kabut di luar perbatasan Desa Orphen, badannya yang berotot namun tubuhnya kecil, tetapi hentakan kakinya yang begitu berat membuat tanah gersang yang dipijaknya berubah menjadi telapak kakinya.

Frin dan teman-temannya yang sedang meronda pun melihat sesosok tersebut.

"Hei, apa kau mengenal orang yang ada di sana?"

"Mana? Aku tidak lihat siapapun tuh." Ujar kebingungan teman-teman Frin

Sosok tadi tiba-tiba menghilang di dalam kabut dengan heningnya.

"Sudah... Sudah... jangan bicara yang aneh-aneh di tengah malam seperti ini" Ujar Frin seraya menasehati teman-temannya.

"Be-benar, mending ayo kita kembali saja yok." Ujar salah satu teman Frin sambil gemetar ketakutan.

"Ayo aja gue mah." Jawab teman Frin yang lain.

Tepat setelah Frin dan teman-temannya memutuskan untuk kembali ke tempat pos ronda mereka, tiba-tiba...

Sosok berotot tadi muncul tanpa suara tepat di hadapan Frin "Selamat malam, dik Frin dan kawan-kawan."

"UWOGH!"

"WAH!" Frin dan yang lainnya saking kagetnya hingga meloncat ke belakang.

"Se-selamat malam Dokter Balam." Jawab Frin seraya mengatur nafasnya.

"Hahaha..., kenapa kalian kaget seperti itu?" tanya Balam seraya mengelus jenggotnya yang panjang.

"Bukan masalah kaget tidaknya, dokter sendiri yang muncul secara tiba-tiba."

"Tiba-tiba? Aku loh, jalan seperti kek biasanya." Ujar Balam seraya mengangkat satu alisnya saking herannya melihat reaksi Frin dan teman-temannya yang berlebihan.

"Terserah dokter mau jalan biasa ataupun lari, TERSERAH! Tapi setidaknya sapa kita dari kejauhan kek. Malam hari ini tidak seperti biasanya."

"Tidak seperti biasa?" Balam seraya melihat sekelilingnya dengan rasa terheran-heran.

"Bisa dokter lihat sendiri, banyak kabut yang bermunculan, untung saja di dalam desa belum ada kabut yang mengganggu seperti ini."

"Hmm...," gumam Balam seraya menggaruk kepalanya yang botak tengah itu.

"Sepertinya aku tahu asal-usul nih kabut." Ujar Balam yang matanya penuh dengan keyakinan.

Setelah mendengar Balam melontarkan kata-kata itu, Frin dan teman-temannya menjauhi Balam untuk berkumpul melingkar seraya merundingkan sesuatu.

"Jangan ada siapapun yang tanya asal-usul kabut itu ke dokter Balam, oke!"

"Ho'oh itu yang aku maksud, jangan ada yang tanya."

"Betul itu, nanti dia akan mengoceh tanpa henti dengan penjelasannya yang sangat lebar."

"Fyuuh..., hampir aja, aku barusan mau tanya itu. Oke oke paham, aku tidak mau istriku nunggu lama lagi karena mendengar penjelasan yang tidak aku mengerti."

"Sepakat ya! Habis ini ayo pamit pulang ke dokter."

Setelah Frin dan teman-temannya selesai berunding, mereka lantas menghadap ke belakang dengan siap untuk berpamitan ke Dokter Balam. Namun...

"Loh...,"

Balam yang tadinya berdiri jauh di belakang mereka, tiba-tiba menghilang entah kemana.

"Di-di mana Dokter Balam?" tanya salah satu teman Frin seraya ketakutan memegang bahu Frin.

Suffering Without You [TERBIT]Where stories live. Discover now