Fourteen

702 73 9
                                    

"Hiduplah dengan bahagia sayang, ayah dan ibu sudah tidak apa-apa disini" Hinata menggenggam jemari Ibunya, rasanya hangat dia sangat rindu ini. Mereka duduk di sebuah taman, dengan Hinata duduk di tengah-tengah orang tuanya. Ayah mengelus puncak kepala gadis itu sayang.

"Jangan salahkan apapun, tidak ada yang salah dalam kepergian kami. Kau harus bahagia Hinata. Janji dengan ayah dan ibu ya" Hiashi mengusap bahu putrinya. Hinata mengangguk menatap ayahnya.

"Kenapa aku tidak bisa ikut dengan ayah dan ibu ?" Tanya gadis itu, dia ingin bersama orang tuanya selamanya, hidup terasa berat tanpa mereka.

Hiashi menggeleng "Tidak bisa, kau harus disini. Kasihan dia" Hinata mengernyitkan kening, dia siapa yang di maksud ayahnya ?

*****

Sinar matahari mesuk melalui celah-celah jendela kamar wanita itu, membangunkan Hinata. 

Hinata rasa barusan dia bermimpi bertemu dengan ayah dan ibu, rasanya sungguh bahagia sekali, bisa melihat wajah mereka, walaupun hanya sebentar.

Sebenarnya di jujur sudah mengikhlaskan semua, tidak ada lagi beban pada diri Hinata, hanya saja wanita itu selalu sedih setiap mengingat ayah dan ibu meninggalkannya secepat itu.

Hinata juga sudah tidak membenci Naruto lagi. Hanya saat ini dia masih berat untuk bertemu pria itu, walaupun rasa rindunya sudah membuncah, ingin di dekap lagi oleh tubuh hangat pria itu, melihat wajahnya dan senyumnya yang menenangkan.

Semalam dia rasanya melihat pria itu, direngkuh olehnya. Hinata menghela napas dalam, karena yakin itu semua hanya mimpi. Naruto di Jepang, dan pria itu tidak tau dia disini, karena Hinata melarang siapapun untuk memberitahukan keberadaanya saat ini.

Pria itu pasti sudah lupa dengannya yang hanya menjadi beban selama ini, dan melanjutkan hidup sendiri seperti sebelum mereka mengenal satu sama lain.

Membayangkan bahwa mungkin pria itu telah melupakannya, entah kenapa membuat hati Hinata sakit. Tapi dia bisa apa, toh dia sendiri yang lari dari pria itu.

Terjaga dari lamunan, sayup-sayup wanita itu mendengar ada suara gemercik air dari dalam kamar mandi di dalam kamarnya itu, seperti ada orang yang sedang mandi.

Hinata tersentak, bangun dari tidurnya. Tapi wanita itu lebih terkejut lagi saat menyadari bahwa tubuhnya saat ini hanya di baluti oleh selimut tebal yang nyaman tanpa sehelai benang apapun. Dia telanjang.

Hinata mengeratkan selimut itu, memang daerah kewanitaannya terasa sedikit tidak nyaman. Wanita itu memejamkan mata dengan takut. Apa yang telah terjadi semalam ? Apa dia sudah melakukan hal yang tidak-tidak dengan pria asing ?

Hinata panik bukan main, mencoba menggali lagi ingatan semalam dan samar-samar Hinata ingat bahwa memang ada pria asing yang membantunya saat akan terjatuh, tapi dia kira itu Naruto, tapi tidak mungkin pria itu ada disini.

Gadis itu gemetar, apa dia telah menghianati Naruto dengan melakukan hal ini dengan pria lain ?

Wanita itu menangis. Bukan ini yang dia inginkan, kenapa semua jadi seperti ini?

Hinata meraih kembali pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya segera mungkin. Dia tidak ingin pria asing di kamar mandinya saat ini melihat kembali tubuhnya. Hinata hanya akan melakukannya dengan Naruto, dan dia tidak sudi di sentuh orang lain, tapi semua sudah terjadi. Dia harus bagaimana sekarang ?

Bagaimana jika Naruto tau, bagaimana cara menjelaskannya pada pria itu? Hinata merasa sangat kotor saat ini, ingin rasanya dia berteriak marah. Kenapa hidup terasa tidak adil pada dirinya.

Am I a Sex Slave ?Where stories live. Discover now