Chapter 5

231 32 14
                                    

Hari 2 06:42

Karena panggilan telepon larut malam dari Haruto, Junkyu tidak bisa tidur nyenyak sepanjang malam. Ketika dia bangun dari tempat tidur keesokan paginya, ada lingkaran hitam besar di bawah kedua matanya. Dia menggosoknya sambil menghadap ke cermin, tetapi mereka tetap keras kepala bahkan setelah digosok dalam waktu yang lama, seolah-olah dia sengaja mengaplikasikan eyeshadow.

Tepatnya, akar masalahnya adalah kekuatan pengaruh suara Papa Sung yang terlalu besar. Junkyu terjebak dalam suasana 'lamaran pernikahan' dan benar-benar tidak bisa melepaskan diri dari situ. Setelah mengalami mimpi fiksi ilmiah di bagian pertama malam, mimpi romantis segera menyusul di bagian kedua.

Dalam mimpinya, pria tampan dewasa mengenakan setelan hitam kaku dan memegang buket mawar merah menyala di satu tangan saat dia perlahan mendekat dari tengah lautan bunga. Setelah berlutut, dia mengeluarkan sebuah cincin dan meminta Junkyu untuk menikah. Junkyu menyetujuinya, wajahnya penuh dengan tatapan tergila-gila; hidungnya mengeluarkan darah seperti air mancur dan membentuk sungai merah. Kemudian jas, rompi, kemeja, dan celana dalam dilepas semuanya… Kedua orang itu telanjang hingga tidak ada sehelai pun pakaian yang tersisa. Di langit yang dipenuhi bunga, bergandengan tangan, mereka dengan sungguh-sungguh memerankan video porno gay yang penuh dengan detail yang tak mampu ditampilkan.

Ketika bangun di pagi hari, dia tertekan setelah menyentuh celana dalamnya.

What the fuck?!

Apakah integritas moralnya sudah sebegini jatuhnya?! Apa yang terjadi dengan pengendalian diri dan harga dirinya?

Dia menoleh untuk melihat Bubu yang tertidur lelap, dan sebuah pemikiran muncul di benaknya—buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Jika Bubu kecil tidak mendapatkan sosok ayah yang lebih bisa diandalkan, dia akan mengikuti jejak ayahnya begitu dia besar nanti. Dengan keceriaannya, dia akan membuat heboh orang kemanapun dia pergi, siapapun akan mencintainya. Bibit kecil yang murni dan tidak berbahaya ini akan dimusnahkan!

Bibit yang murni dan tidak berbahaya itu membuka matanya, pupilnya bersinar terang.

“selamat pagi kakak!”

Bubu menyapanya.

Junkyu terkejut dan segera membalas. “Selamat…selamat pagi, Bubu!”

“Kakak, kamu mimpi buruk?” Bibit yang murni itu mendekat, menatapnya dengan penuh perhatian. “Tadi aku terbangun sebentar, dan melihat Kakak terengah-engah!”

“Aku tidak bermimpi buruk!”

Junkyu dengan tegas membantahnya. Dengan satu tangan menutupi selangkangannya, dia dengan malu membenamkan wajahnya di antara bantal.

Pada pukul 07.30, saat Bubu mandi di kamar mandi, Junkyu merebus sepanci kecil pangsit daging panas di dapur. Dia menambahkan beberapa nori dan telur kocok, lalu menaburkan beberapa potong daun bawang.

Bubu menyeruput semuanya tanpa ragu, menghabiskan sarapannya dengan seteguk besar. Lalu dia duduk di atas sepeda tua Junkyu, siap berangkat ke taman kanak-kanak.

Sepeda Junkyu dibeli bekas dari garasi seharga lima ratus ribu. Karena pemilik aslinya punya anak, maka di jok belakang ada bantalan kulit. Memanggul ranselnya, Bubu duduk di atasnya sambil memegang pinggang Junkyu. Ia sangat penasaran dengan sistematis transportasi yang kuno dan lambat seperti ini.

Rodanya sudah agak berkarat, sehingga saat diputar akan menghasilkan suara ritmis yang lembut. Kadang-kadang, ketika sepeda menabrak kerikil kecil, tiba-tiba sepeda itu tersentak beberapa kali, membuat Bubu berteriak “Aaa!” dan memegang Junkyu lebih erat lagi.

Udara pagi terasa segar dan sejuk, dengan angin sepoi-sepoi yang menyenangkan. Hamparan luas pepohonan yang menghijau berdesir di atas kepala. Menjelang fajar, Kota ini mengalami hujan ringan, dan kelembaban berkumpul di dedaunan.

[R] Gradasi Warna - HarukyuWhere stories live. Discover now