PART 29

405 61 14
                                    

CALUM POV ON

"Hey, apa-apaan ini?!"

Aku mendekap erat perempuan yang sangat aku rindukan ini.

Ya. Dia.

Perempuan berambut pirang bernama Marin ini.

"Hey, lepaskan!" Ia memberontak. Memukul dadaku dan mendorongnya.

Dengan sangat terpaksa, aku melepaskannya. Aku melihatnya.

"A-aku tak tau kau siapa!"

Kulihat, dia berlari kepada seorang perempuan yang bersamanya tadi.

"Marin..." Aku memanggilnya dengan suara parauku ini. Aku berusaha untuk memegangnya tapi ia berlari.

Berlari menjauhiku.

Sambil sesekali melihat kebelakang.

Aku hanya diam terpaku ditempat.

Tak bisa mengejarnya, walaupun aku sangat ingin mengejarnya. Rasanya, aku sendiripun masih tidak bisa percaya. Apa benar itu Marin?

Tubuhku lemas. Kakiku lemas. Aku terjatuh kali ini. Lututku telah menyentuh tanah.

Dengan tangan yang gemetar dan jantung yang berpacu cepat, aku mencoba untuk mengambil handphoneku.

Mencari kontak seseorang lalu menekan tombol hijau.

Tanganku gemetar. Aku tak tau apa yang harus kulakukan sekarang.

"Lu-luke, a-aku..."

"Ada apa, Cal?"

"A-aku bertemu Marin..."

CALUM POV OFF

***

"Ouhh Sherny! Apa yang harus kulakukan? Aku bersumpah aku tidak tau siapa lekaki itu, Sherny!!" Marin merengek pada Sherny sesaat mereka berdua telah menaiki mobil.

"Hey hey hey, relax okay, kau tak perlu memikirkan soal itu." Ucap Sherny menenangkan. Sherny mungkin terlihat tenang saat ini, tapi sebenarnya ia khawatir. Sangat khawatir jika kita harus tau keadaan yang sebenarnya.

"Ta-tapi Sherny..." Sherny melihat kepada Marin yang tiba-tiba merubah suaranya menjadi lirih itu.

"H-hey, jangan menangis! Kau tak perlu menangisi hal seperti ini, Marin." Sherny memeluk Marin yang tiba-tiba saja menangis.

"Ada apa denganmu?" Ray melihat kearah belakang.

"Ya, ada apa dengannya, Sherny?" Kali ini, suara Arnold yang terdengar.

"Marin, apa yang kau tangisi?" Tanya Sherny pada Marin sambil berusaha melihat muka Marin. Marin menangis sambil menyenderkan keningnya kebahu Sherny.

"Marin, apa ada yang salah?" Tanya Ray kembali. Tapi Marin tak menjawab pertanyaan mereka perihal ini. Membuat mereka semakin khawatir karenanya.

"Marin..." Sherny menggoyang-goyangkan tubuh Marin. Tapi Marin tak menjawabnya dan tetap menangis.

Lama-kelamaan, mereka tiba-tiba tak mendengar suara tangisan Marin. Ya, Marin sudah berhenti menangis.

Sherny kali ini mencoba lagi melihat kearahnya.

"Kenapa?" Ray menggerakan mulutnya itu tapi tak mengeluarkan suara.

"Dia hanya tertidur." Jawab Sherny dengan nada rendah. Ray lalu kembali melihat kedepan.

Sesaat setelah mereka sampai dirumah, Sherny mencolek-colek tubuh Marin.

I Wanna Be || c.h/calum hoodWhere stories live. Discover now