CHAPTER 27(Penagihan)

35 34 1
                                    

Sekolah menjadi terasa sangat berbeda bagi Caca dan teman-temannya. Sosok Licia yang telah berpulang tidak bisa dilupakan begitu saja, baik bagi Caca ataupun pihak sekolah.

"Yaah, kasian temennya udah mati ya?" ejek Raissa kepada Caca dan teman-temannya dengan diiringi gelak tawa.

"Jaga omongan lo ya Raissa!!" bentak Bellova.

"Kenapa?, seharusnya bagus dong?, sekarang gak akan ada lagi orang yang sok-sokan"

"Mending lo diem atau gue lakban tu mulut!!" ancam Bellova.

"Waah, takut~, hahaha"

■■■

Caca dan teman-temannya pergi kekantin setelah bel istirahat berbunyi.

"Ngeselin banget sih si Raissa" ucap Shinta kesal.

"Iya" timpal Indah membenarkan perkataan Shinta.

Caca dan teman-temannya menikmati makanan dikantin seperti hari-hari biasanya, meskipun mereka merasakan hal yang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Mereka telah memutuskan untuk tidak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan yang tidak berujung.

Karena sudah tidak tahan lagi untuk panggilan alam yang begitu mendesak, Caca pun berlari menuju kamar mandi dan segera menunaikan hajatnya. Raissa yang tidak sengaja melihatnya, mulai memikirkan rencana yang buruk. Beberapa menit setelah Caca memasuki kamar mandi, Raissa pun langsung mengunci pintu kamar mandi yang sedang digunakan oleh Caca.

Setelah selesai menunaikan hajatnya, Caca pun keluar dari kamar mandi, tetapi sayangnya Caca tidak bisa membuka pintu tersebut karena telah terkunci dari luar. Caca benar-benar panik, dia terus menggedor-gedor pintunya dan berteriak meminta tolong secara terus menerus. Caca menjadi lebih panik ketika bel masuk telah berbunyi.

"Duuh, tolong!, siapapun tolong gue!!" teriak Caca panik.

■■■

"Oke, ibu absen dulu ya" ucap bu tita yang sedang mengajar.

"Abdul..."

"Hadir"

"Akbar..."

"Hadir"

"Bima..."

"Hadir"

"Bintang..."

"Hadir"

"Caca..."

"......"

"Caca?"

"Gak ada bu" ucap Raissa.

"Kemana?"

"Tadi waktu dikantin Caca pergi ke WC dulu bu, tapi sampai sekarang belum balik-balik juga bu" jelas Shinta.

"Bolos kali bu" ucap Malik.

"Caca itu gak mungkin bolos, dia bukan orang yang kaya gitu!" ucap Indah kesal membela temannya itu.

■■■

"Tolong... tolong!" teriak Caca yang meskipun suaranya sudah melemah.

'Krek'

"Duh~ kebelet juga, kenapa sih ni pintu?" ucap seseorang kesal dari luar kamar mandi.

"To-tolong, tolong buka pintunya, gue kekunci di dalem!" ucap Caca lemas.

"L-lo, lo manusiakan?" tanya orang tersebut sedikit ketakutan.

"Iya gue orang, emang gue setan?!, cepet keluarin gue!!" pinta Caca.

"I-iya, gu-gue lapor ke pak guru dulu"

"Cepetan!!"

Tidak lama kemudian pak Ardi yang merupakan guru kesiswaan datang bersama satpam sekolah dan membuka pintu yang mengunci Caca. Setelah itu Caca pun dibawa ke UKS dan diberikan beberapa pertanyaan, setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut Caca pun diperintahkan untuk pulang kerumahnya.

■■■

Cacapun pulang kerumahnya, tetapi sesampainya dirumah Caca justru dikejutkan oleh tiga orang preman suruhan pak Purnama. Mereka terlihat sedang memukuli ayahnya. Caca yang melihatnya berlari menuju sang ayah dan menghentikan apa yang terjadi.

"BERHENTI!!"

"Berhenti, jangan sakitin ayah gue!!"

"Kebetulan nih anaknya dateng. Cepet bawa dia!!" ucap salah satu preman memberikan perintah.

"Lepasin!, lepasin tangan gue!!" ucap Caca memberontak karena ditarik paksa oleh mereka.

"Lepasin anak saya!!" ucap Andritany penuh amarah.

"Heh!, ini tuh sesuai perjanjian yang lo bikin. Kalau lo gak bisa bayar hutang lo, sesuai dengan perjanjian anak lo yang akan jadi jaminannya!!" ucap salah satu preman yang membuat Caca terkejut dengan ucapannya.

"Lo harus nepatin janji lo, sekarang lo jangan halangin kita-kita buat ambil putri lo!"

Mereka pun menyeret Caca untuk pergi bersama mereka, sementara Caca terus meronta-ronta agar tidak dibawa oleh mereka. Lalu secara tiba-tiba Rafael pun datang dan memukul preman-preman tersebut.

5 Kisah (END)Where stories live. Discover now