열둘-12

805 132 4
                                    

Happy reading!

.

.


Jevan pulang ke rumah dengan perasaan dongkol, moodnya saat ini sangat-sangat lah buruk.

Sesudah memarkirkan mobil di garasi, jevan langsung masuk ke dalam rumahnya. Ketika masuk ia tak mendapati siapapun di ruang tamu, ia melangkah semakin jauh, saat melihat ke area meja makan, ternyata orang tuanya dan juga keluarga chantika sedang berkumpul disana.

Jevan berbalik badan, niatnya ia ingin pergi ke kamarnya saja, namun baru saja ia ingin melangkah, panggilan dari gina membuatnya terpaksa berhenti.

"Jevan! Sini," panggil gina.

Jevan memejamkan matanya sejenak, menghela nafas panjang lalu kembali menghembuskannya, jevan sedang mencoba untuk menekan amarahnya.

Setelah dirasa sedikit tenang jevan pun kembali membuka matanya, lalu berbalik, berjalan mendekati meja makan yang hanya tersisa satu kursi kosong.

Jevan duduk bersebrangan dengan keluarga chantika, tepat berhadapan dengan chantika. Perempuan bernama chantika yang hendak dijodohkan dengan nya itu tersenyum manis, tetapi jevan hanya menatap chantika dengan wajah tanpa ekspresi nya, ia sama sekali tidak tertarik untuk membalas senyuman chantika.

"Kita makan malam dulu, setelah itu baru kita bahas tentang perjodohan jevan dan chantika." ucap jeffry si kepala keluarga arsenio.

Semuanya mengangguk setuju, mereka mulai menikmati makan malam dengan tenang, sesekali mereka mengobrol dan bercanda gurau, terkecuali jevan. Jevan sedari tadi hanya diam, fokus pada makanannya tanpa ada niatan untuk bergabung dalam obrolan antar dua keluarga itu.

Sekitar sepuluh menit kemudian mereka semua sudah selesai makan, dan mulai membahas tentang perjodohan jevan dan chantika.

"Jadi kapan tanggal pertunangan nya?" tanya vanara.

"Dua minggu lagi, lebih cepat lebih baik." jawab gina.

Brak!

Semua orang yang berada disana terkejut, kecuali jevan, si pelaku yang menggebrak meja makan.

"Apa-apaan kamu jevan?" tegur gina, menatap putra tunggalnya tajam.

Tanpa rasa takut jevan membalas tatapan gina, kemudian berkata. "Sampai kapanpun, jevan nggak akan nerima perjodohan ini." setelah mengatakan itu jevan beranjak dari duduknya, tanpa mengucap permisi ia pergi dari sana, berlalu menuju kamarnya.

Setelah kepergian jevan suasana di meja makan mendadak menjadi hening, terutama gina yang merasa sangat emosi dan malu melihat kelakuan putranya yang sangat keras kepala itu.

Gina berdehem untuk mencairkan suasana. "Maafin jevan ya, chantika. Nanti tante sama om jeffry nyoba buat bujuk jevan lagi supaya dia mau nerima perjodohan kalian," ujar gina.

"Iya, nggak apa-apa kok, tan. Chantika ngerti," sahut chantika seraya tersenyum manis.

Kedua keluarga itu lanjut mengobrol, ah sebenarnya yang banyak mengobrol disini hanya gina, chantika, vanara, dan gibran. Berbeda dengan jeffry yang lebih banyak diam dan hanya menanggapi dengan anggukan, gelengan, atau sekedar berdehem.

Jevan & Anne | JaeròseWhere stories live. Discover now