2

128 79 7
                                    

👑 🐯 👑

👑 🐯 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎃🎃🎃

Ternyata benar, waktu itu aku baru saja dikuburkan. Orang-orang masih berdoa disaat aku berusaha membuat suara dari bawah, untungnya aku dikubur dengan peti di tanah berpori yang lembab dan belum benar-benar dipadatkan. 

Sang penggali kubur juga tidak tahu alasan kenapa dia melakukan pengerjaan makamku asal-asalan, tapi aku benar-benar bersyukur dengan kecerobohannya.

Dokter yang menanganiku sebelum mati bersumpah, jika aku telah menunjukkan semua tanda-tanda kematian. Tidak ada aktivitas batang otak, organ vital tidak berfungsi, pernapasan juga terhenti, jantungku tidak berdenyut. Tubuhku kaku dan membiru, bahkan sudah mengalami sedikit pembusukan.

Butuh perawatan medis selama enam bulan untuk pemulihan, aku bersyukur tiada henti kepada Tuhan atas kesempatan hidup lagi meski sudah berada di ujung kematian.

Sekarang aku memutuskan untuk tinggal di rumah, meninggalkan semua hidupku yang dulu kudedikasikan di Ibu kota. Dengan tabungan yang kupunya aku membawa ayahku ke rumah sakit untuk operasi mata, membeli mobil murah dan mengajak keluargaku berkeliling kota seperti harapan Ibu.

"Kak, tahun depan kita jadi ke Jepang 'kan?" kata Jungkook, adikku, di perjalanan pulang.

"Jadi dong."

"Yes!"

Aku tertawa melihat antusias Jungkook di balik kursi kemudi, ayahku yang duduk di sebelahnya sibuk memperhatikan jalan. Semenjak selesai operasi, ayah menjadi begitu penasaran dengan semua hal yang kini kembali bisa dilihat dengan jelas.

Tidak kusangka, ternyata menjalani hidup di kampung halaman rasanya sebahagia ini. Aku jadi teringat tentang masa kecil menyenangkan, bermain dengan teman-teman seumuran yang ternyata sampai sekarang masih menganggapku teman, meski aku sudah melupakan mereka selama bertahun-tahun sejak merantau.

"Taehyung, kau sudah meminum obatmu?" tanya Ibu, tangannya mengusap bahuku lembut.

"Sudah." Aku memamerkan botol obat dan multivitamin yang ada di meja, di sebelahku.

"Ibu takut kau lupa."

"Bukan lupa, hanya sedikit bosan berbulan-bulan minum obat dan vitamin."

Ibu tersenyum lalu ikut duduk di sebelahku, di beranda samping rumah sambil mengamati ayah yang asik menyiram bunga di taman kecil yang Jungkook buat dua bulan lalu.

"Badanmu sudah lebih segar?"

Aku mengangguk.

"Bener-bener sudah enak, tidak lemas lagi?"

"Iya, Bu, aku sehat lahir batin sekarang. Sudah hampir sepuluh bulan pengobatan, masa belum sehat juga."

Ibu tersenyum lagi.

"Kau benar-benar tidak mau bekerja di kantormu lagi?"

"Tidak Bu, aku mau di rumah saja." Aku menatap Ibu lurus-lurus. "Ibu, tidak suka aku di rumah?"

"Apa yang kau bicarakan, tentu saja Ibu senang. Astaga Ayah, nyiram bunganya jangan kebanyakan, nanti pada mati semua." Teriak ibu pada ayah, yang tetap asik menyiram bunga dengan senyum lebar.

Mati. Mendadak kata itu membawaku pada pengalaman mengerikan itu lagi. Kengerian yang membuatku takut berada di area pemakaman, sekedar tidak sengaja lewat di depan makam saja bisa membuatku ketakutan, cemas bukan main.

"Taehyung,"

Usapan tangan Ibu di pundak mengembalikan kesadaranku, aku berusaha keras menutupi ketakutan dari kata mati.

"Karena Ibu lihat kau sudah benar-benar sehat, ada hal penting yang ingin Ibu bicarakan."

"Tentang?"

"Tentang gadis itu—"

Aku mengernyit tidak paham.

"Sebenarnya waktu kau dinyatakan meninggal, gadis itu—" Ibu mengambil jeda, menarik napas panjang, melanjutkan dengan hati-hati. "—pacarmu datang bersama kakak laki-lakinya untuk berbela sungkawa."

"A-apa? Pacar?" Aku belum mengerti yang Ibu bicarakan, kepalaku tiba-tiba nyut-nyut-an.

"Kakaknya benar-benar minta maaf, mungkin perkataannya terlalu kasar sampai-sampai kau tidak sengaja jatuh waktu itu."

"Jatuh?"

"Kau lupa?" Ibu menatapku serius. "Kau jatuh di kamar mandi di apartemen, pamanmu membawamu pulang ke Daegu. Kau sempat koma sebelum—"

Ibu terlihat bingung, aku jauh lebih bingung lagi karena yang kuingat hanya—

"Sudahlah... tidak perlu diingat-ingat lagi," kata Ibu. "Sudah berlalu, yang penting sekarang kau sehat. Masa lalu lebih baik dilupakan dan dijadikan pelajaran hidup saja."

Ayah selesai menyiram bunga, ibu masuk ke dalam untuk masak makan malam. Sementara aku masih memikirkan sesuatu yang mengganjal pikiran; sebelum aku jatuh.

Kemudian entah bagaimana caranya, disaat senja kemerahan tiba, kejadian sebelum aku mati berputar ulang.

Teringat jelas bahwa; Seraphina—pacar dari sahabatku Jimin, datang melabrak ke apartemen. Dia memaki untuk perselingkuhan menjijikkan yang kulakukan dengan pacarnya, sebelum Sera mendorongku dari lantai atas flat tipe loft yang aku tempati.

Aku jatuh, menabrak sofa di bawah sebelum kepalaku membentur lantai.

Lalu ... Aku Mati Suri.

[ end ]

👑 🐯🐥 👑

👑 🐯🐥 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SPOOKTOBER - KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang