27. HANCURNYA HUBUNGAN ALBARA

73 6 0
                                    

        Mari kita beri jeda dan perbaiki
        Diri kita masing-masing.—Albara.

                                        🪐

Lorong SMAVA begitu sepi. Karena hampir semua murid sudah pulang, mungkin tinggal Aleanora. Perempuan tersebut berjalan di lorong yang sepi itu, membuat suara sepatunya terdengar sendiri.

Hari ini ia pulang telat, karena ia piket terlebih dahulu.

Matanya terus melirik ke kanan ke kiri mencari Albara. Tanpa sadar, di depannya ada Varga yang sedang membawa buku, tanpa melihat ke depan.
Dan terjadilah,Brak!

Mereka bertubrukan. Buku yang Varga pegang sudah jatuh, begitupun Aleanora. Sedangkan Varga tidak jatuh,hanya buku-bukunya yang berjatuhan.

"Kalau jalan lihat-lihat!" kesal Aleanora tanpa melirik Varga.

"Sorry." Kini Aleanora mengangkat pandangannya, ternyata Varga. Seketika membuat mereka saling bertatapan, sebelum Aleanora yang mengalihkan.

Hening menyelimuti. Keduanya sama-sama tidak membuka suara,selain tadi. Rasa canggung juga menyelimuti mereka, apalagi Aleanora. "Sekali lagi sorry. Ada yang sakit?" Akhirnya Varga membuka suara, setelah saling diam.

"Mata gue perih! Kena buku lo!" Benar,mata Aleanora begitu perih. Tadi tidak sengaja, salah satu buku jatuh tepat di matanya. "Sini."

"Sini apa?"

"Biar gue tiup." Aleanora membulatkan matanya. Apakah Varga tidak sadar? Ia sudah punya pacar,main langsung tiup aja. "Gue udah punya pacar dan ga mau buat pacar gue sakit hati!"

Varga terkekeh miris. Jika orang yang ia cintai begitu khawatir, sedangkan ia yang sudah sakit hati bertahun-tahun? Tapi ia sadar,ia bukan orang yang dicintai balik.

"Terus sama gue gimana,Ra?" Bungkam, Aleanora tidak bisa menjawab. Ia kehilangan kata-kata, karena mengerti maksud pertanyaan Varga.

"Jangan paling tersakiti, salah lo sendiri." Lagi dan lagi Varga terkekeh miris. Begitu sakit kah mencintai orang yang tidak mencintai balik?
Jika ada obatnya,Varga ingin,ingin membeli obat itu untuk hatinya yang sudah hancur berkeping-keping.

"Ya, gue sadar. Dan mulai hari ini, gue Varga orang yang mencintai lo selama ini menyerah." Sontak atensi Aleanora mengarah pada Varga. Menyerah? Bagus lah. Bagus untuk hubungannya begitupun Varga.

"Tapi, boleh gue boleh tiup mata lo untuk pertama Dan terakhir? Maka setelah ini, biarkan Albara." Dengan berat hati Aleanora mengangguk,kasian juga.

Dengan ragu juga,Varga mendekatkan wajahnya kepada Aleanora. Membuat jarak mereka begitu dekat, sangat dekat. Bahkan Aleanora sampai menahan nafas. Varga tanpa lama langsung meniup mata Aleanora, sebagai tanggung jawab.

Setelah selesai,Varga menjauhkan diri. Dengan Aleanora juga yang menghembuskan nafas lega.
"Lo sana pulang."

Tanpa basa-basi juga Aleanora membalikkan diri. Namun,baru saja dua langkah ia kembali berhenti saat suara Varga kembali terdengar.
"Selamat bahagia,Ra. Semoga semesta selalu berpihak pada lo."

                                        🪐

"Al, nunggu lama?" tanya Aleanora saat sudah sampai parkiran.

Albara menggeleng, wajah lelaki tersebut begitu datar. Membuat Aleanora sedikit bingung, apalagi tatapan tajamnya. Tanpa bicara,Albara menyodorkan helm tanpa memakainya.

"Tumben gak kamu pakein?" Albara menggeleng lagi. Membuat Aleanora menghela nafas. Ia segera menaiki motor Albara.

Saat perjalanan canggung menyelimuti. Keduanya tidak ada yang membuka suara, membuat canggung itu datang. Entah apa, Aleanora juga tidak tahu. Apalagi perubahan sikap Albara.

BANDUNG DAN KISAH KITA Where stories live. Discover now